Dalam harian Jawa Pos edisi 26 Mei 1987, seorang tokoh politik senior yang diidentikan sebagai cendekiawan Muslim bahkan sering dijuluki sebagai “lokomotif reformasi politik” di Indonesia menulis, “Revolusi Iran itu sesungguhnya suatu revolusi yang berskala magnetif dan keleluasaannya melebihi revolusi modern manapun. Kalau dibandingkan dengan Revolusi Prancis yang bersemboyan liberty, egalite, faternity, maka revolusi Prancis ini masih kalah dan belum bisa dibandingkan dengan Revolusi Islam Iran.”. Kemudian tanpa berpikir jernih dan tidak berdasar analisa akurat – dan memang ia sendiri sudah menjustifikasi dirinya bahwa ia sering salah dalam berijtihad – ia melanjutkan, “Melihat semua kenyataan ini, maka pemimpin Revolusi Islam Iran Ayatulloh Ruhullah Khomeini menyatakan, harus ada suatu revolusi. Dan, ia menawarkan Islam yang murni yang tidak dicampur dengan Marxisme, Sosialisme dan lain-lain. Dan, memang kenyataan revolusi ini akan berhasil.”.
Selubung Revolusi Iran
Revolusi Iran tahun 1979 adalah canangan perubahan secara radikal yang diusung oleh Khomeini untuk menggulingkan kekuasaan Shah Reza Pahlevi yang loyal kepada Barat dan berlaku tiran terhadap rakyatnya, bukan hanya kepada golongan Syi’ah, juga kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang ketika itu berjumlah 10 juta-an orang (25 % dari penduduk Iran).
Karena tirani Shah dan “kata manis namun beracun” Khomeini yang ber kamuflase(taqiyah) dengan mengatakan “Di dalam sebuah negara Islam akan datang ini, tidak akan ada diskriminasi!”, yang menyebabkan Ahlus Sunnah ikut serta mengangkat senjata untuk menggulingkan Shah. Setelah itu, bukan tanda jasa yang diterima Ahlus Sunnah, pembantaian etnis (genocide) dan tindakan diskriminatif yang justru “dihadiahkan”, juga klaim dusta bahwa populasi mereka (Ahlus Sunnah) hanya 2 juta orang dan untuk mendapatkan masjid saja sulitnya minta ampun. Inilah tipuan revolusi ala Khomeini!
Tertipu Revolusi ala Khomeini
Walau goresan pena tokoh yang bertitel Prof.Dr. tersebut telah cukup lama dirilis dan ditulis, namun hingga kini “kekagumannya” belumlah pudar, bahkan “diwariskan dan diestafetakan” kepada anaknya yang telah resmi menjadi anggota legislatif pada pemilu 2009 yang lalu.
Meskipun dugaan kuat sementara menyatakanbahwa tokoh “sepuh” tersebut bukanlah seorang Syi’ah, namun dipastikan bahwa ia:
- Cenderung sepihak, karena pendapatnya hanya bersumber dari berita yang dirilis pemerintah Iran atau buku-buku Syi’ah saja;.
2. Ia lupa bahwa Timur Tengah bukan hanya Iran, masih banyak negara lainnya.
Nyatanya hingga kematian Khomeini, tidak banyak keberhasilan revolusi yang diraih, kecuali tersebarnya ajaran sesat Syi’ah dan banyaknya konflik antar faksi Syi’ah, khususnya yang terjadi akhir-akhir ini antara kubu konservatif yang diwakili Ali Khomane’i dan Presiden Ahmadinejad dengan kubu reformis yang diwakili mantan Pre-siden Khatami dan tokoh oposisi Mousavi serta beberapa cucu Khomeini sendiri;
3. Tertipu dengan isapan jempol, slogan kosongdan seruan palsu Khomeini yang dulu lantang mengumandangkan “Bukan timur…bukan Barat,hanya Islam…Islam….”;
4. Bodoh terhadap ajaran Islam, hingga lancangmempropagandakan revolusi Khomeini se-bagai Islam yang murni (apanya yang murni?).
Sebuah Komparasi
Salah satu klaim fatal tokoh di atas adalah kebodohan dan ketidakmengertiannya terhadap hakekat Islam yang murni (baca: Ahlus Sunnah wal Jama’ah) yang “diserupakan” dengan revolusi sesat ala Khomeini. Padahal antara keduanya ter-dapat jurang perbedaan yang sangat jauh sekali!
Berikut perbandingan singkat antara Islam yang murni dan Islam palsu ala Khomeini:
1. Islam yang murni tegak di atas Tauhid, yaitu mengesakan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dengan semurni-mur-ninya.
Sedangkan Islam palsu ala Khomeini berdiri di atas syirik ala Persia dan paganisme ala Majusi yang membanggakan penyembahan kepada api.
2. Islam yang murni hidup di atas Ittiba’, yaitu meneladani Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dengan jujur.
Sedangkan Islam palsu ala Khomeini berge-limang dengan bid’ah yang sesat-menyesatkan, yaitu perpaduan “campur sari” ajaran sesat ‘Abdulloh bin Saba’ dengan filsafat batil Majusi dan “ramuan” kesesatan lainnya.
3. Islam yang murni eksis di atas sumber yang benar;al-Qur’an, as-Sunnah dan al-Ijma’.
Sedangkan Islam palsu ala Khomeini eksis de-ngan mengacak-acak al-Qur’an, membuat Qur’an tandingan, menghancurkan as-Sunnah dan tidak percaya kepada ijma’, spesifiknya ijma’ para sahabat Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
4. Islam yang murni bersinergi dengan pemahaman yang benar, yaitu pemahaman para sahabat Radhiyallahu ‘anhum.
Sedangkan Islam palsu ala Khomeini bersinergi dengan sumber kesesatan dan pemahaman sesat yang dengan lancang bahkan mengkafirkan para sahabat Radhiyallahu ‘anhum ajma’in, kecuali hanya beberapa orang saja.
Ke-sok-Islami-an Khomeini
Sutradara Revolusi Iran
Berikut testimoni Dr. Musa al-Musawi yang pernah menjadi “orang dekat” Khomeini terhadap ke-sok-Islami-an Khomeini yang berlaku tiran dan bertindak diktator yang oleh tokoh politik Indonesia di atas dianggap sebagai “penggiat” Islam yang murni:
1. Khomeini mengidentikkan Islam sebagai agama pendengki, suka berperang dan haus menumpahkan darah.
Khomeini menyatakan, “Islam dimulai dengan kucuran darah dan semua masalah takkan beres tanpa mengucurkan darah sebanyak-banyaknya.”.
Sejak awal berdirinya hingga kini, Republik Iran melakukan kebijaksanaan pemimpin besar-nya dengan paket membunuh rakyat yang tak berdosa, meneror dan memerangi negara-negara tetangganya, membantai golongan minoritas yang menuntut haknya dan membantai politisi yang menentang kebijakan rezimnya.
2. Khomeini mengidentikkan Islam sebagai agama tiran yang memberangus hak asasi dan kebebasan.
Hal ini terlihat dari pernyataannya, “Akan ku–potong lidah siapa pun yang bernada anti republik”.
3. Khomeini mengidentikkan Islam sebagai aga-ma yang tidak mengenal keadilan dan kasih sayang.
4. Khomeini mengidentikkan bahwa Islam adalah perampok harta benda milik umat.
Hal ini telah dipraktekkan pada rezimnya, dimana ia berkata, “Harta benda para hartawan itu berasal dari uang haram, wajib dirampas untuk mashlahat kaum lemah.”.
Kenyataannya, harta hasil rampasan tersebut“hanya” digunakan sebagai dana segar untuk menumpas lawan-lawan politiknya.
5. Pada rezimnya, Khomeini mengidentikkan Islam sebagai agama dustadan tipu daya.
Pemimpin revolusi Iran ini telah melakukankebohongan kepada dunia, khususnya kaum Mus-limin. Mereka mengklaim anti Israel dan Amerika. Namun, di balik klaim tersebut, mereka menjalin kerja sama “mesra” dengan Zionisme Israel Inter-nasional dan Amerika secara rahasia. Kini, “propa-ganda usang” ini masih getol digalakkan namun masih banyak juga tokoh yang tertipu.
6. Pada masa rezimnya, Khomeini telah meng-identikkan bahwa Islam sebagai agama mata-mata dan fitnah.
Khomeini memerintahkan agar para bapak memata-matai anaknya, begitu juga para ibu, antara tetangga terhadap tetangga lainnya, dan seorang anak terhadap saudara-saudaranya.
7. Khomeini telah mengidentikkan Islam sebagaiagama caci maki dan melempar tuduhan de-ngan kata-kata kotor.
Khomeini sangat mendukung Departemen Penerangan Republik Iran yang selalu mencerca tokoh-tokoh Islam negara Arab serta tokoh-tokoh Iran yang menentang rezimnya, dan yang lebih keji tentu saja terhadap para sahabat Rosululloh Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
8. Khomeini telah mengidentikkan Islam sebagai agama firqoh penuh ikhtilaf.
Khomeini bahkan sangat merestui tindakan mengintimidasi tokoh-tokoh Islam dengan ekspor revolusi ke negara mereka masing-masing.
Demikianlah historisitas, akar kronologis dan hakekat dari Revolusi Iran ala Khomeini yang “berhasil” “meruntuhkan kemurnian Islam”, “mengganyang kebenaran”, “memberangus kemuliaan” dan “menipu” banyak tokoh.
Waspada, deteksi dan berhati-hatilah wahai kaum Muslimin..!! Serta jangan lupa untuk meng-gali, mengkaji dan dan pelajari Islam yang murni, Ahlus Sunnah wal Jama’ah..!!