Perempuan asal Jerman ini bernama Khadija Acuna Pihan, bersyahadat pada tahun 2005. Pilihannya menjadi seorang muslimah membuatnya harus “kehilangan” seluruh keluarganya yang tidak bisa menerima keislamannya. Namun ia yakin, suatu saat Allah [swt] akan mengembalikan keluarganya dan memahami mengapa ia memilih masuk Islam.
“Islam ialah jalan kebenaran yang akan saya jalani. Sekarang, setiap kali berdoa, saya merasa sedang bicara pada Tuhan, dan saya pun merasakan Tuhan sedang mendengarkan saya,” kata Pihan mengawali cerita di awal ia menjadi seorang muslimah.
Muslimah Jerman ini mengatakan, Islam adalah satu-satunya agama yang memiliki ajaran yang jelas. “Siapa yang membaca Al-Qur’an dengan hatinya, akan menemukan sebuah agama yang terang. Saya meyakini bahwa hanya ada satu Tuhan dan saya bahagia menemukan jalan saya dengan-Nya. Saya yakin sudah melakukan tindakan yang benar dengan masuk Islam. Saya bersyukur, Tuhan menuntun saya ke jalan yang benar,” ujar Pihan yang memilih nama Islam, Khadija setelah bersyahadat.
Perempuan ini, Acuna Pihan, lahir dan dibesarkan dalam ajaran Kristen. Ia dan keluarganya rajin ke gereja. Namun, saat datang ke gereja dan mendengar cerita pendeta bahwa Yesus adalah anak Tuhan, selalu terpintas dalam pikiran Pihan mengapa pendeta ini bicara seperti itu dan Pihan tidak mau mendengarnya.
“Saya membaca doa yang saya pelajari sejak saya berusia 7 tahun. Tapi saya merasa tak seorang pun mendengarkan doa saya, bahkan Yesus. Mengapa orang-orang ini datang ke gereja dan setelah itu para lelaki pergi ke restoran untuk minum minuman keras, lalu para perempuan bertengkar dengan mereka karena pulang dalam keadaan mabuk. Inikah ajaran Kristen?” tanya Pihan dalam hati.
Setelah hal itu, Pihan meyakini pasti ada hal lain yang diajarkan agama. Ia pun mempelajari berbagai agama. “Banyak agama yang aneh. Orang menyembah Buddha sebagai Tuhan atau menyembah matahari, sapi, bunga, bahkan setan. Hal semacam itu bukan agama saya,” batin Pihan ketika itu.
Sehingga akhirnya Pihan menemukan buku tentang Nabi Muhammad [saw] dan mengetahui bagaimana Rasulullah [saw]. Menyebarkan agama Islam serta betapa berbahayanya hidup sebagai seorang muslim di zaman itu. Pihan juga membaca sejarah kehidupan Nabi Muhammad [saw], mulai dari silsilah keluarganya, kehidupan rumah tangganya dan siapa saja istri-istri beliau.
“Diriku pun tidak bisa berhenti saat membaca buku itu, sehingga saya membaca semua buku-buku itu dalam satu hari. Buku yang saya baca menceritakan tentang kitab suci Al-Quran yang berisi firman-firman Allah [swt] dan rasa ingin tahu saya tentang Al-Quran pun muncul,” ujar Pihan.
“Dan pada saat saya membaca surat Al-Fatihah, jantung saya berdebar hebat. Saya terus membaca surat-surat lainnya dan saya hati saya tenang saat membacanya. Ketika saya membaca surat Maryam dan mengetahui apa yang tertulis di surat itu, saya jadi paham mengapa saya tidak bisa memercayai apa yang dulu dikatakan pendeta di gereja,” tukasnya.
“Dalam Kristen, kami belajar bahwa Yesus adalah anak Tuhan dan kami harus berdoa padanya. Itulah yang kami lakukan selama ini. Lalu, saya membaca Al-Quran yang usianya sudah ribuan tahun, dan isinya selalu sama bahwa Yesus hanya seorang nabi seperti juga Nabi Muhammad [saw] serta nabi-nabi lainnya. Al-Quran juga menyatakan bahwa Tuhan tidak punya anak dan kita dilarang menyembah Tuhan yang lain kecuali Allah [swt].” Melanjutkan ceritanya berharga keIslamannya.
Untaian kata dan kalimat dalam Al-Quran yang membuat Pihan beralih ke agama Islam. Selain itu, yang membuatnya meyakini Al-Quran, meski kitab suci itu sudah berusia ribuan tahun, isinya tidak berubah. Berbed dengan kitab suci umat Kristiani, Kita Perjanjian Lama isinya berbeda dengan Kitab Perjanjian Baru, padahal dalam ajaran Kristen disebutkan bahwa Tuhan mengatkan “Jangan mengubah kata-kata ku kecuali aku perintahkan kalian mengubahnya.”
“Dalam agama Kristen memiliki 10 ajaran suci. Salah satunya adalah dilarang membunuh manusia. Tapi ketika orang-orang Kristen datang ke Amerika Selatan, mereka membunuh banyak orang Indian karena orang-orang Indian itu menolak masuk Kristen. Hal yang sama dilakukan orang-orang Kristen di Afrika,” papar Pihan.
“Dari kejanggalan tersebut, bagaimana mungkin mereka mengajarkan kita jangan membunuh, jika mereka sendiri membunuh. Semua itu membuat saya ingin pindah agama. Saya capek dengan kebohongan ajaran Kristen dan saya menemukan Islam satu-satunya agama yang memiliki ajaran yang jelas …”
“Dan Islam membawa kembali kebebasan dalam jiwa saya dan saya pun bahagia sejak awal saya masuk Islam. Islam adalah hidup saya. Tanpa Islam saya bukan apa-apa, dan jika Allah [swt] memalingkan wajah-Nya, Maka saya tak akan mampu hidup,” tutur Pihan menyelesaikan pengalaman berharga mendapatkan nikmat di bawah naungan Islam yang tak terlupakan.
(Red-HASMI/EM)