Kehidupan Rosululloh [saw] adalah kehidupan dakwah. Kehidupan mengemban, memikul risalah Islam untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia secara kaffah. Kehidupan penuh perjuangan menghadapi segala bentuk pemikiran kufur dan kehidupan jahiliyah.
Firman Alloh [swt] menegaskan hal itu:
“Katakanlah: Inilah jalan (dakwah) ku. Aku beserta orang-orang yang mengikutiku (yang) mengajak kalian kepada Alloh dengan hujjah yang nyata. Maha Suci Alloh dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf [12]:108)
Semenjak pertama kali menerima ayat al-Qur’an, maka hari-hari Rosululloh [saw] berikutnya adalah hari-hari kerja dakwah. Rosululloh [saw] berjuang dengan sungguh-sungguh, tak kenal lelah. Berdakwah terus-menerus, mengajak manusia, merekrut, mengkader, mentarbiyah, mengawal mereka hingga sampai pada saat tugas harus dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
Dakwah di Bawah Naungan Wahyu
Salah satu fondasi besar yang harus diperhatikan di amalkan oleh juru dakwah adalah bahwa dakwah ini berdasarkan wahyu. Menjalankan dan menyebarkan wahyu Alloh [swt], Dzat Yang Maha Mengetahui keperluan hamba-Nya. Jikalau kita mau mengaca dari suri tauladan terbaik, yaitu Rosululloh [saw], maka tidak ada satu pun perbuatan Rasululloh [saw] yang beliau kerjakan atas kehendak atau keinginan nafsu beliau. Benar-benar di bawah naungan wahyu, bukan berlandaskan hawa nafsu.
Dalam hal ini Alloh [swt] berfirman
“Katakanlah:…. Aku sekali-kali tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (QS. al-An’am [6]: 50)
“Dan apa saja yang dia (Muhammad ) ucapkan itu,sesungguhnya bukanlah bersumber dari hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. an-Najm [53]: 4)
“Katakanlah (Muhammad ): ‘Aku hanya akan mengikuti apa saja yang diwahyukan kepadaku oleh Robbku.’ ”(QS. al-A’rof [7]: 203)
“Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”(QS. Yunus [10]: 15)
“Aku hanya akan mengikuti apa saja yang diwahyukan kepadaku.” (QS. al-Ahqof [46]: 9)
Dan banyak lagi ayat yang semisal itu. Ayat-ayat tersebut bermakna bahwa Rosululloh [saw] tidak akan melakukan suatu perbuatan kecuali berdasarkan wahyu dari Alloh [swt], dan agar manusia mengikuti apa yang disampaikan Rosul [saw] kepada mereka. Sebagaimana Firman-Nya di ayat yang lain:
“Apa yang diberikan Rosul kepada kalian maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah.” (QS. al-Hasyr [59]: 7)
Akad Pejuang Dakwah
Gerak dakwah kita harus berisi niat yang benar. Kerja besar tak akan bisa kelar tanpa modal dan amunisi yang bisa memenuhi jiwa. Pendekar dakwah adalah orang-orang yang telah berjanji setia untuk menegakkan agama Alloh [swt], akad mereka hakikatnya akad dengan Alloh [swt].
“Orang-orang yang berjanji setia kepada engkau (Muhammad ) sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Alloh. Tangan Alloh di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Alloh maka Alloh akan memberinya pahala yang besar.” (QS. al-Fath[48]: 10)
Seorang pejuang dakwah adalah penjual yang sudah habis dagangannya untuk ditukar dengan surga.
“Sesungguhnya Alloh telah membeli dari orang-orang Mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Alloh ; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Alloh di dalam Taurat, Injil dan al–Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Alloh? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 111)
Keridhoan Alloh [swt] sudah pasti sampai kepada orang-orang seperti ini. Pantaslah kalau peniti jalan dakwah, kita dapati seolah-olah tanpa kenal lelah.
“Sesungguhnya Alloh [swt] telah ridho terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. al-Fath[48]: 18)
Memahami Tabiat Jalan Dakwah
Jalan dakwah tidak ditaburi dengan bunga-bunga, tetapi satu jalan yang susah danpanjang. Karena antara yang hak dengan batil ada pertentangan yang nyata. Iamemerlukan kesabaran dan ketekunan memikul beban yang berat. Ia memerlukan kemurahanhati,pengorbanan tanpa mengharapkan hasil yang segera, tanpa putus asa danputus harapan. Yang diperlukan ialah usaha dan kerja yang terus-terusan dan hasilnya terserah kepada Alloh [swt] di waktu yang dikehendaki-Nya.
