Hukum Mencela Sahabat

 

Seseorang tidak akan berbeda jauh dengan sahabat karibnya. Dia akan mulia ketika sahabatnya mulia dan dia akan terhina ketika sahabatnya hina. Dari sini kita mengetahui betapa kuat sekali pengaruh sahabat terhadap seseorang, sehingga Rosululloh [saw] pun bersabda:

(( الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ ))

“Seseorang itu seperti agama sahabat karibnya maka lihatlah seseorang diantara kalian bersama siapa dia bersahabat.” (HR. Abu Daud)

Bagi kita jelas sekali bahwa sahabat terbaik adalah sahabat Rosululloh , hal ini dikarenakan banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits shohih yang menerangkan keutamaan mereka. Juga dikarenakan mereka bersahabat langsung dengan manusia termulia yang ada di muka bumi ini Muhammad Rosululloh . Mereka adalah manusia yang ridha dan diridhai oleh Alloh , sehingga Allohpun menyediakan surga dengan segala kenikmatan di dalamnya untuk mereka. Alloh berfirman:

“Dan orang-orang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya mereka kekal selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah [9]: 100)

Kemuliaan para sahabat telah mendapat legalitas dari Alloh [saw] yang Maha Mulia. Celaan dan penghinaan terhadap mereka setelah turunnya ayat ini adalah pendustaan terhadap Al Qur’an. Tidak diragukan lagi, bahwa peghormatan terhadap mereka termasuk keimanan sebagaimana celaan serta penghinaan terhadap mereka termasuk kekufuran. Ibnu Taimiyah berkata:

إن كان مستحلا لسب الصحابة رضي الله عنهم فهو كافر

“Jika dia menghalalkan untuk menghina sahabat maka dia telah kafir.”

Bahkan dalam sebuah hadits Rosululloh [saw] bersabda:

(( لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى ، فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ))

“Janganlah kalian mencela sahabatku, janganlah kalian mencela sahabatku, demi Alloh yang jiwaku ada pada genggaman-Nya, jika saja ada seseorang yang menginfakkan emas seberat gunung uhud tentu hal itu tidak sebanding dengan satu bahkan setengah tengadah tangan mereka.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits yang lain Rosululloh [saw] bersabda:

(( مَنْ سَبَّ أَصْحَابِي فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلائِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ ))

“Siapa saja yang mencela para sahabatku maka baginya laknat Aloh, laknat malaikat dan laknat seluruh manusia.” (HR. Thabrani dan dishohihkan oleh Al-Albani)

Imam Ahmad ditanya prihal orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan A’isyah [ranhum] , maka dia berkata: مَا أَرَاهُ عَلَى اْلإِسْلاَمِ (menurut pendapatku dia bukan muslim).

Imam Malik berkata: “Siapa saja yang mencela salah satu sahabat Nabi Muhammad, Abu Bakar, atau Umar, atau Utsman, atau Muawiyah atau Amr bin Ash , jika mereka mengatakan “mereka/para sahabat berada diatas kekeliruan atau kekafiran maka hukuman mereka adalah dibunuh.”

Alloh berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah (tidak berfikir sama sekali untuk berzina) lagi beriman (berbuat zina), mereka dila’nat di dunia dan di akhirat, dan bagi mereka azab yang besar.” (QS. an-Nur [24]: 23)

Tentang ayat ini Ibnu Katsir berkata: “Para ulama seluruhnya telah berijma’(bersepakat) bahwa siapa saja yang menuduh A’isyah berzina setelah turun ayat ini maka ia telah kafir, karena dia telah keras kepala terhadap Al Qur’an.”

Imam Malik berkata: “Siapa saja yang mencela Abu Bakar, maka dia dihukum cambuk, dan siapa saja yang mencela Aisyah maka dibunuh, ada orang yang berkata: kenapa demikian? Maka Imam Malik berkata: Karena siapa saja yang mencelanya (menuduh berzina) maka dia telah menentang Al Qur’an.”

Selain berseberangan dengan al-Qur’an, sesungguhnya menuduh ‘Aisyah berzina adalah satu perkataan yang menyakiti suaminya yang mulia Rosululloh , sebagaimana hal itupun menyakiti ayahnya orang termulia di dunia setelah para anbiya Abu Bakar Siddiq .

Sesungguhnya mencela Sahabat Rodhiallohu’anhum, berarti ia telah menganggap sesatnya umat Muhammad , dan hal ini pun berarti tuduhan bahwa umat ini adalah umat yang busuk, dan tuduhan bahwa para salaf terdahulu adalah gembong kesesatan, tuduhan-tuduhan semacam ini adalah satu kekufuran yang sangat nyata dan tidak diragukan lagi. Wal iyadzu billah..

Di akhir khutbah ini, perhatikanlah sabda Nabi kita yang mulia, dia berkata:

(( لاَ يُبْغِضُ الأَنْصَارَ رَجُلٌ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ))

“Orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir tidak akan membenci kaum Anshor.” (HR. Muslim)

Rosululloh [saw] pun pernah bersabda:

(( إِذَا رَأَيْتُمُ الَّذِينَ يَسُبُّونَ أَصْحَابِى فَقُولُوا لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى شَرِّكُمْ ))

“Jika kalian melihat orang yang mencaci sahabatku, maka katakanlah: “laknat Alloh atas kejahatan kalian.” (HR. Tirmidzi)

Kaum muslimin rohimakumulloh…..

Inilah beberapa nash dari Al Qur’an dan As Sunnah yang menerangkan bagi kita betapa kejinya lisan-lisan yang mencaci sahabat Rosululloh [saw].

Semoga Alloh menjaga lisan kita ini dari latah mencaci orang-orang mulia tersebut.

(Red-HASMI)

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot