Saudaraku…
Merupakan satu kewajiban bagi kita untuk menghujamkan keyakinan di dasar hati yang terdalam, bahwasanya al-Qur’an dan as-Sunnah adalah harga mati bagi siapa saja menghendaki kebahagiaan yang haqiqi. Karena, aqidah di dalam Islam tidak boleh masuk ke dalam hati atau jiwa seseorang kecuali setelah mendapatkan penetapan yang terdapat di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun sangat disayangkan, banyak manusia yang menjadikan begitu saja dugaan-dugaan atau khayalan mereka menjadi aqidah yang mereka yakini tanpa melalui proses seleksi yang tepat sehingga aqidah mereka tidak didasari oleh ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Ini tentu patut kita waspadai karena perkara ini akan menentukan posisi akhir yang akan kita tempati di akhirat kelak, di kampung kebahagiaan kah, yaitu surga, atau sebaliknya, di kampung kesengsaraan, yaitu neraka..!! Oleh karenanya, hendaklah bagi kita untuk senantiasa waspada terhadap hal-hal yang akan menyebabkan kita jauh dari al-Qur’an dan as-Sunnah, karena sebagaimana hidayah yang ada sebab memperolehnya, maka demikian juga dengan kesesatan, ada juga penyebab-penyebabnya. Dan, adalah beberapa hal di bawah ini yang harus kita wasapadai dari penyebab-penyebab itu:
Penyimpangan Pemikiran dari Manhaj Berpikir yang Benar
Penyimpangan pemikiran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
a. Ghurur (merasa diri besar) dan Silau dengan Pendapat Sendiri
Bisa jadi ada sebuah lintasan pikiran atau ide dalam benak seseorang, lalu karena merasa dirinya hebat maka ide mentah itu menjadi luar biasa menurutnya, lalu tanpa mengujinya dengan metode yang benar langsung dijadikannya sebagai aqidah yang menjadi keyakinannya.
b. Kelemahan Akal dan Menerima begitu saja Pemikiran Sesat yang Dikatakan
Di sebuah komunitas masyarakat biasanya muncul pemikiran yang menyimpang dari jalan yang lurus. Sering kali pemikiran sesat ini mendapat sambutan masyarakat disebabkan oleh keterbela-kangan pola pikir mereka, kemudian dengan berlalunya zaman yang panjang pemikiran ini menjadi aqidah masyarakat tersebut yang diwarisi turun temurun dan tidak dapat didiskusikan lagi. Mungkin juga aqidah sesat ini tidak muncul dengan sendirinya, tapi direkayasa oleh pihak tertentu yang mengambil keuntungan dari kesesatan mereka.
Keterbelakangan pola pikir dan kelemahan akal ini biasanya menjadi sebab penyebaran aqidah sesat di masyarakat-masyarakat kuno atau terbelakang yang jauh dari pusat ilmu dan peradaban.
c. Ta’ashub & Taqlid Buta
Seseorang yang hidup dalam lingkungan sebuah masyarakat tertentu, pasti di sana ia memperolah banyak informasi dan keterampilan, juga beragam kebiasaan dan perilaku. Perolehan dari lingkungan ini ada yang benar dan ada yang salah. Namun karena ia berasal dari daerah tersebut, terbentuklah perasaan ‘sudah biasa’ atau ‘akrab’ dengan semua itu tanpa peduli benar atau salah. Ketika ia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakatnya boleh jadi terbentuk perasaan ta’ashub (fanatisme) terhadap keluarga, masyarakatnya, dan semua adat kebiasaan serta keyakinan mereka tanpa memberi kesempatan kepada akal sehatnya untuk merenung-kan dan mendiskusikan kebenaran keyakinan masyarakatnya dengan timbangan yang benar.
d. Kultus Individu atau Berlebihan dalam Menghormati Tokoh
Dalam setiap ummat biasanya muncul tokoh yang dihormati karena ketaqwaannya, keilmuannya, atau pengorbanannya, … Kadang penghormatan ini berubah menjadi kultus bagi sebagian masyarakat awam yang lemah pola pikirnya atau mereka yang jahil sampai pada tingkat menjadikan tokoh mereka sebagai tuhan atau seperti tuhan. Mungkin juga kesesatan ini didukung oleh “para cendekiawan” yang memanfaatkan kesesatan masyarakat demi ke-pentingan mereka.
e. Filsafat Pemikiran yang Keliru
Akal manusia semata betapapun hebatnya tidak akan mampu mengetahui hakikat zat atau bentuk sesuatu yang ghaib tanpa informasi yang shahih dari wahyu yang pasti kebenarannya.
