31. Bersedekah atas nama roh orang yang telah meninggal pada bulan Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan.
Ini semua termasuk perkara yang tidak pernah dicontohkan oleh Rosululloh .
32. Melakukan hal-hal yang membangkitkan syahwat.
Seorang yang mengeluarkan mani tanpa jima’, baik karena onani ataupun hal-hal lain yang memancing syahwatnya seperti menonton atau membaca, maka puasanya pada hari itu batal dan diwajibkan atasnya untuk mengqadhanya (mengganti puasa yang batal tersebut) pada hari lain setelah Ramadhan.
Syaikh Muhammad Shalih al-‘Utsaimin mengatakan, bahwa apabila seseorang bermimpi sehingga megeluarkan mani pada saat berpuasa maka tidak ada sanksi baginya, karena mani yang keluar bukan atas keinginannya, bahkan keluarnya mani tersebut tanpa ia sadari, sedangkan bagi yang sengaja mengeluarkan mani dengan onani, maka sesungguhnya ia berdosa besar kepada Alloh , sehingga hal itu menyebabkan puasanya batal dan wajib baginya untuk mengqadha dan bertaubat dengan benar.”
33. Banyak tidur dan melakukan perbuatan yang sia-sia.
Ada di antara kaum Muslimin yang menjadikan bulan suci ini sebagai bulan untuk tidur dan bermalas-malasan atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan sia-sia seperti main catur, kartu domino, nonton TV, bermain Game, mendengar musik dan semacamnya, dengan dalih untuk menghilangkan kejenuhan sambil mengisi waktu luang menunggu waktu berbuka puasa, padahal akan jauh lebih bermanfaat apabila ia mengisi waktu lowong tersebut dengan membaca al-Qur’an, mendengarkan kajian-kajian Islam atau membaca buku-buku agama.
Orang yang banyak melakukan tidur di bulan Ramadhan melandaskan perbuatannya dengan sebuah hadits dha’if yaitu:
“Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dari Ibnu Umar dan al-Baihaqi dari ‘Abdullah bin Abi Aufa . Hadits ini adalah dha’if. al-Hafizh al-‘Iraqi juga mendha’ifkan hadits ini dalam takhrij beliau terhadap kitab Ihyā’ Ulūmuddīn karya al-Ghazali .
34. Membaca doa berbuka puasa tidak pada tempatnya.
Rosululoh apabila berbuka puasa beliau membaca doa berikut:
(( ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ ))
“Telah hilang rasa dahaga, telah basah urat-urat, dan pahalanya tetap insya Alloh.” (HR. Abu Dawud)
Kebanyakan dari kaum Muslimin membaca doa tadi sebelum mencicipi makanan atau minuman padahal lafazh doa tersebut menunjukkan fi’īl mādhī (kata kerja lampau), hingga tidak mungkin dikatakan telah hilang dahaga apabila belum makan atau minum.
Adapun bacaan yang dibaca sebelum berbuka puasa adalah basmalah yaitu “Bismillah”, hal ini berdasarkan keumuman hadits Nabi :
“Apabila salah seorang dari kalian makan makanan, maka ucapkanlah ‘Bismillah’.” (HR. at-Tirmidzi)
35. Begadang untuk sesuatu yang tidak terpuji.
Banyak orang yang begadang pada malam-malam Ramadhan dengan melakukan sesuatu yang tidak terpuji, bermain-main, ngobrol, jalan-jalan atau duduk-duduk di jembatan atau trotoar jalan. Pada tengah malam mereka baru pulang dan langsung sahur kemudian tidur. Karena kelelahan, mereka tidak bisa bangun untuk shalat Shubuh berjamaah pada waktunya. Ada banyak kesalahan dan kerugian dari perbuatan semacam ini yaitu begadang dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Padahal Nabi membenci tidur sebelum ‘Isya dan bercengkerama (ngobrol) setelahnya kecuali dalam hal kebaikan.
36. Meninggalkan shalat tarawih.
Padahal telah dijanjikan bagi orang yang menjalankannya -karena iman dan mengharap pahala dari Alloh- ampunan akan dosa-dosanya yang telah lalu. Orang yang meninggalkan shalat tarawih berarti meremehkan adanya pahala yang agung dan balasan yang besar ini. Ironinya, banyak umat Islam yang meninggal-kan shalat taraweh. Barangkali ada yang ikut shalat sebentar lalu tidak melanjutkannya hingga selesai. Atau rajin melakukannya pada awal-awal bulan Ramadhan dan malas ketika sudah akhir bulan. Alasan mereka, shalat taraweh hanyalah sunnah belaka. Benar, tetapi ia adalah sunnah mu’akkadah (sangat dianjurkan) yang dilakukan oleh Rosululloh , Khulafa’ur Rasyidin dan para tabi’in yang mengikuti petunjuk mereka. Ia adalah salah satu bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Alloh , dan salah satu sebab bagi ampunan dan kecintaan Alloh kepada hamba-Nya. Orang yang meninggalkannya berarti tidak mendapatkan bagian daripadanya sama sekali. Kita berlindung kepada Alloh dari yang demikian. Dan bahkan mungkin orang yang melakukan shalat taraweh itu bertepatan dengan turunnya Lailatul Qadar, sehingga ia mendapatkan keberuntungan dengan ampunan dan pahala yang amat besar.
