TEL AVIV – Polisi Israel mengatakan telah menahan seorang imam Masjid Nazareth dan seorang warga keturunan Arab atas "kecurigaan" memiliki hubungan dengan kelompok militan.
Juru bicara Micky Rosenfeld mengatakan bahwa Nazem Abu Salim dan Mohammed Naarani, keduanya dari Nazareth, dicurigai terlibat dalam mendukung terorisme," seraya menambahkan bahwa penyelidikan sedang berlangsung, meski tidak mengatakan bukti yang jelas.
Abu Salim adalah imam dari Masjid Shihab al-Din di Nazareth.
Pada bulan Juni lalu, polisi dan agen keamanan Shin Bet menahan tujuh warga Arab dari area Nazareth atas kecurigaan merencanakan serangan melawan Yahudi dan Kristen meski hingga kini belum terbuktis.
Para tertuduh, yang dituntut atas pembunuhan, penculikan, penyerangan, dan pelanggaran senjata, dan diklaim mereka terinspirasi oleh ceramah-ceramah pemimpin Al Qaeda, Osama bin Laden.
Satu dari mereka dituntut dengan pembunuhan tahun 2009 terhadap seorang supir taksi Yahudi, sementara anggota lainnya dituduh menculik dan melukai seorang pria dari pinggiran Yahudi Nazareth dan berusaha membunuh seorang Kristen yang mereka percaya menyumpahi Nabi Muhammad.
Mereka juga diduga membakar sebuah bisnis di Nazareth yang dimiliki oleh orang Arab Kristen.
Media lokal mengatakan para pria itu adalah jamaah Masjid Shihab al-Din.
Pembangunan Masjid, sebuah struktur sementara yang terbuat dari tenda, di sebelah Basilika Kabar Sukacita Kristen pada tahun 2000 menimbulkan perpecahan di antara para pemimpin Islam dan Katolik Roma.
Dalam sebuah kunjungan tahun 2009 ke kota Yerusalem oleh Paus Benediktus XVI, Abu Salim dan yang lainnya dari gerakan Ansar Allah menggantung sebuah spanduk yang terlihat jelas dari gereja yang dikunjungi Paus Benediktus, menyiarkan sebaris ayat Al-Qur'an yang menyatakan, "Mereka yang melukai Tuhan dan Utusan-Nya – Tuhan telah mengutuk mereka di dunia dan di akhirat, dan telah menyiapkan untuk mereka hukuman yang memalukan."
Mereka juga mengeluarkan pernyataan menentang paus karena komentar yang dikeluarkannya di tahun 2006 yang menyebut Islam sebagai agama kekerasan.
Salah satu kelompok Muslim terdepan di Israel, Gerakan Islam Utara, menyerukan untuk memboikot pertemuan dengan Paus kecuali dia meminta maaf atas pernyataannya di tahun 2006, ujar seorang juru bicara, Zahi Nujeidat.
Ulama lainnya mengatakan bersedia menemui Benediktus guna menuntut permintaan maaf. Salah satu dari mereka adalah Sheikh Taysir Tamimi, seorang ulama terkemuka di Otoritas Palestina.
Warga keturunan Arab, yang membentuk hampir 20% dari total populasi, adalah orang Palestina yang tetap berada di wilayah itu menyusul perang tahun 1948. Jumlah umat Kristen di kota itu adalah 120,000 jiwa, hampir separuh dari mereka adalah Katolik dan sisanya Ortodoks Timur.
Pidato Benediktus tahun 2006 yang mengutip naskah abad pertengahan yang menggambarkan ajaran Muhammad "kejam dan tidak manusiawi" telah memicu protes di Tepi Barat dan Gaza.
Benediktus kemudian mengatakan bahwa naskah itu tidak mencerminkan sudut pandangnya, tapi banyak Muslim yang percaya bahwa dia tidak meminta maaf dengan benar.(Berita SuaraMedia)