Memperkokoh Pondasi Penegakan Syari’ah

Alloh [swt] berfirman:“Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang beriman dan tidak (pula) perempuan yang beriman, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka…” (QS. al-Ahzab [33]: 36)
Sesungguhnya jawaban orang-orang Mu’min, bila mereka diseru kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Rosul memberi keputusan di antara mereka ialah ucapan “Kami mendengar dan kami patuh”, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. an-Nur [24]: 52)

Kedua ayat tersebut adalah petunjuk bagi setiap Mu’min, bahwa kon-sekwensi (tuntutan) atas keimanan mereka adalah sikap taat, patuh dan tunduk sepenuhnya kepada Alloh [swt] dan Rosul-Nya [saw]. Sikap untuk merendahkan diri sepenuhnya dan dengan penuh kerelaan diatur oleh Alloh [swt] dan Rosul-Nya [saw]  menjadi syarat mut-lak bagi benarnya keimanan mereka. Kepatuhan yang tidak ada sedikitpun pembangkangan. Kapan dan di mana saja ada perintah dan larangan akan sepenuhnya ditaati. Bahkan sejatinya mereka akan sangat sensitif dan selektif dalam menjaga setiap aqidah yang mereka yakini, ibadah yang mereka lakukan, dan seluruh bentuk muamalah mereka agar senantiasa sela-ras dengan tuntunan syari’ah Islam.

Ditengah kondisi mayoritas masyarakat yang demikian, motivasi penegakan syari’ah Islam pada ruas individu tumbuh dari dalam diri mereka sendiri. Mereka sendirilah yang akan berupaya meluruskan setiap aqidah agar sesuai dengan aqidah Islamiyah, setiap ucapan lisan terseleksi sesuai dengan nilai-nilai Islami, busana yang dikenakan sesuai dengan kaidah berbusana Islami, makanan yang dikonsumsi hanya berupa yang halal dan thoyyib serta jauh dari yang haram.

Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, sejak semula telah didahului dengan tuntunan Islam, sejak proses mencari jodoh sampai bagaimana tuntunan dalam melangsungkan per-nikahan dan merayakannya. Bahkan dilanjutkan sepanjang jalan meng-arungi bahtera rumah tangga; dalam bermuamalah antar anggota keluarga, pola dan wujud ketaatan seorang istri kepada suami, dan metode sang suami mendidik istri dan anak yang menjadi tanggung jawabnya, semuanya itu tak akan mereka relakan berjalan kecuali dibawah siraman nilai-nilai Islami. Jika mayoritas umat Islam telah memiliki karakter demikian, maka dasar terpenting sebuah masyarakat Islami telah terwujud.

Upaya dalam pelurusan seluruh aspek kehidupan ini adalah bukti nyata keseriusan dalam ber-Islam. Semua itu akan berjalan seiring dengan ke-sungguhan meraih setiap peluang amal sholih berupa beragam bentuk ibadah sesuai tuntunan Alloh [saw] dan Rosul-Nya [saw]. Setiap individu akan sangat merasakan tingkat kebutuhan mendalam pada ubudiyah kepada Alloh [swt], diiringi kesadaran bahwa semua itu hakikatnya adalah bukti nyata ketundukan dan penghambaan mereka kepada-Nya.

Pengagungan pada syari’ah Alloh [swt] sudah terpatri di dalam diri, sehingga tak akan bermudah-mudah dalam me-langgar larangan-Nya. Batas-batas lara-ngan Alloh [swt] dan Rosul-Nya [saw]  adalah hal yang sangat dijaga, agar jangan sampai terjatuh apalagi dengan sengaja. Kalaupun ada yang terjatuh, maka dengan bersegera akan memohon ampunan Alloh [swt] yang pintunya terbuka luas bagi hamba-hamba-Nya, terlebih yang jujur dalam taubatnya.

Dalam kondisi masyarakat yang telah secara mayoritas tertata dengan nilai-nilai Islami seperti ini maka tidak akan didapati –atau kalaupun ada akan sangat minim- adanya resistensi (penolakan) penerapan syariah pada ruas yang lebih kompleks, yaitu yang terkait dengan tata kelola masyarakat dalam ber-negara. Karena setiap Muslim telah sangat paham dan sadar bahwa syari’ah Islam adalah kebutuhan asasi dan sangat primer dalam seluruh kehidupan. Bahkan mereka telah berlomba-lomba menerapkannya dalam ruas individu, tata kelola keluarga, dan tatanan masyarakat yang mampu mereka jangkau.

