Abu Tholhah

Nama lengkapnya adalah Zaid bin Sahal an-Najjary. Dilahirkan di Madinah, tiga puluh enam tahun sebelum Hijriah. Abu Tholhah adalah seseorang yang menduduki status sosial yang tinggi dan kaya raya. Di samping itu, dia terkenal sebagai penunggang kuda yang cekatan di kalangan Bani Najjar, dan pemanah jitu dari Yatsrib yang harus diperhitungkan.

Abu Tholhah menikahi seorang wanita bernama Ummu Sulaim dengan hanya bermaharkan masuk Islamnya. Maka sejak hari itu Abu Tholhah berada di bawah naungan bendera Islam. Segala daya yang ada padanya dikorbankan untuk memperjuangkan Islam.

Abu Tholhah dan istrinya termasuk kelompok tujuh puluh yang bersumpah setia (baiat) dengan Rosululloh [saw] di Aqobah. Abu Tholhah ditunjuk Rosululloh [saw] menjadi kepala salah satu regu dari dua belas regu yang dibentuk malam itu atas perintah Rosululloh [saw] untuk mengislamkan Yatsrib.

Abu Tholhah [saw] mengikuti peperangan bersama Rosululloh [saw] pada setiap perang yang beliau pimpin. Dalam peperangan yang dilaluinya, tak jarang abu Tholhah mendapatkan cobaan-cobaan yang begitu berat. Namun cobaan terbesar yang diderita olehnya adalah ketika dia berperang bersama Rosululloh  dalam perang Uhud.

Abu Tholhah adalah orang yang sangat mencintai Rosululloh  sepenuh hati, sehingga perasaan cinta itu mengalir ke segenap pembuluh darahnya. Dia tidak pernah merasa jemu melihat wajah yang mulia itu, dan tak pernah merasa bosan mendengar hadits-hadits beliau yang selalu terasa manis baginya. Apabila Rosululloh [saw] berdua saja dengannya, dia bersimpuh di hadapan beliau sambil berkata, “Inilah diriku, kujadikan tebusan bagi diri Anda dan wajahku pengganti wajah Anda.”

Ketika terjadi perang Uhud, barisan kaum Muslimin terpecah-belah. Mereka lari kucar-kacir dari sisi Rosululloh [saw]. Oleh karenanya kaum musyrikin sempat menerobos pertahanan mereka sampai ke dekat beliau. Musuh berhasil mencederai beliau, sehingga darah mengalir membasahi muka beliau. Lalu kaum musyrikin menyiarkan isu bahwa Rosululloh [saw] telah wafat.

Mendengar teriakan kaum musyrikin itu, kaum Muslimin menjadi kecut, lalu lari porak-poranda memberikan punggung mereka kepada musuh-musuh Alloh. Hanya beberapa orang saja pasukan kaum Muslimin yang tinggal mengawal dan melindungi Rosululloh. Diantara mereka ialah Abu Tholhah yang berdiri paling depan.

Abu Tholhah berada di hadapan Rosululloh bagaikan sebuah bukit berdiri dengan kokohnya melindungi beliau. Rosululloh [saw] berdiri di belakangnya, terlindung dari panah dan lembing musuh oleh tubuh Abu Tholhah. Abu Tholhah menarik tali panahnya, kemudian melepaskan anak panah tepat mengenai sasaran tanpa pernah gagal. Dia memanah musuh satu demi satu. Tiba-tiba Rosululloh  mendongakkan kepala melihat siapa sasaran panah Abu Tholhah.

Abu Tholhah mundur menghampiri beliau, karena khawatir terkena panah musuh. “Demi Alloh! Janganlah Anda mendongak-kan kepala melihat mereka, nanti terkena panah mereka. Biarkan leher dan dadaku sejajar dengan leher dan dada Anda! Jadikanlah aku menjadi perisai Anda,” ujarnya mantap.

Seorang pasukan kaum Muslimin tiba-tiba lari ke dekat Rosululloh [saw] sambil membawa sekantong anak panah. Rosululloh [saw] memanggil prajurit itu, beliau berkata, “Berikan anak panahmu kepada Abu Tholhah. Jangan dibawa lari!” Abu Tholhah senantiasa melindungi Rosululloh [saw], sehingga tiga batang busur panah patah olehnya, dan sejumlah pasukan musyrikin tewas dipanahnya.

Alloh [swt] menyelamatkan dan memelihara Nabi-Nya yang selalu berada di bawah pengawasan-Nya sampai pertempuran usai.

Pada tahun 34 Hijriah Abu Tholhah wafat dalam usia tujuh puluh tahun. Beliau wafat di laut di suatu peperangan pada masa kekhalifahan Utsman bin ‘Affan [ranhu]. Waktu itu tidak ditemukan tempat untuk mengkuburkannya. Selama tujuh hari mayatnya belum dikuburkan. Akan tetapi dengan kekuasaan Alloh [swt], mayat itu tidak berubah. Akhirnya dibawa ke Madinah dan dikuburkan di sana.

Demikianlah para pendahulu telah mendahului kita dalam perjuangan membela islam. Kini saatnya kita meneruskan perjuangan mereka untuk meraih kejayaan islam. Tiada kata terlambat untuk memulai perjuangan..!! (Red-HASMI)

Check Also

HASMI Selenggarakan Kajian Umum Kitab Riyadussholihin

Himpunan Ahlussunnah untuk Masyarakat Islami (HASMI) kembali menyelenggarakan kajian umum pembahasan kitab Riyadussholihin serentak di 15 …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot