Saudaraku kaum muslimin…
Alloh [swt] telah menurunkan Islam dengan jelas dan sempurna. Kemudian Alloh menciptakan akal pada manusia sebagai alat untuk memudahkan dalam memahami syari’at Islam. Islam pasti dapat dipahami dengan jelas oleh orang-orang yang memiliki dan menggunakan akalnya, begitu juga sebaliknya akal tidak akan lurus tanpa adanya bimbingan syari’at Islam.
Mengapa dalam Islam akal begitu dimuliakan dan ditinggikan, bahkan dijadikan syarat utama bagi seseorang yang meniti Islam? Berikut penjelasannya!
1) Hanya Orang Berakal Yang Mampu Memahami Islam.
Fungsi akal adalah sebagai alat untuk memahami maksud Alloh [swt] dan Rosululloh [saw] yang tertuang dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang menjadi sumber utama dalam Islam. Seseorang yang tidak dapat menggunakan akalnya maka dipastikan ia tidak akan bisa memahami syariat Islam dengan benar.
Alloh [swt] berfirman:
“Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Robbmu itu benar sama dengan orang yang buta, Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.” (QS. ar-Ro’d [13]: 19)
Ibnu Katsir berkata, “Hanya orang-orang yang memiliki akal sehat dan benar saja yang dapat mengambil nasehat dan pelajaran lalu memikirkannya”
Akal juga merupakan syarat untuk mendapat taklif (beban kewajiban) dari Alloh [swt] . Karenanya hukum-hukum syari’at tidak berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai akal. Dan di antara yang tidak menerima taklif itu adalah orang gila karena hilangannya akal darinya.
Rosululloh [saw] bersabda:
رُفِعَ القَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ وَمِنْهَا : الجُنُوْنُ حَتَّى يَفِيْقَ…”
“Pena telah diangkat dari tiga golongan, di antaranya: orang gila sampai dia kembali sadar (berakal)…“ (HR. Abu Dawud dan Nasa’i)
2) Tak Punya Akal Berarti Orang Bodoh
Seseorang yang tidak mengguna-kan akalnya berarti ia mengandalkan kebodohannya untuk memahami syari’at Islam yang mulia ini.
Taqlid buta misalnya atau ikut-ikutan tanpa dalil, seperti kaum Nashoro kepada para rahibnya dan Syi’ah Rofidhoh kepada para imamnya. Perbuatan ini benar-benar suatu kebodohan yang nyata, karena taqlid pada hakekatnya dapat melumpuhkan fungsi akal yang ada pada diri manusia sehingga tidak dapat memahami, menerima dan menjalankan apa yang dituntut oleh Islam.
Alloh berfirman:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Alloh ,” Mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (QS. al–Baqoroh [2]: 170)
Pada saat Nabi [saw] menyeru kaumnya untuk bersatu di atas kalimat yang sama yaitu Lailahaillalloh, mereka pun segera bangkit seraya mengibaskan baju dan mengatakan dengan perkataan yang diabadikan oleh Alloh [swt]:
“Mengapa ia menjadikan sesembahan itu hanya satu Ilah saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (QS. Shod [38]: 5)
Mereka terheran-heran saat mendengar seruan Rosululloh [saw] untuk menyembah satu Ilah saja, karena menurut mereka ini sangat mengherankan dan tidak masuk akal.
Saudaraku…
Seandainya mereka mau menggunakan akalnya untuk berfikir, pasti mereka akan menolak dengan tegas adanya Ilah-Ilah selain Alloh . Dan mencukupkan dengan satu Ilah saja untuk diibadahi.
Alloh [swt] berfirman:
“Sekiranya ada di langit dan di bumi sesembahan selain Alloh , tentulah keduanya itu telah rusak binasa.” (QS. al-Anbiya [21]: 22)
Pernah Abu Roja’ al-‘Athoridy menceritakan pengalamannya sebelum masuk ke dalam agama Islam, “Dulu kami selalu menyembah batu, apabila kami menemukan batu lain yang lebih baik, maka kami buang batu pertama yang telah kami sembah, kemudian berganti menyembah batu yang kami anggap lebih baik… (HR. Bukhori)
3) Tak Punya Akal Berarti Tuli, Bisu, dan Buta.
Begitulah hakekat orang-orang kafir dan musyrikin yang tidak mempergunakan akalnya, mereka tuli, bisu, dan buta. Oleh sebab itu mereka tidak dapat mengerti apa yang mereka dengar.
Simaklah bagaimana Alloh [swt] mengumpamakannya,
“Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti.” (QS. al-Baqoroh [2]: 171)
Sungguh, di dalam ayat ini keadaan mereka digambarkan dengan perumpamaan yang menghinakan. Mereka diumpamakan oleh Alloh seperti seekor kambing yang selalu menuruti perintah penggembalanya, setiap penggembala memanggilnya, ia akan selalu datang kepadanya, meskipun sang penggembala memanggilnya untuk disembelih. Ia tidak mengerti kenapa ia dipanggil, ia tidak mendengar dan tidak mengerti maksud panggilan itu kecuali suara yang ia tiru.
Saudaraku kaum muslimin…
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa Islam hanya untuk orang yang berakal sebaliknya agama selain Islam dari Yahudi, Nashroni dan Syi’ah Rofidhoh serta kaum musyrikin lainnya hanya untuk orang-orang yang tidak bisa menggunakan akalnya. Mereka tidak bisa memahami Islam, mereka bodoh dengan taklidnya, tuli, bisu dan buta.
Wallohu a’lam..
(Red-HASMI/Ustadz Supendi)