Berkaca Pada Realita

Gambaran tersebut di atas adalah sekelumit dari potret masyarakat Islami yang tentu kita semua mendam-bakannya, di mana kita yakini bahwa ketika nilai-nilai Islami dengan seutuhnya teraplikasi dan ditunaikan oleh setiap Muslim pastilah Alloh [swt] akan memberikan apa yang Ia janjikan dalam ayat-ayat-Nya.

Alloh [swt] berfirman :

 “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi..”  (QS. al-A’rof [7]: 97)

“Barangsiapa yang mengerjakan amal sholih, baik laki-laki maupun perem-puan dalam keadaan beriman, maka sungguh akan Kami berikan kepada-nya kehidupan yang baik, dan sungguh akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka telah kerjakan.” (QS. an-Nahl [16]: 97)

Tentu kita menyadari sepenuhnya, bahwa karakter mayoritas masya-rakat kita saat ini masih sangat jauh dari gambaran tersebut. Hawa nafsu masih begitu diagungkan, dan men-jadi sesembahan yang ditaati oleh mayoritas masyarakat.  Pola fikir yang masih sangat jauh dari nilai-nilai Islami. Aqidah yang masih banyak tercemari noda-noda kesyirikan. Amal ibadah yang tak bersumber dari tuntunan Rosululloh   masih sangat kental mewarnai mayoritas ritual ibadah masyarakat.

Di tengah masyarakat yang mayoritasnya seperti itu, maka tak heran jika berbagai pelanggaran berupa kemaksiatan begitu mudah kita saksikan. Kezholiman antar sesama manu-sia kini telah dianggap sangat biasa. Berbagai bentuk perampasan harta berupa pencurian, perampokan, sam-pai korupsi yang dilakukan oleh berbagai kalangan seakan tak ada habisnya menjadi hal yang sudah rutin diberitakan. Aksi-aksi pem-bunuhan sadis dan mengerikan yang menggambarkan perilaku buas pelaku-nya juga sudah sangat sering kita dengar dan saksikan. Dan masih ter-lalu banyak bentuk kemaksiatan yang menggambarkan betapa pembang-kangan manusia pada syari’ah Alloh [swt] terjadi begitu merata.

Tidaklah mengherankan jika bencana demi bencana datang silih berganti. Rasa aman yang sudah sangat mahal. Sumber daya alam yang berlimpah namun miskin keberkahan. Tidaklah mengherankan pula, pada masyarakat yang seperti ini kita dapati suara-suara penolakan terhadap pe-nerapan syari’ah Islam justru tidak sedikit yang datang dari tubuh kaum Muslimin, bahkan dari mereka yang berlabel cendikiawan Muslim.

Sesungguhnya kejayaan Islam bukanlah hal yang mustahil, bahkan hal yang pasti terwujud. Namun bangunan kejayaan itu hanya akan terwujud diatas pondasi yang benar, yaitu ketika masyarakat telah mewujud-kan nilai-nilai Islami pada diri-diri mereka, pada setiap pola kehidupan mereka.

Dengan demikian gerakan Islamisasi harus terus dikawal dan diperkuat, dimana energi pemutar dan peng-gerak rodanya harus disalurkan oleh setiap kita. Kitalah sebagai bagian dari umat mulia ini, yang harus berupaya serius mengembalikan kejayaan Islam. Upaya penyuluhan (dakwah) kepada masyarakat harus dilakukan dengan sangat kuat, agar umat Islam memahami dan menyadari sepenuhnya hakikat penghambaan mereka kepada Alloh [swt] Robbul ‘alamin. Jika tidak, maka kita akan terjerumus dalam keterpurukan yang sama, sebagaimana telah dialami oleh mayoritas umat ini.

(Red-HASMI/IH/Ali Maulida, S.S  )

Check Also

Obat Mujarab Penyakit Galau

Zaman sekarang pemuda pemudi pasti tidak asing lagi dengan istilah “galau”, satu kata pendek yang …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot