Kafir Karena Cinta

kafir1Mereka (orang-orang yang musyrik) mencintai tandingan-tandingan sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Alloh.” (QS. Al-Baqarah (2): 165)

Cinta adalah rasa keinginan untuk mengasihi dan menyayangi kepada objek yang ia tuju. Kecintaan kepada makhluk (segala sesuatu yang diciptakan oleh Alloh ) adalah sebuah fitrah secara alamiah (Sunnatulloh Kauniyyah) yang telah Alloh  tanamkan ke dalam hati dari setiap manusia. Alloh  berfirman : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh-lah tempat kembali yang baik (surga) (QS. Ali-‘Imran [3]: 14)

Di dalam ayat ini kecintaan manusia dengan dunia ini berputar pada tiga poros dasar : (1) Wanita, (2) Keturunan, (3) Harta. Kecintaan kepada ketiga hal tadi bukanlah perkara yang dilarang dalam syari’at. Bahkan keberadaan dari ketiga hal tersebut dapat melanggengkan kehidupan manusia di muka bumi ini. Namun jika ketiga hal tersebut menjadikan seorang manusia lalai dari mengingat Alloh , lebih memilih dunia daripada Alloh dan Rosul-Nya, maka seorang manusia dapat menjadi “murtad” karenanya.

Dalam kitab Syarh Al-Manazil, penulisnya memberikan penafsiran terhadap surat Al-Baqarah ayat 165 dengan menjelaskan: “Alloh telah menginformasikan, bahwa setiap hamba yang mencintai sesuatu selain Alloh seperti kecintaannya kepada Alloh, maka ia telah menjadikan makhluk tersebut sebagai tandingan bagi Alloh.” Ibn Zaid meriwatkan tentang kelompok manusia yang telah menjadikan tandingan-tandingan bagi Alloh : “Mereka adalah orang-orang musyrik yang telah mengambil tandingan-tandingan mereka berupa tuhan-tuhan mereka yang mereka sembah beserta Alloh, mereka (orang-orang musyrik) mencintai tuhan-tuhan mereka sebagaimana orang-orang beriman mencintai Alloh, sedangkan orang-orang beriman adalah mereka yang cinta kepada Alloh.”

Mencintai manusia atau pasangan adalah sesuatu yang fitrah. Namun ia dapat berubah menjadi tandingan-tandingan Alloh jika seseorang mencintainya secara berlebihan. Dalam bentuk konkritnya adalah menuruti dan mengikuti kemauan dari manusia tersebut walaupun apa yang ia perintahkan melanggar dari syari’at Alloh, atau bahkan sampai kepada perbuatan yang masuk kepada pelanggaran kufrun bawwah (kafir yang nyata). Berikut ini sebuah kisah cinta dari anak manusia yang menjadikannya kafir atau murtad dari agama Alloh .

