Disadari atau tidak, dewasa ini kungkungan era globalisasi dan modernisasi semakin terlihat nyata dalam membidik Islam. Tak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri dari bidikan fitnah ini, tak ada solusi lain yang akan bisa menyelamatkan kita dari bencana ini, kecuali kita berpegang teguh terhadap jalan keluar yang ditawarkan oleh Islam yaitu taqwa dan senantiasa menjalankan segenap syari’at-Nya.
Nilai negatif dari pesatnya laju perkembangan teknologi, cepatnya kemajuan iptek dan derasnya arus informasi yang melanda ummat Islam dewasa ini terlihat seakan lebih mendominasi. Kerusakan tata nilai kehidupan, meningkatnya angka kriminalitas, kekerasan, judi bahkan sampai tempat-tempat hiburan kelas tinggi membuat orang semakin nyaman dan berani berbuat maksiat.
Maka dalam salah satu pernyataannya kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa: “Dalam dua tahun terakhir ini tercatat sebanyak “dua juta” wanita melakukan ABORSI (pengguguran kandung) 750 ribu di antaranya remaja belum menikah. “Dan kalau dibandingkan dengan angka kelahiran pertahunnya maka jumlah “dua juta janin yang mati” karena aborsi tersebut adalah amat sangat luar biasa.
Dan jika ini terus diurut, maka jumlah yang akan didapat tentunya akan jauh lebih besar lagi, sungguh penjagalan besar-besaran terhadap cikal bakal umat manusia tengah merajalela, inilah gambaran betapa telah hancurnya moral generasi muda kita, betapa karena mengejar nikmat dunia yang sekejap mata kasih sayang seorang bunda berubah menjadi bara api panas yang membakar anak-anaknya.
Inikah modernisasi yang kita agung-agungkan? Apakah nilai positifnya lebih besar dari nilai negatifnya? Nyatanya, kerusakannya jauh lebih kita rasakan dari pada kemaslahatannya, keburukannya jauh lebih mendominasi dari pada kebaikannya. Semua menduga modernisasi itu akan membawa kesejahteraan. Mereka lupa dibalik itu ada gejala yang dinamakan The agony of modernisation, yaitu azab sengsara karena modernisasi, seperti kian meningkatnya kriminalitas dengan tindak kekerasan, pemerkosaan, judi, narkotika, kenakalan remaja, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa, dan berbagai kerusakan lingkungan hidup dan tata nilai kehidupan.
Lalu, adakah petunjuk atau solusi terbaik guna mengatasi semua ini? Untuk itu, mari kita simak dan perhatikan bersama janji Allah dalam al-Qur’an surat Ath-Thalaq ayat 2 dan 4
Alloh [swt] berfirman:
“Barangsiapa bertakwa kepada Alloh (Maka Alloh) akan mengadakan baginya jalan keluar dari setiap kesulitan.”
Juga firman-Nya:
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh, maka Alloh akan mengadakan baginya kemudahan dalam setiap urusan.”
Takwa adalah barometer keimanan seorang muslim. Dengan takwa mata hati akan terbuka untuk melihat dan menerima kebenaran serta menolak dan menjauhi kemungkaran. Sebagaimana firman-Nya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika kalian bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia menjadikan pembeda (antara al-haq dengan al-batil) bagimu.” (QS. Al-Anfal [08]: 29)
Ibnu Katsir berkata: “Karena barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh, dengan mengerjakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya niscaya diberi taufik (bimbingan) untuk mengetahui yang hak dari yang batil”.
Namun sayang, tidak semua orang yang mengaku Islam itu beriman, sebagaimana tidak semua orang yang beriman itu bertakwa. Kata takwa atau “takut kepada Allah” sering kita dengar bahkan sering meluncur dari lidah kita, seakan menjadi bahasa yang datar tanpa makna. Takut kepada Alloh [swt] tidak lagi menjadi rasa, tetapi hanya sekedar menjadi bahasa.
