إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .
مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
Kaum muslimin rahimakumullah….
Rasulullah bersabda:
(( إِنَّ اللهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ اْلأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِيْنَهَا ))
“Allah senantiasa akan memunculkan untuk umat ini pada setiap kurun waktu seratus tahun (seabad), pembaharu yang akan memperbaharui bagi mereka agama mereka.” (HR. Abū Dāwud dan al-Hākim)
at-Tajdīd atau pembaharuan, secara bahasa (etimologi) berasal dari kata al-jadīd (baru), at-tajdīd berarti ja’lu asy-syai’ jadīdan “menjadikan sesuatu (kembali) baru.”
Berdasarkan makna at-tajdīd secara etimologis, maka di dalamnya terkandung tiga gagasan makna yang saling berkaitan erat satu dengan lainnya, yaitu:
- Sesuatu yang diperbaharui tersebut sudah ada sebelumnya, nyata lagi jelas eksistensi (wujud) dan keberadaannya, serta diketahui umat manusia pada umumnya.
- Sesuatu tersebut telah “usang” atau “dimakan” waktu dan zaman, sehingga mengalami kerusakan.
- Sesuatu itu kemudian “diperbaharui” atau dikembalikan keadaannya seperti semula, sebelum rusak atau usang.
Kaum muslimin rahimakumullah….
Sedangkan secara istilah syar’i (terminologis), yang dimaksud tadjīd ad-dīn atau pembaharuan agama adalah:
“Mengembalikan keagungan, keindahan dan kemuliaan agama, menghidupkan kembali sunnah-sunnah dan prinsip-prinsip dasarnya yang telah hilang, serta menyebarkannya (ajaran agama yang telah diperbaharui) kepada umat manusia.”
Kewajiban dan makna tadjīd sebagaimana pemahaman tersebut, bukanlah mengada-ada dan tidak ada landasannya sama sekali. Dalam beberapa hadits dari Rasulullah , selain hadits tersebut di atas, dijelaskan dan dipaparkan tentang kewajiban tadjīd ad-dīn, di antaranya adalah:
(( إِنَّ اللهَ يُفِيْضُ فِي رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُعَلِّمُ دِيْنَهُمْ ))
“Sesungguhnya Allah akan mengutus pada akhir setiap seratus tahun orang yang mengajarkan kepada umat manusia ajaran agama mereka.” (HR. Ahmad dan al-Bazzar)
(( إِنَّ اللهَ يُفِيْضُ ِللنَّاسِ فِي رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُعَلِّمُ النَّاسَ السُّنَنَ وَيَنْفِي عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَذِبَ ))
“Sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat mansusia pada akhir setiap seratus tahun orang yang mengajarkan sunnah-sunnah kepada mereka dan yang akan menolak kedustaan terhadap Nabi .” (HR. Ahmad dan al-Baihaqī)
(( إِنَّ اللهَ يَمُنُّ عَلَى أَهْلِ دِيْنِهِ فِي رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ بِرَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِيْ مَنْ يُبّيِّنُ لَهُمْ أَمْرَ دِيْنِهِمْ ))
“Sesungguhnya Allah memberi nikmat kepada pemeluk agama-Nya pada akhir setiap seratus tahun dengan seorang dari ahli baitku yang akan menjelaskan kepada mereka urusan agama mereka.” (HR. Ahmad dan Abū Nu’aim)
Kaum muslimin rahimakumullah….
Adapun lahan, medan dan lapangan tadjīd adalah mencakup hal-hal sebagai berikut:
- Dalam aqidah dan keyakinan.
Namun bukan berarti memasukkan unsur-unsur baru yang tidak termasuk bagian aqidah ke dalam aqidah Islam. Bahkan tadjīd dalam medan ini merupakan sebuah upaya “memurnikan” ajaran aqidah dari unsur-unsur luar yang merasukinya, hingga kembali murni dan bersih, tidak ada sedikitpun campur tangan pendapat, pandangan dan filsafat buatan manusia di dalamnya.
Juga dimaksudkan agar aqidah Islam tersebut dapat dipahami dengan mudah, gamblang dan jelas, sebagaimana yang dipahami dan diyakini oleh as-salaf ash-shaleh, dari generasi para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan penuh kebaikan.
- Dalam bidang teoritis (nazhar) dan pengambilan dalil atau praktis (istidlal).
Yaitu dengan menghidupkan gerakan ilmiah dan nuansa keilmuan dalam mempelajari berbagai kajian syariat, berdasarkan dalil syar’i yang benar (shahih) dan terbebas dari belenggu fanatik (ta’ashshub) madzhab.
- Dalam aspek perilaku (sulūk), baik perilaku individu maupun masyarakat.
Yaitu dengan bekerja keras menshibgah (memberikan warna atau orientasi) Islam yang syari dalam berbagai aspek kehidupan kaum muslimin.
- Dalam menolak ideologi, paham, pandangan, prinsip dan isme yang bertentangan dengan Islam.
Itulah lahan-lahan dan lapangan tadjīd yang menjadi hakekat pembaharuan agama yang sebenarnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH II
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، رَبِّ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَصَحْبِهِ الرَّافِعِيْنَ قَوَاعِدَ الدِّيْنِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah….
Dari pemaparan khotbah pertama tentang makna dan hakekat tajdīd, tajdīd tiada lain merupakan misi utama dakwah yang diemban oleh para nabi dan rasul, yaitu untuk menyingkap jalan kesesatan yang selama ini telah mengaburkan jalan kebenaran.
“Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas. Yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” [QS. asy-Syu’ara (26): 150-152]
“Dan demikianlah Kami terangkan ayat-ayat al-Qur’an (supaya menjadi jelas jalan orang-orang yang shaleh), dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berdosa.” [QS. al-An’am (6): 55]
Demikianlah makna dan hakekat pembaharuan agama yang merupakan kewajiban kita semua untuk segera memulainya. Agar tekad kuat kita untuk mendapatkan hidayah dari Allah dalam meniti jalan yang lurus (ash-shirāth al-mustaqīm) yang selama ini diminta, benar-benar terwujud dan semakin komplek didapatkan.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍّ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.