Alloh Berfirman dalam al-Qur’an Surat an-Nur ayat 63, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (QS. an-Nur: 63).
Sebuah sejarah nyata Ummat Islam akan bukti hukum syar’i yang Alloh wahyukan telah terjadi pada sebuah sistem pemerintahan Islam Turki Utsmani yang pernah memimpin dunia, Imperium dunia dan mampu menggentarkan musuh-musuhnya. Dan hal itu dikarenakan penjagaan mereka terhadap kemurnian Islam sehingga ketika sistem pemerintahan tersebut, baik penguasa maupun masyarakatnya telah meninggalkan kemurnian, maka sirnalah kejayaan yang pernah didapatkan. salah satu bentuk penodaan kemurnian yang menghantarkan keruntuhan Khilafah Utsmaniyyah adalah bid’ah (ketidak pengikutan terhadap wahyu al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh ).
Para Sultan di awal pemerintahan Utsmani sangat membenci Bid’ah dan para pelakunya. Hal ini dapat kita lihat dari sebuah perkataan Sultan Muhammad Al-Fatih saat memberi nasehat pada para penguasa setelahnya, “Jauhilah bid’ah-bid’ah dan para pelakunya. Jauhilah mereka yang menyuruh melakukan bid’ah-bid’ah tersebut”. sehingga kemenangan dan kejayaan selalu mereka dapatkan.
Sedangkan di akhir pemerintahan Utsmani, Bid’ah menyebar dengan deras dan mewabah. Kehidupan rakyat Utsmani saat itu telah bercampur bid’ah dan khurofat. Sedemikian parahnya bid’ah menjangkiti ummat saat itu mulai dari lapisan masyarakat awam, orang yang dianggap alim, sampai penguasa. Bahkan hanya sedikit ibadah yang tidak dikotori bid’ah, atau dalam satu urusan yang menyangkut masalah kehidupan lainnya seperti dalam mengurus jenazah dan kematian, perkawinan dan jamuan makan atas tamu ataupun walimah. Anak-anak yang baru lahir pun sudah dititipkan kepada para sufi yang menyimpang dari rel agama. Bid’ah dapat disaksikan di semua tempat. Fenomena bid’ah nyaris melanda semua lapisan masyarakat. Dilakukan oleh orang-orang bodoh dan didukung oleh orang-orang alim. Maka jadilah saat itu yang sunnah dipandang bid’ah dan yang bid’ah dipandang sunnah. Pemahaman agama dan ilmu, bergeser dari manhaj yang sempurna dan menyeluruh yang meliputi semua aspek kehidupan, menjadi sekedar ibadah aneh dan asing serta upacara yang compang camping yang diagungkan dan menyangka bahwa mereka adalah orang yang mendapatkan petunjuk.
Shahih Bukhori yang di dalamnya berisi manhaj kehidupan Rosululloh bergeser hanya menjadi tradisi yang kusam dan lusuh, yang dibaca hanya dalam kondisi krisis dan saat perang dengan harapan mendapat pertolongan dari Alloh dan menang atas musuh-musuhnya.
Sunnah Rosululloh di masa itu menjadi suatu hal yang sangat aneh, setelah diterpa topan badai bid’ah dengan demikian besar. Manusia bahkan berubah pandangan dengan beranggapan, bahwa bid’ah-bid’ah yang ada itu adalah inti dari agama. Mereka tidak ingin meninggalkannya, namun pada saat yang sama mereka telah melalaikan hukum-hukum Islam. Mereka berjuang demi bid’ah-bid’ah itu, bersumpah setia untuknya. Mereka melihat bahwa apa yang mereka lakukan adalah sebagai pengabdian terhadap agama dan kaum muslimin. Akibat itu semua selangkah demi selangkah, setapak demi setapak khilafah Utsmaniyyah beranjak menuju keruntuhan dan akhirnya hancur dan tidak mampu untuk bangkit kembali hingga saat ini.
Saudara-saudaraku, bukankah kita mengharapkan kemenangan Islam?? Bukankah kita meng-harapkan kejayaan Islam?? Bukankah kita ingin mengembalikan dunia ini dalam pangkuan daulah (khilafah) Islamiyyah seperti yang pernah diraih oleh daulah Utsmaniyyah?? Bukankah kita ingin bangkit dari keterpurukan?? Ingat! Tidak ada kebangkitan yang sejati kecuali dengan berjalan di atas kemurnian. Untuk itulah mari bersama kita usung kemurnian Islam! Mari bersama kita dakwahkan kemurnian Islam! Mari kita kawal kemurnian Islam!!! Maka kebangkitan dan kejayaan akan kita dapatkan.