Sebagian besar umat manusia, termasuk umat Islam dewasa ini sudah kehilangan rasa takut kepada Allah [swt], kepada kemungkinan-kemungkinan bahwa diri kita terjerembab dalam azab dunia lebih-lebih siksa kubur dan azab akhirat. Namun justru sebaliknya, sebagian di antara kita cenderung takut kepada orang-orang yang dikeramatkan, jin, setan dan lain-lain. Takut semacam ini adalah termasuk dosa besar, tercela bahkan termasuk syirik akbar yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam.
Adapun seseorang yang melakukan amalan haram atau meninggalkan amalan wajib karena takut kepada manusia, hal ini termasuk syirik ashghar yang meniadakan kesempurnaan tauhid. Rosululloh [saw] bersabda:
“Janganlah salah seorang di antara kalian menghinakan dirinya, yaitu jika ia melihat satu perkara yang menjadi hak Alloh dan menjadi kewajibannya untuk dibicarakan, kemudian dia tidak membicarakannya. Maka Alloh akan bertanya (padanya di hari Kiamat) ‘Apa yang menghalangimu untuk mengatakannya’ Kemudian dia akan menjawab, ‘Robbku, aku takut kepada manusia’. Maka Alloh berkata, ‘Hanya Akulah yang paling berhak engkau takuti.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah)
Alloh [swt] berfirman:
“Sesungguhnya itu tidak lain hanyalah setan yang menakut-nakuti kalian dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu jika kalian orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imron [03]:175)
Jika kita memang beriman kepada kebesaran Allah [swt], kalau benar kita bertauhid kepada keesaan Allah [swt], mengapa kita perlu ragu bahwa suatu saat nanti Allah [swt] akan membangkitkan kita setelah kematian, lalu menghisab amal perbuatan kita sekecil apapun kebaikan dan kejahatan yang pernah kita lakukan di dunia ini. Lalu terhadap orang-orang yang tidak beriman dan bertakwa, Allah [swt] akan memberikan kitab amalannya dari sebelah kiri, maka mereka termasuk orang-orang yang merugi. Na’udzu billah min dzalik.
Allah [swt] berfirman :
“Kemudian masukkanlah ia ke dalam rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (QS. Al-Haqqah [69]: 32).
Syaikh al-Allamah Abdur Rahman bin Nasir as-Sa’di seorang tokoh ulama dari Saudi yang wafat pada tahun 1376 H, dalam tafsirnya Taisir al-Karim ar-Rahman fi Tafsir Kalam al-Mannan, juz II, menerangkan bahwa: Mata rantai itu berasal dari Neraka Jahim yang panasnya mencapai puncak panas. Kemudian artinya ialah: susunlah para pesakitan (orang-orang tidak beriman) ini ke rantai tersebut dengan cara: rantai tersebut dimasukkan melalui duburnya hingga keluar dari mulutnya kemudian gantunglah padanya. Maka demikianlah, orang-orang yang tidak bertakwa kepada Allah dan tidak mau menerapkan syari’at-Nya, tidak hanya akan mendapatkan kesengsaraan hidup di dunia. Tetapi mereka juga akan diazab dan disiksa dengan siksa akhirat yang teramat dahsyat.
Sedangkan sebaliknya orang-orang yang bertaqwa kepada Allah [swt] selain akan diberikan jalan keluar dari setiap kesulitan. Dan dimudahkan dalam segala urusan dunianya, mereka juga dijanjikan Surga sebagai tempat kemenangan. Maka hanya kepada Allah-lah kita menghadapkan wajah, menyandarkan segala harapan seraya berdoa semoga Ia mencurahkan limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada kita, untuk bertakwa hanya kepada-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, berpegang teguh kepada Kitab-Nya dan sunah-sunah Rasul-Nya dengan pemahaman para sahabat dan pengikut mereka dari kalangan salafus shalih. Amin.
Wallohu ‘Alam