Aiman namanya, salah satu putri dari Khalid salah seorang muslim Arab yang mengejar pendidikan ke Amerika bersama keluarganya. Tak menyangka sebelumnya bahwa salah satu dari anaknya harus berpindah agama hanya dikarenakan cintanya kepada seorang pemuda kafir dari Amerika. Awal dari petaka tersebut adalah saat Aiman masuk ke dunia seni dan kehidupan bebas khas masyarakat Amerika. Akibatnya, dalam lingkup keluarga, ia merasa gengsi berbicara dengan bahasa bangsanya sendiri dan ia tak lagi menjaga shalat dan menunaikan syi’ar-syi’ar Islam. Setahun sudah Aiman menjalani kehiudupan penuh hura-hura ini, hingga ketegangan di dalam keluarga mencapai titik klimaksnya setelah ia masuk menjadi anggota geng remaja Amerika yang buruk. Ia sering pergi keluar rumah tanpa mau memperdulikan usaha-usaha ibunya untuk menghalangi dirinya, atau menutup-nutupi keberadaan dirinya saat ditanyakan oleh ayah atau kakaknya. Apalagi ketika ia jatuh cinta dengan seorang teman laki-laki Amerikanya yang terkenal pandai bernyanyi. Ia jelajahi tempat-tempat hiburan bersama kekasihnya ini dan nyaris tidak berpisah dengannya. Ia baru pulang ke rumah saat akhir malam. Di sinilah kesabaran sang ayah mulai habis. Maka ia berusaha melarang Aiman keluar meninggalkan rumah dan menguncinya di dalam kamar. Namun gadis ini lari lewat jendela, sehingga sang ayah terpaksa memukulnya. Alih-alih sadar, Aiman malah mengancam kabur dan meninggalkan keluarganya, perihal ini membuat orang tua dari Aiman menjadi shock berat. Setelah itu Aiman semakin terlena dalam kesesatan dan hura-huranya. Hingga pada suatu hari ia diminta oleh kekasihnya menemani dirinya pergi ke gereja untuk melaksanakan prosesi pernikahan. Aiman berusaha meyakinkan lelaki ini bahwa ia seorang muslimah dan agamanya menentang pernikahan seperti ini. Ia balik menawari kekasihnya untuk masuk Islam. Namun, dengan penuh kesombongan tawaran ini ditolak mentah-mentah. Dan ia memberinya pilihan, antara menikah dengannya di gereja atau berpisah. Gadis ini bingung memilih, antara murtad dari agamanya yang telah ia anut sejak kecil atau memenuhi permintaan lelaki yang ia telah menyerahkan segenap cinta dan kehidupan kepadanya. Setan terus membisikkan bujukannya agar beralih ke agama si kekasih. Akhirnya Aiman seorang muslimah harus menggadaikan agamanya hanya karena cinta…

Sekelumit kisah Aiman telah memberikan sebuah pelajaran penting bagi setiap muslim, agar dapat meletakkan cinta kepada manusia sesuai dengan posisinya. Mencintai anak, orang tua, ataupun pasangannya adalah sesuatu yang naluriah (thobi’i) dan di izinkan dalam syari’at. Dr. Ibrahim bin Shalih menyebutkan bahwa kecintaan yang naluriah dapat dikategorikan menjadi tiga komponen; (1) Mencintai kedua orang tua dengan bentuk memuliakan keduanya, (2) Mencintai anaknya dengan bentuk welas asih kepada mereka, (3) Mencintai seluruh kaum muslimin dalam menebar kebaikan kepada mereka. Namun jika kecintaan kepada seluruh hal tersebut menjadikan sarana kepada perbuatan haram dan tercela maka kecintaannya tersebut menjadi haram. Seperti mencintai orang tua adalah kewajiban namun jika keduanya memerintahkan dan mengajak pada bentuk pelanggaran maka tidak ada kewajiban bagi seorang anak untuk mematuhinya. Alloh  berfirman : “Dan jika keduanya (yakni orang tuamu) memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (QS. Luqman [31]: 15)

Oleh karenanya berhati-hatilah, karena cinta tak jarang anak manusia harus terjerumus dalam kedurhakaan kepada Alloh hanya karena sebuah cinta. Oleh karena itu “jangan pernah gadaikan agama ini, hanya untuk cinta.”

Refrensi :

  1. Fathul Majid, Abdurrahman bin Hasan.
  2. Murtad Karena Cinta, Bila Agama Tergadaikan Karena Cinta, Dr. Mahmud Muhammad Babalili.
  3. At-Tauhid Bayna As-Sail wa Al-Mujib, Dr. Ibrahim bin Shalih Al-Khudhayriy.

Check Also

Melihat Masa Depan Melalui Telapak Tangan, MUNGKINKAH…??

Melihat Masa Depan Melalui Telapak Tangan, MUNGKINKAH…?? Hari ini tak sulit untuk kita dapatkan orang-orang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot