إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin rahimakumullah….
Dalam satu kesempatan, Rasulullah pernah memberitakan kepada para sahabatnya tentang gambaran dan kenyataan masa depan yang terjadi dan akan dialami umatnya sebagai berikut:
(( يُوْشِكُ اْلأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ، كَمَا تَدَاعَى اْلأَكْلَةَ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟، قَالَ: بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، لَيَنْزِعَنَّ اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللهُ فِي قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ!، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟، قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ ))
“Hampir saja semua umat mengepung kalian seperti kaum yang sedang menyerbu hidangan yang ada di atas meja makan. Seorang sahabat bertanya: ‘Apakah karena kami minoritas pada saat itu?’, maka beliau menjawab: ‘Bahkan saat itu kalian adalah mayoritas. Tetapi diri kalian ibarat buih yang centang perenang dihempas aliran air. Saat itu Allah telah mencabut rasa takut terhadap kalian dari dada musuh-musuh kalian, dan Allah timpakan dalam hati kalian penyakit kelemahan (wahn)’. Lalu ada sahabat yang bertanya lagi: ‘Apakah penyakit al-wahn itu, wahai Rasulullah?’, maka beliau menjawab: ‘Yaitu penyakit cinta dunia dan takut kematian.” (HR. Abū Dāwud)
Hadits tersebut memberikan banyak gambaran tentang masa depan umat kepada kita, di antaranya yang terpenting, bahwa musuh dari berbagai penjuru, bahkan dari segenap negeri dan bangsa akan sangat keras memusuhi umat Islam yang mayoritas, ya memusuhi kita semua tanpa kecuali, kaum muslimin yang telah berikrar dengan “La Ilaha illallah, Muhammad Rasulullah”.
Kaum muslimin rahimakumullah….
Mungkin dan bahkan kita semua harus bertanya, “Mengapa hal tersebut terjadi?”.
Jawabnya, karena kita hanya mayoritas dalam banyak dan jumlah saja, namun dalam kualitas atau keunggulan, kita minim, sedikit dan “tidak ada apa-apanya”. Kelemahan dan ketidakberdayaan tersebut terjadi karena kita ditimpa penyakit berbahaya yang merupakan problem internal kita sendiri, dan kita sendirilah yang harus mengentaskannya, yaitu mengentaskan penyakit kelemahan (wahn), virus cinta dunia dan takut mati. Salah satu upaya total yang bisa dan harus mulai dirintis dan dibiasakan oleh kita semua adalah dengan melakukan pembaharuan (tajdīd).
Rasulullah bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا ))
“Allah senantiasa akan memunculkan untuk umat ini pada setiap kurun waktu seratus tahun (seabad), pembaharu yang akan memperbaharui bagi mereka agama mereka.” (HR. Abū Dāwud dan al-Hākim)
Kaum muslimin rahimakumullah….
Berkaitan dengan masalah pembaharuan (tajdīd), maksudnya pembaharuan atau perbaikan agama (tajdīd ad-dīn), maka ada dua pertanyaan penting yang mendesak untuk dijawab.
Pertama, untuk apa dan mengapa perlu ada pembaharuan?
Kedua, apakah yang perlu diperbaharui dari agama ini?
Pembaharuan atau tajdīd, tidaklah sama dengan mengada-adakan hal-hal baru dalam agama yang tidak pernah ada contohnya. Seorang pembaharu (mujaddid) tidak mengubah apalagi sampai membongkar prinsip dan dasar agama. Laksana gedung, agama ditempati dan dipelihara, lalu secara berkala dan rutin dibersihkan agar tidak tampak usang dan kembali seperti kondisi semula: kokoh, indah, dan nyaman bagi penghuni maupun pengunjung.
Seorang pembaharu tidak mengubah dengan mengurangi atau menambah-nambah, membuat agama baru atau mendirikan agama dalam agama. Ia hanya memperjelas yang kabur dan menjernihkan yang keruh, mengangkat yang terabaikan dan memurnikan yang tercemar. Yaitu dengan meneguhkan ajaran agama yang sesuai dengan dalil-dalil dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah , serta telah diwarisi secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, ataupun dengan menolak dan menyanggah ajaran-ajaran lain yang dianggap atau dimasukkan sebagai ajaran agama, padahal hakekatnya sama sekali bukan termasuk ajaran Islam.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، رَبِّ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَصَحْبِهِ الرَّافِعِيْنَ قَوَاعِدَ الدِّيْنِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah….
Dari pemaparan khotbah pertama, kita mengetahui letak pentingnya pembaharuan atau tajdīd, khususnya dalam menghadapi gempuran dan serbuan musuh yang dari waktu ke waktu semakin banyak jumlahnya dan semakin keras serangannya.
Dan bila sudah sangat nyata bagi kita semua akan gencarnya gempuran dan serbuan kepada kita, merupakan sebuah kewajiban agar kita semua mau kembali kepada kemurnian Islam dan dengan senantiasa mempertahankan kepribadian dan identitas Islami kita. Hal ini menuntut kita semua untuk secara sadar dan tulus merubah atau bahkan memikirkan ulang semua hal yang kita lakukan selama ini, yaitu merubah gaya hidup, akhlak dan bahkan seluruh aktifitas hidup kita, agar sesuai dengan ikrar keislaman kita.
Allah berfirman:
“…Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” [QS. ar-Ra’d (13): 11]
Bila demikian keadaan dan kenyataannya, berarti kita semua telah meniti suatu sebab dan jalan kemenangan gemilang yang telah dijanjikan Allah kepada kita, dan janji-Nya pastilah terlaksana, tidak akan pernah diingkari-Nya.
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong dan meneguhkan kedudukan kalian.” [QS. Muhammad (47): 7]
Semoga fajar kemenangan bagi Islam dan kaum muslimin segera datang menghampiri kita semua, dan dalam waktu yang tidak lama lagi. Yang pasti, kita semua memang harus mulai melakukan pembaharuan agama, dalam seluruh aspek kehidupan kita semua. Dimulai dari masing-masing diri kita, dari yang paling mudah untuk segera dilaksanakan dan mulai saat ini juga!
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍّ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.