Sangat mungkin bila kita tidak akan dapat melihat hasilnya semasa hidup di dunia.Sesungguhnya kita hanya diperintah untuk beramal dan berusaha, tidak diperintah melihat hasil dan buahnya. Apa yang akan ditemui oleh para da’i di jalan Alloh [swt] adalah gangguan dan tekanan dari toghut dan tentaranya, musuh-musuh Alloh [swt] yang hendak menghapuskan mereka, memusnahkan dakwah mereka atau menghalangi mereka dari berdakwah. Itu adalah hal lumrah yang telah berlakuberulang kali di segala zaman. Semuanya didorong oleh rasa takut para toghut. Mereka takut kekuasaan mereka yang berdiri di atas dasar kebatilan akan musnah apabila yang hak bangun dan tegak untukmenghapuskan kebatilan.
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, makadengan serta merta yang batil itu lenyap.” (QS. al-Anbiyaa’ [21]: 18)
Terkaman dan cengkraman kuku besi musuh dakwah kepada dakwah al-haq dan para pendukung dakwah bisa terjadi kapan saja. Mereka gambarkan kepada manusia bahwa para pendukung dakwah adalah musuh negara dan musuh masyarakat agar bangun menentang mereka seperti apa yang dilakukan oleh Fir’aun dan para pembesarnya terhadap Nabi Musa [alayhis].
“Dan berkatalah Fir’aun (kepada pembesar-pembesarnya): Biarlah aku membunuh Musa dan hendaklah dia memohon kepada Robbnya, sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agama kalian atau menimbulkan keusakan dimuka bumi.” (QS. al-Mukmin[40]: 26)
Subhanalloh, Maha Suci Alloh [swt]. Demikianlah sikap Fir’aun dan pembesar-pembesarnya, sikap pengikut-pengikut Fir’aun di zaman itu ataupun di zaman ini. Nabi Musa [alayhis] dituduh sebagai perusakdan Fir’aun dianggap sebagai pembela bangsa dan memelihara kepentingannya. Pembesar-pembesar Fir’aun menghasut Fir’aun supaya menentang Musa [alayhis] dan kaumnya serta menakut-nakuti Fir’aun akan perbuatan Musa. Lalu Fir’aun menyetujuiide mereka:
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir’aun (kepada Fir’aun): Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?. Fir’aun menjawab : Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup anak-anak perempuan mereka, sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas mereka”. (QS. al-A’rof[7]: 127)
Realita harus kita fahami. Kewajiban yang harus ditegakkan dalam realita apalagi. Sebab, musuh-musuh Alloh [swt] telah membuat konspirasi terhadap dakwah ini. Mereka bersatu membuat jebakan untuk membinasakan generasi-generasi yang baru muncul. Mereka lemparkan berbagai tuduhan palsu dengan tujuan memutuskan hubungan antara generasi-generasi muda dengan gerakan Islam. Agar generasi baru itu menjadi sesat dan kehilangan pedoman di tengah-tengah kemelut arus dengan berbagai ideologi duniawi lantas tidak mengenali jalan Alloh [swt]. Di sisi lain, mereka berupaya agar gerakan Islam ini minim anggota-anggota baru dan darah baru yang diperlukan untuk meneruskan perjuangannya. Mereka menyangka dengan berlalunya generasi ini akan terhentilah harokah Islam bersamanya. Tidak dapat diperbaharui lagi dan diteruskan perjuangannya karena jauhnya para pemuda darinya dan karena kejahilan mereka tentang gerakan Islam yang lalu.
“Ketahuilah wahai saudaraku, sungguh Anda akan menemui masa-masa yang sulit, masa-masa yang melelahkan, dan berbagai ujian, padahal Anda tengah berjalan di atas jalan kebenaran dan disibukkan dengan berbagai aktifitas dakwah. Apabila Anda teguh di atas kebenarandan sabar menghadapi berbagai ujian,niscaya kepedihan akan sirna,kelelahan akan hilang, dan yang tersisa bagi Anda adalah ganjaran dan pahala. Insya Alloh …
Ketahuilah bahwa Dien ini hanya tegak di atas pundak orang-orang yang memiliki ‘azam (kemauan) yang kuat. Ia tidak akan tegak di atas pundak orang-orang yang lemah dan suka berhura-hura. Tidak akan pernah.”(di sadur dari “Penawar Lelah Pengemban Dakwah,” Dr. Abdulloh ‘Azam).
(Red-HASMI)