GAZA (www.hasmi.org) | Pada hari selasa (18/3/2014), terjadi krisis obat-obtan dan krisis bantuan kemanusiaan hingga kini masih dirasakan oleh warga Jalur Gaza, Palestina.
Lebih dari 1,7 juta jiwa warga Jalur Gaza yang hidup di wilayah dengan panjang 47KM dan lebar 11KM, lebih dari 50 % dari mereka adalah pengangguran.
Bermula dari tentara zionis israel angkat kaki dari wilayah Jalur Gaza pada tahun 2006, pada saat itu juga pemerintah israel memberlakukan zona merah serta menancapkan garis penambah derita nestapa bagi rakyat Palestina bahkan bisa dikatakan salah satu penyebab kematian khususnya bagi rakyat Jalur Gaza yaitu blokade/kepungan oleh israel.
Dengan diberlakukannya blokade zionis israel terhadap wilayah berbentuk kerucut memanjang yang terletak di bagian Timur Barat Palestina yang diberi nama Gaza Strip(Jalur Gaza/bahasa arab), mempersempit aktifitas masyarakat, perekmonomian menjadi lumpuh menjadi penyebab utama terjadi penggangguran. Terowongan atau jalur bawah tanah yang menjadi urat nadi.
Terpaksa masyarakat Jalur Gaza gigit jari menerima nasib dimana mereka menjalani hidup tanpa listri(karena listri di pasok oleh zionis israel dan di pasok oleh pihak Mesir, sekarang sudah di stop pasokan listrik), kelangkaan Bahan Bakar Minyak dengan terpaksa para sopir menjadi nganggur, para pegawai sipil hanya menerima gaji 1x dalam 4 Bulan itupun hanya separuh gaji.
Penangkapan terhadap rakyat Palestina dan pembunuhan juga masih rutin di lakukan oleh militer oleh israel, negara PBB tahu akan kejahatan zionis israel akan tetapi diam dan tidak dapat berbuat apa-apa.
Para muslimah Palestina khusus yang barada di Jalur Gaza dimana suami mereka tewas di medan pertempuran saat berhadapan dengan tentara zionis israel atau tewas di terpa reruntuhan akibat rumah mereka terkena roket dan bom israel.
Akibat dari penutupan pintu Rafah dan penghancuran terowongan maka para janda dan anak yatim serta keluarga fakir harus menerima resikonya yaitu tidak menerima bantuan, penulis bingung dari mana mereka mendapatkan makanan untuk bertahan hidup.
Dari segi kesehatan, setelah melakukan koordinasi dengan pihak kementrian kesehatan Palestina di Jalur Gaza bahwa rakyat Gaza tidak hanya mengalami krisis dari segi bahan makanan akan tetapi lebih dari itu yaitu krisis pasokan obat-obatan dengan terpaksa para pasien harus di rujuk ke Israel dan ke Mesir untuk menjalani perawatan yang memadai, tidak sedikit dari para pasien menemui nasib meninggal sebelu tiba di rumah sakit baik di Mesir maupun di Israel.
Layanan lembaga kesehatan non pemerintah, gedungnya sangat besar akan tetapi pasiennya tidak ada, setelah ditelusuri tidak ada pasien bukan karena rakyat Gaza terhindar dari penyakit atau tidak sakit akan tetapi para pasien rakyat Gaza yang sakit terpaksa memilih di rumah karena tidak memiliki dana untuk berobat, padahal di lembaga kesehatan tersebut mematok harga berobat dengan harga yang terjangkau alias subsidi silang.(Red/HASMI/MUSLIMDAILY)