Hal ini karena akal manusia tidak akan dapat menganalisa, merangkai, atau mengkhayalkan sesuatu kecuali bila bahan-bahan-nya sudah ada dalam memori otaknya. Sedangkan bahan-bahan itu tidak akan ada dalam memori kecuali melalui interaksi panca indra kita dengan alam nyata. Padahal alam ghaib tidak pernah ‘diakses’ oleh panca indra sama sekali.
Begitulah kita melihat kesesatan aqidah muncul akibat akal yang dijadikan hakim penentu keimanan kepada yang ghaib tanpa mau melihat dan mengikuti petunjuk wahyu yang dibawa oleh para Rosul.
Penyimpangan Jiwa dari Mental-Perilaku yang Lurus
Ada beberapa kelompok masyarakat tersesat bukan karena ketidaktahuan mereka tentang kebenaran atau bukan karena mereka memiliki pola pikir yang menyimpang, tapi kesesatan mereka disebabkan karena mereka lari dari kebenaran yang sudah mereka ketahui demi memenuhi keinginan hawa nafsu. Ketika seseorang sudah lari dari kebenaran, maka ia akan berusaha menganut paham kebatilan untuk menggantikan kebenaran yang ia hindari dan terus menerus berupaya keras membuat dirinya dan orang lain menerima kebatilan itu hingga akhirnya dianggap sebagai kebaikan.
Penyimpangan mental perilaku ini bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
a. Hasad (Dengki)
Adalah salah satu penyakit jiwa yang amat buruk yang mendorong orang untuk melecehkan kebenaran dan menging-karinya meskipun kebenaran itu didukung oleh argumentasi dan bukti yang amat jelas.
b. Kecenderungan Jiwa yang Menuntut Pemenuhan dengan Cara Menyimpang
Orang seperti ini akan menyembelih akhlaq mulia dengan dalih kebaikan, melakukan kejahatan dengan syiar kemanusiaan, dan menghancurkan bangunan al-haq dengan alasan memberantas kebatilan.
c. Al-Kibr (Sombong)
Kesombongan yang menguasai jiwa seseorang menyebabkan ia berani menolak kebenaran dan melecehkan para pendukung kebe-naran. Lalu ia mencari paham kebatilan dan berusaha menghiasinya dengan argumentasi palsu yang tidak berdasar sama sekali.
d. Dendam Kesumat
Daulah Islam pernah selama berabad-abad mencapai kekuatannya yang amat besar dengan kebenaran dan keadilan yang dibawanya dalam jihad. Seiring dengan itu ada negara dengan aqidah sesatnya yang tersingkir seperti Imperium Persia yang kemudian sebagian rakyatnya masuk Islam dengan keikhlasan. Namun ada pula unsur-unsur diantara mereka yang menyimpan dendam kesumat terhadap Islam dan kaum Muslimin karena mereka masih kuat rasa ashabiyahnya terhadap negara dan aqidah mereka namun tidak berani melawan secara terang-terangan.
Dendam kesumat ini melahirkan berbagai makar dan persekongkolan jahat terhadap Islam dan kaum muslimin sejak dulu hingga kini. Ada yang melakukan perang pemikiran dengan cara-cara licik untuk menyesatkan kaum Muslimin dari aqidah yang benar sehingga ummat Islam berpecah belah karena aqidahnya terkena polusi. Ada pula yang melakukan perang secara fisik dengan pengerahan kekuatan demi menghancurkan kekuatan Islam. Mereka yang menyimpan dendam ini amat khawatir terhadap kemurnian aqidah ummat Islam yang akan menimbulkan kembalinya persatuan mereka kembali.
e. Motivasi Politis
Beberapa faktor penyimpangan jiwa boleh jadi terkumpul manjadi satu dan membentuk motivasi politis berupa keinginan kuat untuk menjadi penguasa. Motivasi politis ini mendorong pemiliknya untuk mencapai kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Seringkali mereka menganggap aqidah yang benar dalam hati manusia yang beriman sebagai penghalang terbesar hawa nafsu mereka.
Kelemahan Irodah
Dalam episode perjalanan sejarah, cukup banyak manusia yang lemah irodah-nya (tidak memiliki keinginan dan keberanian untuk melawan) di hadapan kehendak para penguasa politik yang sesat, atau kekuatan sosial yang mendominasi mereka, atau di hadapan tokoh menyimpang yang berpengaruh.
Ketika irodah melemah akan terhentilah potensi berpikir kritis seseorang dan membuatnya membeo kepada pihak yang kuat. Sebaliknya para penguasa akan memanfaatkan mentalitas budak pengikutnya untuk kepentingan tertentu yang menyesatkan.