“Sesungguhnya telah ada pada diri Rosululloh suri tauladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari akhir dan dia banyak menyebut Alloh .” (QS. al-Ahzab[33]: 21)
Ayat yang mulia ini merupakan dasar pijakan paling kuat dan agung, yang menjadi dalil bagi kita untuk meneladani Rosululloh baik dalam bentuk ucapan, perbuatan, ataupun prilaku kesehariannya. (lihat tafsir Ibnu Katsir)
Abu Bakar Ash Shiddiq [ranhu], sekalipun beliau sahabat terdekat Nabi [saw], bahkan persahabatannya seperti tidak ada batasan antara mereka berdua, namun beliau pernah berkata:
لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ
“Tidaklah aku biarkan satupun yang Rosululloh [saw] amalkan kecuali aku mengamalkannya, karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sunnah Yang Wajib Diterapkan
Sunnah yang dimaksud pada pembahasan ini bukanlah sunnah menurut istilah fikih yang artinya suatu amalan apabila dilakukan mendapatkan pahala, apabila ditinggalkan tidak berdosa. Akan tetapi sunnah yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang bersumber dari Rosululloh [saw], baikitu ucapan, perbuatan, ketetapan taqrir (diamnya beliau terhadap suatu perkataan atau perbuatan yang dilakukan) ataupun sifat beliau.
Sunnah ini mencakup seluruh isi agama Islam, al-Qur’an dan Hadits. Sunnah inipun berarti lawannya bid’ah, sebagaimana sabda Rosululloh [saw]:
مَا اَحْدَثَ قَوْمٌ بِدْعَةً إِلاَّ رُفٍعَ مِثْلُهَا مِنَ السُّنَّةِ
“Tidak ada suatu kaum yang menciptakan bid’ah melainkan diangkatlah sunnah yang sepertinya.” (HR. Ahmad)
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah :“Sunnah itu adalah syariah, yaitu apa-apa yang disyariatkan oleh Alloh dan Rosul-Nya.” (Majmu’ al-Fatawa, 4/436)
Agungnya As-Sunnah
Dalam Islam Sunnah memiliki kedudukan yang sangat agung. Sehingga menyelisihinya hanya akan bermuara kepada kesesatan. Berikut ini di antara keagungan sunnah Nabi [saw]:
-
As-Sunnah adalah Wahyu Alloh
Tidak diragukan lagi bahwa al-Qur’an adalah wahyu dari Alloh [swt], begitu pula halnya dengan sunnah, keduanya sama-sama wahyu dari Alloh [swt] dan mempunyai kedudukan yang sama dari segi kewajiban melaksanakan kandungan-kandungannya. Sehingga hilangnya satu bagian dari sunnah Rosul [saw] sama buruknya dengan hilangnya satu bagian dari al-Qur’an. Sebab tanpa memahami sunnah Nabi [saw], seseorang tidak akan bisa memahami dan mengamalkan Islam dengan baik dan benar.
Alloh [swt] berfirman: “Tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm: 3-4)
Rosululloh [saw] bersabda:
أَلاَ إِنِّيْ أُوْتِيْتُ اْلكِتَابَ وَمِثْلَهُ مَعَهُ
“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberikan al-Kitab (al-Qur’an) dan wahyu yang semisal dengannya (yaitu as-Sunnah).” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)
Dengan demikian, Sunnah wajib diimani, diikuti dan dijadikan dalil dalam setiap masalah, karena Sunnah pada hakikatnya adalah wahyu dan merupakan sumber asasi setelah al-Qur’an dalam syari’at Islam.
-
Beramal Harus Dengan Sunnah
Dalam beribadah, tidaklah cukup jika hanya bersandar kepada niat yang baik, akan tetapi seorang Muslim harus mengikuti cara yang disunnahkan oleh Rosululloh [saw].
Ibnu Mas’ud [ranhu] pernah berkata: “Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan akan tetapi ia tidak mendapatkannya.” (HR. ad–Darimi)
Hal ini juga pernah terjadi kepada sebagian sahabatnya yang ingin mendapatkan kebaikan namun keinginannya tidak diiringi dengan sunnah Rosululloh [saw]. Kemudian beliau pun bersabda:
إِنَّمَا أَنَا أَخْشَاكُمْ ِللهِ وَ أَتْقَاكُمْ لَهُ، وَلَكِنِّيْ أَقُوْمُ وَ أَصُوْمُ وَ أُفْطِرُ وَ أَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّيْ
” Sesungguhnya aku adalah orang yang paling bertakwa dan aku takut kepada Alloh . Aku melaksanakan sholat malam, tetapi aku juga tidur; aku berpuasa tetapi aku juga berbuka; dan aku juga menikahi wanita, maka barangsiapa yang meninggalkan sunnahku maka dia tidak termasuk umatku” (H.R Muslim).
-
Sunnah Jalan Keselamatan
Alloh [swt] berfirman: “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. an-Nuur[24]: 63).
Rosululloh [saw] bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْامَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang tidak akan sesat kalian selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu: kitabulloh (al-Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)
Rosululloh [saw] bersabda:
فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِسُؤَالِهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ….
”Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa disebabkan oleh pertanyaan mereka dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka..” (HR. Bukhori)
Imam Malik bin Anas [rahimahu] berkata: “Sunnah ibarat bahtera Nabi Nuh , barangsiapa yang menaikinya maka dia akan selamat, dan barangsiapa yang meninggalkanya maka dia akan tenggelam (binasa)”.
Saudaraku kaum muslimin…
Terakhir, simaklah nasehat dari manusia terbaik sepanjang masa, yang terpelihara dari kesalahan, terbimbing oleh wahyu yang turun dari atas langit ke tujuh, dan penutup para nabi, Rosululloh Muhammad [saw]: “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabulloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad saw. Dan perkara yang paling jelek adalah perkara baru yang diada-adakan dan seluruh bid’ah adalah sesat.” Wallohu A’lam
(Red-HASMI)