Saudara kum Muslimin…
Setiap upaya perjuangan pasti memiliki sebuah tujuan akhir. Demikian juga dengan perjuangan untuk sebuah kebangkitan Islam, selain tujuan umum yang harus dicapai yaitu mewujudkan Islam di bumi ini, menegakkan hak-hak Alloh [swt] di alam nyata, menjadikan manusia berada di jalan yang diridhoi-Nya, merubah seluruh aspek kehidupan manusia dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan Islamiyah. Juga terdapat tujuan pribadi sang pejuang yang tidak bisa dipandang sebelah mata yaitu untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Alloh [swt] dan surga-Nya, serta mendapat pahala yang besar dari usaha juangnya.
Untuk menyatukan dua tujuan besar inilah maka sebuah perjuangan harus memiliki unsur-unsur yang dapat mempermudah mendapatkan kedua tujuan yang besar tersebut. Minimalnya ada dua unsur yang harus dipehatikan dalam sebuah perjuangan, kedua unsur tersebut adalah:
1. Unsur Sunniyyah
Yang dimaksud dengan unsur sunniyyah adalah apa saja yang dibawa oleh Rosululloh [saw] baik pekara aqidah, ibadah dan amaliyah serta semua ajaran yang terdapat dalam Islam yang mulia ini di atas manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah.
Unsur inilah yang dibutuhkan kebangkitan umat ini. Karena keterpurukan dan keterjatuhan umat ini disebabkan oleh dominasi penyelisihan terhadap sunnah Rosululloh [saw]. Dan keterpurukan ini akan terus melanda kecuali kembali mengagungkan, menjalankan, dan memperjuangkan sunnah Rosululloh [saw] di bumi ini.
Alloh [saw] berfirman:
“Barangsiapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. al-Ahzab [33]: 71)
Perlu saudara kaum Muslimin ketahui, bahwa kebangkitan terbesar bagi umat ini adalah selamatnya mereka dari api neraka Jahannam dan mendapatkan kenikmatan yang abadi yaitu Surga. Bukan masalah besar bagi seorang pejuang, menikmati ataupun tidak kebangkitan dunia berupa terwujudnya negara atau khilafah Islamiyah di saat sang pejuang hidup (sekalipun itu harapannya), namun yang terpenting adalah ia telah mendapatkan kebangkitan sejati dengan penitian sunnah Nabi karena dengan begitu balasan surga akan segera diraihnya. Sebagaimana janji Alloh kepada mereka yang meniti Rosul-Nya yang tertuang dalam firman Alloh [swt]:
“Barangsiapa taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, niscaya Alloh memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. an-Nisa [4]: 13)
Perjuangan yang tidak terdapat unsur sunniyyah di dalamnya, berarti perjuangannya adalah semu dan hanya akan mengantarkan pelakunya kepada kerugian di dunia dan di akhirat. Di dunia tidak akan tercapai tujuannya, di akhirat disiksa di neraka. Bagaimana mungkin mereka akan membangkitkan umat ini sementara unsur kebangkitan terbesar tidak mereka jalankan..? Tentu kesia-siaanlah yang mereka lakukan.
Benar-benar membingungkan dan mengecewakan memang, banyaknya gerakan-gerakan kebangkitan namun tidak menjadikan manhaj Ahlus Sunnah wal jama’ah sebagai standar kesamaan persepsi pergerakannya apalagi untuk memperjuangkan dan mendakwahkannya. Apa yang mereka perjuangkan adalah sebatas selera-selera yang disepakati antar mereka. Dengan demikian agama Islam atau unsur sunniyyah ini tidak akan didakwahkan secara sempurna dan menyeluruh. kalaupun di dakwahkan, terlebih dahulu harus ada yang dikesampingkan bahkan dibuang bagian-bagian penting dari agama ini, hal ini bertujuan tidak lain untuk “menjaga persatuan”. Padahal persatuan yang diperlukan adalah persatuan di atas manhaj Robbani, manhaj yang benar, manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
Mereka lupa atau pura-pura lupa, bahwa berkumpul di atas satu manhaj selain Ahlus Sunnah wal Jama’ah bukanlah persatuan, tetapi perpecahan hakikatnya.
Selain itu perjuangan tanpa adanya unsur sunniyyah akan mengakibatkan pelakunya serampangan dalam memutuskan sesuatu tanpa mempertimbangkan halal dan haram, termasuk dalam menentukan kebijakan strategi perjuangan, hanya karena tergesa-gesa dalam meraih tujuan yang dicita-citakan. Padahal dalam sebuah kaidah dikatakan,
(( مَنِ اسْتَعْجَلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ ))
“Barang siapa yang tergesa-gesa untuk memperoleh sesuatu sebelum waktunya, maka dipastikan dia tidak akan mendapatkan sesuatunya.”
2. Unsur Jama’ah
Ditinjau dari tujuan perjuangan di atas, sarana-sarana dengan aneka macamnya tentu sangat diperlukan untuk mencapainya, dan jelaslah bahwa hal tersebut hanya bisa terwujudkan dengan amal jama’i seperti yang telah diterapkan oleh Rosululloh dan para shahabatnya. Mereka bergerak berjuang di bawah kemimpinan Rosululloh [saw], bahkan para nabi pun berjuang dengan cara beramal jama’i. sebagaimana firman Alloh [swt]:
“Dan berapa banyaknya Nabi yang berjuang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa…” (QS. Ali Imron [3]: 146)
Selain itu perjuangan ini termasuk amal kebaikan lagi ketakwaan. Karenanya kita diperintahkan untuk saling kerjasama dan saling tolong-menolong di dalamnya, terlebih jika dilakukan dengan terorganisir dan terpimpimpin. sebagaimana firman Alloh :
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam mengerjakan kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertaqwalah kalian pada Alloh, sesungguhnya Alloh amat berat siksanya”. (QS. al–Maidah [5]: 2)
Perjuangan ini pun termasuk amal nushroh (pembelaan agama Alloh ) yang tentu akan mempunyai musuh yang banyak lagi terorganisir. Karena itu Alloh memuji para pejuang-Nya yang bersatu teguh dengan menggambarkan mereka seolah-olah bangunan yang kokoh.
Alloh [swt] berfirman:
“Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh”. (QS. as–Shof [61]: 4)
Saudaraku kaum Muslimin…
Demikian pentingnya sunniyyah dan jama’ah dalam perjuangan sehingga keduanya seakan-akan gambaran dari “Sunnah wal Jama’ah” itu sendiri. Hal yang serupa kita dapati hampir di semua peribadatan utama dalam Islam, penerapannya dilakukan secara sunnah dan secara berjama’ah, seperti pada sholat lima waktu, sholat jum’at, haji dan jihad fisabilillah.
Dalam sudut pandang umum perjuangan, unsur sunniyyah dan jama’ah harus ada dengan beriringan, tanpa kedua unsur ini atau hanya ada salah satunya saja maka akan ada ketimpangan. Unsur sunniyyah tanpa jama’ah, kebenaran akan sangat rawan terkalahkan oleh kebatilan atau minimalnya akan sulit sekali mengawal dan memperjuangkannya. Demikian juga halnya, jika yang ada hanya jama’ah tanpa sunniyyah, apa yang diperjuangkannya hanyalah pepesan kosong belaka yang tiada arti. Wallohu a’lam.
(Red-HASMI/IH/Supendi)