Bimbinglah Istri dan Buah Hatimu

Bimbinglah Istri dan Buah Hatimu

Pertanyaan:

Selama ini, kami sebagai kepala rumah tangga melalaikan pendidikan istri dan anak-anak kami. Kami disibukkan dengan pekerjaan tiap hari. Pagi-pagi berangkat sedangkan pulang sudah larut malam. Mohon, kiranya ustadz sudi memberi nasihat kepada kami tentang bagaimana peran suami dalam membimbing istri dan anak-anaknya. (hamba Alloh, Bogor)

Jawaban:

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, suami memiliki peran yang sangat penting. Dialah sebagai nahkoda, imam, dan pemimpin rumah tangga. Dialah yang paling bertanggungjawab penuh akan baik atau buruknya rumah tangganya. Dialah yang mengarahkan mereka menuju surga yang dipenuhi kenikmatan abadi dan menjauhkan mereka dari api neraka Jahannam. Dialah yang seyogyanya memerintahkan anggota keluarganya pada kebajikan dan ketaatan kepada Alloh [swt], mencegah kemungkaran dan melarang dari perbuatan maksiat kepada Alloh [swt].

Alloh [swt] berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Alloh [swt] terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. at-Tahrim [66]: 6)

Ali bin Abi Tholib [ranhu] ketika menafsirkan ayat di atas berkata: “Ajarkanlah kebaikan kepada dirimu dan keluargamu.” (HR. al-Hakim)

Syaikh Abdurrohman as-Sa’di [rahimahu] berkata: “Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Alloh  dan menjauhi larangan-Nya, serta bertobat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka) adalah dengan mendidik dan mengajarkan syari’at Islam kepada mereka, serta menekan mereka untuk melaksanakan perintah Alloh . Maka, seorang hamba tidak akan selamat dari siksaan neraka kecuali jika dia benar-benar melaksanakan perintah Alloh  (dalam ayat ini) kepada dirinya sendiri dan pada orang-orang yang di bawah kekuasaan dan tanggungjawabnya.”

Teladan terbaik dalam hal memberikan pengajaran dan bimbingan adalah Rosululloh [saw]. Beliau  sangat antusias memberi petunjuk ke jalan menuju surga dan melarang perkara yang menjerumuskan api neraka.

Beliau [saw] bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya, dan aku adalah orang yang paling baik di antara kalian kepada istriku.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Lihatlah!! Rosululloh [saw] melarang Hasan bin ‘Ali  memakan kurma sedekah, padahal waktu itu Hasan [ranhu] masih kecil, Rosululloh [saw] bersabda: “Kakh…kakh” (agar Hasan membuang kurma tersebut), kemudian beliau  bersabda: “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa kita (Rosululloh [saw] dan keluarganya) tidak boleh memakan sedekah?.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

Sungguh kandungan hadits ini sangat mulia. Di dalamnya terdapat pendidikan bagi anak dengan adab yang bermanfaat (bagi mereka), serta melarang mereka melakukan sesuatu yang membahayakan mereka sendiri, yaitu melakukan hal-hal yang diharamkan dalam agama, meskipun anak kecil belum dibebani kewajiban syari’at, agar mereka terlatih melakukan kebaikan.

Bentuk cinta kepada istri dan buah hatinya sangatlah banyak dan beragam. Yang paling luhur yaitu membimbing dan mengarahkan mereka menuju surga Alloh [swt].  Adapun amaliah keislaman yang patut diperhatikan oleh setiap suami, di antaranya menyangkut tiga bidang, yaitu:

a)       Akidah

Yaitu berkaitan dengan masalah keyakinan kepada Alloh [swt]. Hal ini dihubungkan dengan upaya mewujudkan sikap ketahuidannya, secara nyata. Misalnya, bila istri atau anak menjadi seorang pengusaha yang ketika usahanya mengalami saat-saat sepi, ia tentu akan merasa bingung dan cemas karena tidak menghasilkan uang. Pada saat itu, boleh jadi istri atau anak ingin pergi ke dukun atau paranormal untuk memperoleh jimat atau mantra penglaris. Maka sebagai suami haruslah membimbing mereka dan menasihati mereka bahwa Rosululloh [saw] bersabda:

“Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu membenarkan apa yang diucapkannya, sungguh ia telah berlepas diri dari apa yang diturunkan kepada Nabi Muhammad . Barangsiapa yang mendatanginya tanpa membenarkan perkataannya, maka sholatnya tidak diterima selama empat puluh hari.” (HR. ath-Thobroni)

b)       Ibadah

Misalnya, bila istri malas melakukan sholat atau sering melakukan sholat tergesa-gesa, tidak puasa Romadhon, tidak mau mengeluarkan zakat, dan lain-lain, maka suami harus mengingatkan dan menasehatinya.

Bila istri bersantai-santai di teras rumah melepaskan rasa lelah padahal dia belum Sholat Ashar atau ia mengobrol dengan anak-anaknya hingga larut malam, padahal belum melaksanakan Sholat Isya atau tidur pulas hingga lewat waktu Sholat Subuh, hendaklah suami memperingatkan agar dia memperhatikan kewajiban sholatnya.

c)       Akhlak

Misalnya, bila istri seorang pedagang lalu curang dalam berdagang, yaitu mengurangi timbangan, takaran atau ukuran ketika menjual barang-barang, istri menyembunyikan yang cacat, sehingga pembeli mengalami kerugian akibat ulahnya, maka suami tidak boleh diam. Suami harus menyampaikan nasihat kepada istri bahwa berbuat curang, merupakan dosa besar.

Semoga istri dan  buah hati kita mampu menyejukkan pandangan mata dan menyenangkan hati kita.

“Ya Robb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. al-Furqon [25]: 74)

Wallohu A’lam…

 (Red-HASMI)

Check Also

Hukum Orang Yang Memakai Susuk Meninggal Dunia

Hukum Orang Yang Memakai Susuk Meninggal Dunia Nama : FR-190 FERLIYANSYAH Pertanyaan: Assalamu’alaikum mau nanya …

2 comments

  1. Terima kasih

  2. Assalamualaikum w w izin untuk copas isi materi di web ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot