Gadis berkerudung merah jambu itu tampak berada dalam satu barisan bersama orang-orang yang ikut dalam demo memprotes keputusan persidangan yang melibatkan salah seorang artis ternama di negeri ini yang baru saja divonis bersalah atas kasus perzinahannya dengan beberapa wanita, yang mana kegiatannya tersebut terekam dalam bentuk video dan tersebar luas di masyarakat. Dengan lantangnya wanita itu meneriakan pembebasan artis itu dan menganggap bahwa pengadilan telah berbuat zholim. Ia berpendapat bahwa apa yang dilakukan oleh pemuda tersebut adalah suatu hal yang biasa saja, dan tidak melanggar HAM, karena yang dilakukannya atas dasar suka sama suka.
La haula wa la quwwata illa billah. Bagaimana bisa seseorang mengatakan bahwa perbuatan zina tidak melanggar hukum. Terlebih jika yang mengatakan itu adalah seorang yang mengaku beragama Islam..!!?? Ini jelas merupakan fakta bahwa setan telah berhasil menggiring manusia pada porosnya yang paling dalam.
Di zaman ini, setan sepertinya telah berhasil mengkreasikan dunia menjadi wahana rekreasi pornografi. Perzinahan yang sejatinya adalah salah satu pilar perusak tatanan masyarakat, malah dianggap sebagai hal yang lumrah, “mengasyikkan”, dan justru ketika ada yang mempermasalahkannya, dia akan dianggap sebagai orang yang merusak.
Keseriusan Pentolan Setan
Ketika seseorang sudah terjerumus dalam perbuatan zina, maka biasanya, kemaksiatan-kemaksiatan yang lain akan lahir setelahnya. Karena zina adalah satu dosa yang akan meng-hantarkan pelakunya pada berkurangnya agama, hilangnya sikap waro’ (menjaga diri dari dosa), kepribadian yang buruk, dan hilangnya rasa cemburu. Zina juga dapat membunuh rasa malu, membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya. Oleh karena itu, rupanya Iblis betul-betul mem-perhatikan masalah ini dan me-ngerahkan segala upaya untuk menyukseskannya. Rosululloh [saw] bersabda:
“Jika datang pagi hari, Iblis menyebar para tentaranya ke muka bumi lalu berkata, “Siapa di antara kalian yang menyesat-kan seorang Muslim, akan aku sematkan mahkota di kepalanya. “Salah satu tentaranya mengha-dap dan berkata, “Aku terus ber-usaha menggoda si fulan hingga mau menceraikan istrinya.” Iblis berkata: “Ah, bisa jadi dia akan menikah lagi.” Tentara yang lain menghadap dan berkata: “Aku terus menggoda si fulan hingga ia mau berzina.” Iblis berkata: “Ya, kamu (yang mendapat mahkota)!” (HR Ahmad dan Ibnu Hibban, dishohihkan oleh al-Albani dalam Ash-Shahihah: 1280).
Tak hanya sekedar menyiapkan hadiah berupa mahkota, Iblis bahkan menyiapkan pasukan khusus yang dikomandani oleh anaknya sendiri bernama Al-A’war. Mujahid bin Jabr, murid utama Ibnu Abbas [ranhum] menyebutkan bahwa Iblis memiliki 5 anak, satu di antaranya bernama Al-A’war. Dia memiliki tugas khusus menyeru orang untuk berbuat zina dan menghiasinya agar nampak indah dalam pandangan manusia. (Tal-bisul Iblis, Ibnu Al-Jauzy hal. 41).
Al-A’war juga merekrut para setan dari golongan manusia se-bagai tim sukses untuk mengkam-panyekan perbuatan zina. Segala cara ditempuh, segala sarana dan media digunakan. Sungguh luar biasa. Terorganisir rapih. Semua dilakukan demi menghancurkan kehidupan manusia.
Umpan dan Rekreasi Rasa
Sebagaimana seorang pemancing, dia harus memasang umpan agar ikan mau mendekati kailnya. Maka setan memasang umpan agar si korban mau mendatangi wahananya. Umpan tersebut berupa ‘Nisa’un kaasiyat ‘ariyat’, wanita yang berpakaian tapi telanjang, pornografi, porno aksi dan perangkatnya.
Umpan tersebut dipasang di tempat-tempat yang strategis, se-hingga memungkinkan bagi mang-sa untuk melihatnya. Di antara tempat strategis tersebut adalah televisi dan media cetak. Maka jika kita lihat di televisi kita banyak berjejal wanita yang berpakaian tapi telanjang, lagu dan tarian ero-tis, film-film jorok yang bisa disak-sikan oleh semua orang, itu per-tanda setan Al-A’war telah berhasil merekrut banyak orang untuk dia jadikan sebagai umpannya. Demikian pula dengan tabloid, koran dan majalah-majalah berjenis kelamin ‘XXX’ yang menjadikan tema pornografi sebagai menu utama.
Setelah itu semua dilakukan, Al-A’war tidak membiarkan umpan-umpan itu menyebar begitu saja. Karena masih banyak orang-orang waras yang akan merusak umpannya. Akan banyak orang-orang sehat yang akan menegur, mencela dan memusuhinya. Untuk itu, dia menciptakan istilah dan kilah sebagai penyedap rasa. Sehingga yang antipati menjadi netral, yang netral menjadi simpati, yang simpati menjadi bala tentaranya.
Di antara istilah yang diilhamkan Al-A’war kepada para anteknya dari golongan manusia adalah menamakan budaya telanjang sebagai bentuk kemajuan, pacaran sebagai upaya penjajakan dan persiapan, nyanyian jorok dan tarian erotis sebagai seni dan por-no aksi disebut sebagai kebebasan berekspresi. Jika ada yang menga-takan, bahwa itu mengundang syahwat, maka dikatakan, bahwa orangnya saja yang berpikiran porno.
Bisa dibilang bahwa menamakan perbuatan keji dengan istilah yang berasumsi baik adalah jurus ampuh tersendiri di antara jurus iblis yang diwariskan kepada generasinya. Seperti ketika dia membujuk Nabi Adam [alayhis] dengan perkataannya:
“Kemudian setan membi-sikkan pikiran jahat kepa-danya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?” (QS. Thoha: 120).
Dia menyebut pohon yang dilarang dimakan buahnya dengan pohon Khuldi, pohon yang apabila dimakan buahnya menyebabkan dia kekal di jannah.
Tidak berbeda jauh dengan apa yang dilakukan setan hari ini, mereka memberi istilah perbuatan keji dengan nama yang disukai hati.
Informasi yang menyesatkan yang diiringi dengan gambar yang menggiurkan jika datang secara bertubi-tubi akhirnya dianggap sebagai hal yang biasa, atau seakan itu adalah kebenaran yang layak untuk dibela. Sebagaimana yang telah dimaklumi bahwa dengan pemberitaan yang terus menerus, maka berita dusta bisa dianggap fakta, kesesatan bisa menjelma sebagai kebenaran dalam pandangan manusia.
Nampaknya usaha Al-A’war dan bala tentaranya betul-betul menuai panen raya. Begitu banyak generasi kita yang begitu asyiknya menikmati wahana yang dikreasikan oleh setan ini. Mereka tak lagi merasa bahwa apa yang diperbuatnya adalah sebuah ke-hinaan dan kerusakan. Bahkan mereka siap membela, jika ada orang yang berani-berani menggugat kesenangan yang sedang mereka nikmati. La haula walaa quwwata illa billah.
Semua ini, tentu menyisakan kengerian yang luar biasa di dalam jiwa kita. Akan tetapi, tidak sepantasnya kita berputus asa, karena betapapun seriusnya usaha setan, bagi orang yang ber-iman dan konsisten dengan ke-imanannya, kita harus yakin bah-wa tipu daya setan itu lemah:
“Karena sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS. An-Nisa’: 76).
Menjauhi umpan setan, merusaknya hingga nampak maksud jahatnya di hadapan manusia adalah sebagian solusi dan benteng bagi kita dan umat Islam untuk menyelamatkan manusia agar tidak terjerumus dalam tipu dayanya.
(Red-HASMI)