Menjadi orang munafik memang sangat menyulitkan diri seperti bunglon, dia harus pandai-pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan agar terlihat baik. Bagi yang tidak tahu, bunglon memang sulit dilacak keberadaannya, akan tetapi bagi mereka yang sudah mengerti tentang karekteristik bunglon, maka akan sangat mudah mengidentifikasinya.
Bunglon dalam agama Islam tidak sedikit, untuk meraup keuntungan dunia mereka sering memainkan peran bungloni (seperti bunglon) karena seorang munafik ketika menggunakan topeng Islam ia akan mendapatkan sesuatu yang diinginkannya dari keuntungan duniawi, akan tetapi hal ini tidak mudah, karena orang yang mengerti tentang kemunafikan akan senantiasa ada dalam agama ini sehingga akan terlihat jelas siapa saja yang sebenarnya munafik.
Diantara sifat munafik yang Rosululloh [saw] sosialisasikan kepada umatnya adalah malas dalam melaksanakan sholat Isya dan Subuh. Kaum munafik senantiasa meremehkan kedua sholat ini, bahkan sangat jarang menghadirinya.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ : صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَلاَةَ الصُّبْحِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ :« أَشَاهِدٌ فُلاَنٌ؟ » فَقَالُوا : لاَ. فَقَالَ :« أَشَاهِدٌ فُلاَنٌ؟ ». فَقَالُوا : لاَ. لِنَفَرٍ مِنَ الْمُنَافِقِينَ لَمْ يَشْهَدُوا الصَّلاَةَ فَقَالَ :« إِنَّ هَاتَيْنِ الصَّلاَتَيْنِ أَثْقَلُ الصَّلاَةِ عَلَى الْمُنَافِقِينَ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً ».
“Dari Ubai bin Ka’b berkata: Rosululloh [saw] pernah melaksanakan sholat Subuh, kemudian beliau menghadapkan wajahnya kepada kami, dan ber-sabda: Apakah si fulan hadir?, para sahabat mengatakan “dia tidak hadir” dan beliau bertanya lagi: “Apakah si fulan hadir” merekapun kembali mengatakan “Tidak”, beliau menanyakan beberapa nama dari kalangan Munafik yang tidak melaksanakan sholat. Kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya kedua sholat ini (Isya’ dan Subuh) adalah sholat yang paling berat dikerjakan oleh orang munafik. Seandainya mereka tahu apa yang ada pada keduanya niscaya mereka akan mendatangi keduanya walaupun harus merangkak.”(HR. Ahmad)
Kedua sholat ini jarang dilakukan oleh kaum Munafik, karena Isya’ dan Subuh ada pada waktu gelap, sedangkan mereka tidak melaksanakan satu ritual ibadah kecuali hanya seremonial bukan karena takut pada azab Alloh [swt] serta bukan sebagai mengharap ridho Alloh [swt]. Semua ibadah termasuk sholat dilakukan oleh orang-orang munafik hanya untuk mengelabui kaum Muslimin, sehingga kaum Muslimin menganggap mereka sebagai saudara.
Di zaman sekarang bukan hanya Isya’ dan Subuh yang ditinggalkan, akan tetapi sholat-sholat yang lainpun banyak yang ditinggalkan. Sekarangmereka bersembunyi di balik syahadatain dan dibalik akidah Murji’ah yangsedang subur di masyarakat. Mereka adalah kaum Munafik yang menjadi-kan kondisi kejahilan sebagai tamengnya, mereka tidak mau disebut kafir walaupun tidak sedikit diantara mereka yang meyakini kekafirannya. Kemunafikan yang mereka lakukan bertujuan untuk meraup keuntungan duniawi yang cukup subur ketika bersandar kepada agama Islam ini.
Munafik dan kemunafikan memang akan senantiasa ada di dunia ini. Pada hakekatnya mereka adalah orang yang lemah sehingga tidak berani menampakkan kekufurannya secara terbuka. Hal ini terbukti ketika periode Mekkah yang tidak dijumpai seorang munafikpun. Ini dikarenakan kekufuran pada waktu itu masih kuat sehingga tidak ada seorang kafirpun yang membutuhkan topeng untuk bersembunyi di baliknya. Akan tetapi ketika periode Madinah, ketika kaum Muslimin semakin kuat bersemi, dan kekufuran di daerah tersebut semakin lemah maka mereka yang tetap kufur tidak bisa menampakkan kekufurannya sehingga harus bersembunyi di balik topeng Islam yang akan melindungi eksistensi kekufurannya ketika berada ditengah-tengah kaum Muslimin.
Akan tetapi Islam sudah sangat sempurna, sehingga ciri-ciri kemunafik-anpun telah diinformasikan oleh syari’at yang mulia ini, sehingga kaum Muslimin yang mengerti tentang diennya sangat mudah mendeteksi siapa saja kaum munafik yang berada di sekelilingnya dari ciri-ciri tersebut.
Wallohu’alam.
(Red-HASMI)