37. Shalat tarawih dengan tergesa-gesa dan tidak tuma’nīnah (tenang).
Pada pelaksanaan shalat tarawih di masjid-masjid sering kita saksikan imam shalat melakukan shalat tarawih dengan tergesa-gesa, terlalu cepat dalam melaksanakan shalat, tidak menyempurnakan sujud, ruku’, dan bacaan shalat lainnya. Padahal Rosululloh bersabda, “Seburuk-buruk pencuri adalah pencuri di dalam shalat, di mana ia tidak menyempurnakan ruku, sujud, dan kekhusyu’annya.” (HR. Ahmad)
Dan juga sabda beliau , ‘Tidak sah shalat seseorang yang tulang punggungnya tidak lurus ketika melakukan ruku’ dan sujud.’ (HR. an-Nasa’i dan at-Tirmidzi)
38. Berpuasa dengan niat supaya sehat.
Niat ini merusak keabsahan puasa. Karena, puasa tidak dilakukan, kecuali dengan mengharap ridha Alloh . Adapun berdalih dengan sabda Nabi , ‘Berpuasalah kalian maka kalian akan sehat’, maka hadits ini adalah hadits lemah.
39. Tidak melaksanakan shalat Maghrib dengan berjama’ah lantaran berbuka puasa.
Hal ini banyak kita saksikan di masjid-masjid yang pada waktu Maghrib di bulan Ramadhan sunyi disebabkan banyak ahlinya lebih mengutamakan berbuka puasa di rumah di bandingkan melaksanakan shalat maghrib berjamaah di masjid. Padahal Rosululloh pernah berkeinginan kuat untuk membakar rumah-rumah orang yang shalat di rumahnya.
40. Mengakhir-akhirkan shalat Zhuhur dan ‘Ashar dari waktunya lantaran tidur yang berlebihan.
Alloh berfirman, artinya: ‘Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya.’ (QS. al-Ma’un [107]: 4-5)
Termasuk orang-orang yang lalai terhadap shalatnya adalah mereka yang menunda-nunda waktu shalat atau meninggalkan shalat berjama’ah tanpa udzur.
Tidur merupakan salah satu karunia Alloh yang diberikan kepada hamba-Nya. Ia adalah suatu kebutuhan manusiawi yang harus dipenuhi. Hanya saja, jika ia melebihi batas yang wajar, maka ia bisa merusak hati. Dalam bulan puasa ini kita mengharapkan sesuatu yang sangat besar, bahkan lebih berharga dari segala sesuatu, yaitu surga Alloh yang luasnya seluas langit dan bumi. Oleh karena itu, hendaklah kita meninggalkan banyak tidur sehingga waktu yang kita miliki tidak hilang dengan percuma.
41. Menjadi hamba Ramadhan.
Sebagian orang, bila datang bulan Ramadhan mereka bertaubat, shalat dan puasa. Sebagian lagi amat bersemangat dan tekun membaca al-Qur’an di bulan Ramadhan bahkan sampai mengkhatamkannya, ada juga yang banyak bersedekah dan bermurah hati terhadap kaum fakir miskin. Akan tetapi ketika Ramadhan berlalu meninggalkannya ia mengabaikan semua amalan-amalan tersebut. Ia kembali malas memakmurkan rumah-rumah Alloh dengan shalat berjama’ah, segan membaca al-Qur’an, dan tidak lagi berpuasa sunnah. Bahkan tidak sedikit yang kembali lagi meninggalkan shalat dan melakukan berbagai perbuatan maksiat. Alangkah ruginya golongan orang-orang seperti ini, sebab mereka tidak mengenal Alloh kecuali di bulan Ramadhan saja. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Robb bulan-bulan pada sepanjang tahun adalah satu jua? Bahwa maksiat itu haram hukumnya di setiap waktu? Bahwa Alloh mengetahui perbuatan mereka di setiap saat dan tempat?
Hendaknya mereka sadar bahwa kita semua adalah hamba Alloh , bukan hamba Ramadhan. Ingatlah, Robb yang kita sembah di bulan Ramadhan adalah Robb yang sama di bulan-bulan lainnya. Oleh karena itu, janganlah kita sekali-kali meninggalkan amalan tersebut di luar bulan Ramadhan.
Hendaknya kita bertaubat kepada Alloh dengan taubat nashūhah (taubat yang sebenar-benarnya), meninggalkan maksiat serta bertekad kuat untuk tidak mengulangi dosa-dosa setelah perginya Ramadhan.
Semoga shalawat dan salam sejahtera
tercurah atas Nabi Muhammad ,
keluarga dan para sahabatnya