Ketahuilah bahwa musuh telah menyiagakan kekuatan dan meregangkan anak panah di tali busur. Merka akan berusaha membidikmu hingga mengenai sasaran, menghunjam ke dalam raga. Racun panahnya akan menyebar dan menjadi luka mendalam, hingga menjalar ke seluruh tubuh.
Itulah panah beracun yang dilesatkan oleh setan kepada manusia. Dampak racunnya pun tidak main-main. Efeknya akan terlihat pada seluruh anggota badan. Lidah bermanis kata. Kaki melangkah pasti. Raga bangkit penuh gelora. Sekilas pandangan, lalu seulas senyuman, kemudian sapaan salam. Selanjutnya percakapan, lalu janji dan akhirnya kencan atau bahkan hingga perzinahan. Na’udzubillah min dzalik.
Begitulah, karena pandangan bagai anak panah beracun. Pengaruhnya terus berlanjut meskipun yang dipandang telah pergi. Menyita pikiran, melahirkan kesedihan dan menyemaikan benih birahi serta membangkitkan hawa nafsu.
Pandangan akan melahirkan bersitan hati. Bersitan hati melahirkan pikiran. Pikiran melahirkan hasrat. Hasrat melahirkan keinginan. Keinginan melahirkan tekad. Hingga akhirnya, bila tekad kuat, jiwa akan terjerumus dalam perbuatan maksiat, bersunyi-sunyi di tempat sepi, bercanda ria, bercumbu rayu hingga melakukan perzinahan.
Jiwa manusia, jika tidak disibukkan dengan kebaikan, maka akan disibukkan dengan keburukan. Jika manusia tidak membawanya pada hal-hal yang mulia, maka pasti jiwa menyeretnya pada urusan yang hina.
“…Karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku….” (QS. Yusuf [12]: 53)
Maka, pilihlah kesibukan yang baik lagi mulia untuk jiwa, pikiran dan aktivitas Anda. Lelahkanlah kedua mata Anda untuk membaca al-Qur’an, as-Sunnah dan buku-buku bacaan yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
Jika tidak, ia akan disibukkan dengan urusan hawa nafsu yang semakin merajalela. Pandangannya akan terpikat oleh aurat yang terbuka bebas. Bisnis tubuh akan menjadi rayuan yang paling memikat.
Bagaimana tidak, karena saat ini kemungkaran telah mengenakan baju kebaikan. Zina yang haram bersembunyi di balik kedok asas “suka sama suka” dan “hak asasi manusia”. Rasa malu menjadi barang langka sedangkan jalan keharaman telah menjadi landai.
Ketahuilah, bahwa jalan menuju surga itu sangat sulit, tetapi cara untuk menggapai surga sangat banyak. Di antara jalan yang paling mudah lagi disukai untuk mencapai surga adalah jalan “cinta kasih sayang”. Jalan tersebut dapat dapat kita tempuh dengan bahtera rumah tangga.
Sungguh, tauladan kita yang mulia Rosululloh telah memberitahukan arah jalan tersebut. Beliau bersabda:
“Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaklah ia menikah. Karena, menikah lebih mampu menahan pandangan dan menjaga kemaluan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Wallahu a’lam. HS