“Apa yang pada hari itu bukan agama, maka pada hari ini pun bukan agama juga.”
Kalimat yang disampaikan oleh Al-Imam Asy-Syatibi di dalam kitab Al-I’tishom: I/111 di atas, seharusnya sudah memperjelas akan kesempurnaan Islam, dan tidak diakuinya satu bentuk keyakinan atau amalan baru apapun yang dahulunya tidak pernah dicontohkan dan ditetapkan oleh Rosululloh [saw]. Karena Islam adalah agama yang diwahyukan oleh Alloh [swt] kepada Rosululloh [saw]. Sehingga, apa yang tidak disampaikan atau ditetapkan oleh Rosululloh [saw], itu bukanlah bagian dari agama Islam. Dan hal ini dengan tegas telah diperjelas oleh Alloh [swt] pada surat al-Maidah, ayat yang ke-3:
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridho Islam sebagai agama kalian.”
Lantas, mengapa saat ini kita dapati banyak orang-orang atau kelompok-kelompok yang menjalankan amalan-amalan baru yang dahulunya tidak pernah diamalkan oleh Rosululloh [saw] mau pun para sahabatnya ?, Bahkan banyak juga prinsip-prinsip atau amalan-amalan yang mereka kerjakan itu, sangat bertentangan dengan Islam, namun diaku-aku sebagai bagian dari Islam..?? Selain itu, tidak hanya menjalankan amalan baru, mereka juga mengklaim bahwa prinsip-prinsip serta amalan-amalan merekalah yang paling benar dan sesuai dengan ajaran Rosululloh [saw].
Mengapa..?? Padahal, masing-masing mereka, masih mengakui dan menggunakan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber rujukan beragama mereka..??
Jika yang dijadikan sumber rujukan berbeda, tentu sangat wajar, bahkan bisa dipastikan jika prinsip-prinsip atau amalan-amalannya akan berbeda satu sama lainnya. Seperti halnya Islam dengan Kristen, prinsip-prinsip dan amalan-amalannya berbeda, karena memang sumber rujukannya pun berbeda. Namun jika yang dijadikan sumber rujukan satu, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah, lantas kenapa bisa berbeda..??
Sumber pemahaman..!! Itulah awal dari jawaban atas semua pertanyaan di atas. Semua orang bisa mengatakan bahwa dia menggunakan al-Qur’an dan as-Sunnah. Namun, darimanakah sumber pemahaman yang dia pergunakan untuk memahami al-Qur’an dan as-Sunnah tersebut? Apakah sumber pemahaman yang dia ambil itu sah atau mendapat legitimasi dari Alloh untuk di-pergunakan? Tentu itu semua pasti memiliki jawabannya. Karena Alloh [swt], pasti tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kebingungan di dalam menafsirkan dari setiap apa yang Dia maksudkan di dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.
Jika demikian, apakah Alloh [swt] telah menentukan sumber pemahaman yang mendapat legitimasi dari-Nya? Jawabannya: Ya..!! Alloh telah menentukannya..!! Dan sumber itu hanya satu, yaitu pemahaman para sahabat. Hal ini dengan tegas telah Alloh [swt] deklarasikan dalam firman-Nya:
“Maka jika mereka beriman kepada apa yang kalian (para sa-habat) telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka ber-ada dalam permusuhan (dengan kalian).” (QS. al-Baqoroh: 137)
Selain pemahaman para sahabat, tidak akan kita dapati legiti-masi lain yang Alloh [swt] tetapkan. Bahkan jika ada yang mencoba untuk berpaling dari apa yang Alloh [swt] tetapkan ini, pastilah ia telah tersesat. Itulah janji Alloh .
Mengapa harus para sahabat? Jawabannya, karena kelurusan dan keteladanan para sahabat dalam beragama dan beraqidah tidak diragukan lagi. Mereka mewarisi apa yang telah diajarkan Rosululloh [saw]. Alloh [swt] telah memberikan penilaian terhadap generasi tersebut akan keteladanan dan keutamaannya dari umat-umat atau generasi-generasi lainnya. Alloh telah berfirman “Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Alloh.” (QS. Ali Imron: 110)
Demikian juga sabda Rosululloh [saw], “Sebaik-baik generasi ialah generasiku kemudian gene-rasi sesudah mereka kemudian generasi yang sesudah mereka kemudian setelah itu datang suatu kaum yang persaksiannya men-dahului sumpahnya .”
Jadi generasi umat terbaik adalah generasi para sahabat . Kepada merekalah kita merujuk segala pemahaman agama Islam ini yang benar dan lurus. Melalui merekalah kita mengambil ilmu syari’at agama ini yang telah Rosululloh ajarkan, dan mereka ini adalah generasi yang menumbuhkan sunnah-sunnah Rosululloh Muhammad .
Banyak sekali sumber-sumber rujukan ilmu agama yang telah diwariskan oleh generasi sahabat. Akan tetapi di antara pemahaman yang lurus itu, muncul pula sum-ber pemahaman yang menyimpang yang menyebabkan umat Islam ini berpecah-pecah atau bergolong-golongan. Masing-masing dari golongan yang mengambil pemahaman selain dari para sahabat itu juga mengklaim bahwa golongan mereka sendirilah yang benar sedangkan yang lain salah.
Maka benarlah apa yang telah disabdakan oleh Rosululloh “Umatku akan terpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan. Semuanya masuk neraka kecuali satu golongan.” Ditanyakan kepada beliau “Siapakah mereka (yang satu golongan tersebut) wa-hai Rasululloh?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang mengikuti je-jakku dan para sahabatku.”
Dengan memahami persoalan tersebut, maka kita sadar bahwa tiap Muslim perlu mencari dan mendapatkan pemahaman agama yang benar dan lurus yang tidak dibelokkan oleh kaum yang bodoh dan menuruti hawa nafsunya serta kepentingan kelompoknya. Hanya atas petunjuk dan pertolongan Alloh [swt] sajalah kita dapat mengikuti jejak Rosululloh [saw] di dalam beribadah kepada-Nya.
(Red-HASMI)