Kabanjahe (voa-islam.com) –Astagfirullah, bukannya bertaubat, tawakal kepada Allah serta mendekatkan diri kepada-Nya, sejumlah masyarakat yang berada di sekitar kaki Gunung Sinabung, Kamis (2/9/) kemarin, justru melakukan ritual menolak bencana.
Mereka memberikan sesajen dan doa kepada arwah leluhur yang mereka yakini sebagai penjaga Gunung Sinabung di Desa Sukanalu. Entah Allah murka justru gunung sinabung meletus semakin besar pasca ritual tersebut digelar.
Menurut pengakuan mereka, ritual ini biasa dilakukan masyarakat Karo sebagai adat untuk doa bagi leluhur yang menjaga Gunung Sinabung.
…Alam rupanya berkata lain. Gunung Sinabung meletus kembali dengan kekuatan lebih besar, Jumat (3/9/2010) pagi…
Namun kali ini, alam rupanya berkata lain. Gunung Sinabung meletus kembali dengan kekuatan lebih besar, Jumat (3/9/2010) pagi. Letusan pagi tadi merupakan yang terbesar dibandingkan letusan sebelumnya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono mengatakan, letusan lebih besar itu terjadi karena ada penumpukan energi yang terjadi setelah letusan terakhir, Senin (31/8/2010) lalu.
Catatan PVMBG, kegiatan vulkanik di tubuh gunung yang masuk wilayah Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara itu mulai meningkat drastis sejak Kamis (2/9/2010) pukul 19.30.
Sejak Jumat dini hari, seluruh penduduk yang tersisa di daerah rawan I bencana, seperti Desa Suka Nebi dan Desa Suka Nalu serta Desa Guru Kinayan telah dievakuasi.
Hal yang sama juga terjadi pada para petugas keamanan, baik dari Brigade Mobil serta TNI. Beberapa truk hilir mudik mengangkut para petugas keamanan. Tidak jarang warga menumpang kendaraan tersebut karena tidak ada sarana transportasi untuk mengangkut mereka keluar dari daerah tersebut.
Letusan terjadi sekitar pukul 04.45 WIB. Dua hingga tiga menit sebelum letusan, terdengar bunyi gemuruh yang kuat. Getaran mencapai hingga radius enam kilometer lebih, sedangkan lemparan abu dari mulut Gunung Sinabung mencapai ribuan meter.
Para penduduk yang masih berada di sekitar kaki Gunung Sinabung segera meninggalkan tempat tersebut menggunakan kendaraan yang dimiliki. Hingga saat ini para penduduk masih berkumpul di sekitar kawasan Simpang Empat