“Sungguh Alloh telah menolong kalian (Mukminin) di banyak medan perang, dan (ingatlah) Perang Hunain, ketika jumlah kalian yang besar itu membanggakan kalian, tetapi (jumlah yang banyak itu), sama sekali tidak berguna bagi kalian, dan bumi yang luas itu terasa sempit bagi kalian, kemudian kalian berbalik ke belakang dan lari tunggang langgang. Kemudian Alloh menurunkan ketenangan kepada Rosul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Dia menurunkan bala tentara (para malaikat) yang tidak terlihat oleh kalian, dan Dia menimpakan azab kepada orang-orang kafir, itulah balasan bagi orang-orang kafir.” (QS. at-Taubah: 25-26)
Setelah pasukan kaum Muslimin mendapat serangan secara tiba-tiba dari pihak musuh, maka yang terjadi saat itu adalah bagaimana menyelamatkan diri dengan semaksimal mung-kin. Mereka tidak lagi memperdulikan satu sama lainnya, yang terbesit dalam pikiran me-reka adalah sebisa mungkin menghindar se-jauh-jauhnya dari medan pertempuran untuk menyelamatkan jiwa mereka. Begitulah kon-disi kaum Muslimin ketika itu, sampai-sampai suara lantang Rosululloh yang sengaja me-manggil para sahabatnya tidak sempat terde-ngar oleh mereka.
Pada saat itulah tampak betapa hebatnya keberanian Rosululloh yang tiada tanding-nya. Beliau siap-siap memacu tunggangannya ke arah orang-orang kafir sambil berteriak lan-tang, “Akulah sang Nabi, dan ini bukan dusta. Akulah keturunan Abdul Muththoib.”
Hanya saja Abu Sufyan bin al-Harits se-gera memegang tali kekang baghal beliau dan al-Abbas memegang pelananya, berusaha untuk menahannya agar baghal beliau tidak lari. Be-liau turun dari punggung baghal lalu berdo’a, “Ya Alloh, turunkanlah pertolongan-Mu.
Kondisi yang sangat dahsyat dan mence-kam, seolah kematian sudah di depan mata. Tidak tahu harus berbuat apa kecuali menunggu pertolongan Alloh saja. Di sinilah penting-nya figur seorang pemimpin dan jenderal lapa-ngan yang tangguh. Dan posisi itu diperankan oleh sang maestro Islam yaitu Rosululloh . Pecahnya konsentrasi dan mental para pejuang Muslim, berhasil dibangkitkan lagi oleh Ro-sululloh . Beliau memerintahkan paman beliau, al-Abbas, orang yang suaranya paling lantang untuk menyeru para sahabat.
Al-Abbas menuturkan, “Aku pun berte-riak dengan suara sekeras-kerasnya, “Manakah orang yang berikrar di bawah pohon?”
“Demi Alloh” kata Al-Abbas selanjutnya, “seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti seekor induk sapi terha-dap anaknya.” Mereka menyahut, “Kami men-dengar suaramu. Kami mendengar suaramu.”
Seruan ini sungguh membuat para “perin-du surga” bergegas untuk merapatkan barisan. Ada seseorang yang memerintahkan ontanya untuk membungkuk, namun ontanya itu tidak menurut. Maka dia hanya mengambil baju besinya, lalu mengenakannya, juga mengambil pedang dan tamengnya serta melepaskan onta-nya. Dia segera pergi menuju arah seruan hingga tiba di dekat Rosululloh . Seketika su-dah terkumpul seratus orang yang berada di sisi beliau, dan mereka bersiaga menghadapi gem-puran musuh dan siap bertempur kembali.
Seruan juga ditujukan kepada orang-orang Anshar… “Bahkan seruan juga ditujukan ke-pada Bani Al-Harits bin Al-Khazraj. Kini sudah berhimpun pasukan Muslimin yang cukup ba-nyak. Kedua pasukan saling melancarkan se-rangan. Beliau memandang ke arah kancah peperangan yang semakin seru dan gencar, sambil bersabda, “Di sinilah peperangan ber-kobar.” Lalu beliau memungut segenggam pasir dan melontarkannya ke arah musuh. Tak se-orang pun di antara mereka yang tekena sem-buran pasir melainkan matanya penuh dengan butir-butir pasir, sehingga meraka sulit melihat.
Tak seberapa lama setelah beliau melon-tarkan genggaman pasir, musuh mengalami kekalahan secara telak. Dari bani Tsaqif saja, tidak kurang 70 orang dari anggotanya yang terbunuh. Dengan kekalahan mereka itu, orang-orang Muslim bisa mendapatkan harta yang banyak, senjata dan menawan para wanita.
Alloh sekali lagi menunjukkan kekua-saan-Nya atas kita semua. Jika Alloh sudah ber-kehendak, maka tidak ada yang sanggup untuk menghalanginya termasuk kemenangan kaum Muslimin dalam peperangan Hunain, sekalipun kekalahan sudah di depan mata.
Dari persitiwa ini banyak sekali hikmah yang terkandung, diantaranya:
- Jika seseorang bertaqwa, niscaya perto-longan Alloh pasti datang untuk me-nyelamatkannya dalamsituasi segenting apapun.
- Sosok teladan Rosululloh sebagai sen-tral kekuatan kaum Muslimin dalam menggalang kekuatan telah terbukti dan menjadi bukti akan kecerdasan dan ke-pemimpinan beliau yang luar bisa diban-dingkan dengan komandan-komandan perang manapun yang ada di muka bumi ini.
- Setiap Muslimin dituntut secara total dalam perjuangan menegakkan ke-murnian, tidak lemah dan mundur ke belakang ketika menghadapi kekuatan musuh yang mungkin kita anggap dapat menghancurkan dan membawa kita pada penderitaan.