Alloh subhanahu wata’ala berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih? (yaitu) kalian beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya dan berjihad di jalan Alloh dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui. Niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosa kalian akan memasukkan kalian ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kalian) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah ‘And. Itulah keberuntungan yang besar. Dan (ada lagi) karunia yang lain yang kalian sukai (yaitu) prtolongan dari Alloh dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman.”
(Qs. Ash-Shof: 10 – 13)
Ketika membahas surat di atas, biasanya fokus perhatian kita lebih tertuju kepada jihad fii sabilillah. Surat ash-Shof sendiri popular di kalangan para aktivis dakwah karena isinya menggugah kesadaran dan semangat jihad. Kita jarang menyadari bahwa dalam ayat-ayat ini terhimpun prinsip-prinsip besar manhaj islam.
Bagi pribadi seorang da’i, tujuan dari aktifitas dakwahnya adalah untuk mendekatkan dirinya sedekat-dekatnya kepada Alloh subhanahu wata’ala dan memasuki surga, serta mendapatkan pahala sebesar-besarnya melalui usaha-usahanya untuk menegakkan Manhaj Alloh subhanahu wata’ala di muka bumi dan membantu sebanyak-banyaknya manusia agar mendapat hidayah dari Alloh subhanahu wata’ala. Seorang da’i mengharapkan Alloh subhanahu wata’ala mencintainya karena dia adalah prajurit-Nya yang setia dalam membela hak-hak uluhiyyah serta mengharap sebanyak-banyaknya pahala ketika ia menjadi sebab dapatnya seorang hidayah dari Alloh subhanahu wata’ala.
Adapun tujuan dakwah secara umum adalah mewujudkan islam di bumi ini, menegakkan hak-hak uluhiyyah di alam nyata, menjadikan manusia berada di jalan yang diridhoi Alloh subhanahu wata’ala, merubah seluruh aspek kehidupan manusia dari kehidupan jahiliyyah menuju kehidupan islamiyyah.
Semua tujuan dakwah yang telah ditegaskan tadi tidak mungkin tercapai oleh selain dakwah sunniyyah yaitu dakwah yang berjalan di atas sunnah dan mendakwahnya manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Adapun dakwah yang bukan sunniyya adalah dakwah yang tidak berjalan di atas sunnah dan tidak mendakwahkan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Hal ini berarti dakwah itu berjalan di jalan yang sesat yang tidak sejalan dengan tujuan pribadi seorang da’i dan tujuan umum dakwah itu sendiri.
Begitu juga amat pentingnya dakwah dijalankan dengan amal jama’i (barjama’ah/terorganisir dan terpimpin).
Beberapa poin di bawah ini akan sedikit menjelaskan urgensinya amal jama’i dalam dakwah:
- Kalau kita tinjau tujuan-tujuan dakwah dan sarana-sarana yang kita perlukan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, jelaslah bahwa akal manusia yang sehat tidak menerima sama sekali bahwa hal-hal tersebut bisa terwujud tanpa amal jama’i. Dengan demikian akal sehatpun mengharuskan amal jama’i.
- Amal jama’i telah diterapkan oleh Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabtnya dalam berdakwah. Mereka bergerak dalam dakwah di bawah komando Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wasallam lah yang mengirim beberapa sahabat ke negeri Habasyah, Beliau pula yang mengangkat para naqib untuk Anshar serta mengirimkan utusan-utusan dakwah yang banyak sekali, baik sebelum maupun sesudah hijrah, Rosululloh sholallahu ‘alaihi wasallam telah mendakwahkan kabilah-kabilah sambil meminta mereka untuk mengawal dakwah.
- Dakwah adalah amal kebajikan dan ketaqwaan, bahkan sebuah kebijakan yang terbesar. Oleh karena itu, dakwah termasuk pada perintah yang terkandung dalam firman Alloh subhanahu wata’ala, “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Alloh, sesungguhnya Alloh amat berat siksa-Nya.” (Qs. Al-Maidah: 2)
- Dakwah adalah amal nushroh (membela agama Alloh subhanahu wata’ala) karena tujuan dakwah adalah menegakkan hak-hak Alloh subhanahu wata’ala, Alloh subhanahu wata’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong (agama) Alloh sebagaimana Isa Ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Alloh?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Alloh”, lalu segolongan dari Bani Isroil beriman dan segologan lain kafir; Maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang.”
(Qs. Ash-Shof: 14) - Amal jama’i dalam berdakwah akan membentuk terwujudnya lingkungan kehidupan yang lebih komitmen terhadap islam. Semua yang kita paparkan di atas tentang sunniyyah dan jama’iyyah sebagai bahtera penyelamat umat telah dijelaskan oleh Rosululloh shalallahu ‘alaihiwasallam.
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Alloh, mendengar dan mentaati ulul amri, sekalipun dia adalah budak Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup sesudahku, maka dia akan melihat banyak perselisihan. Untuk itu, wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaur Rosyidin yang mendapat hidayah serta terarah di dalamnya. Peganglah dia dan gigitlah dengan gigi geraham kalian. Waspadalah kalian dari perkara-perkara baru dalam agama, karena perkara baru agama itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan. (HR. Abu Dawud , at-Tirmidzi dan Ahmad)