Alloh subhanahu wata’ala menceritakan dan menyebut nama Qorun di dalam kitab-Nya sebanyak empat kali, dua kali dalam surat Al-Qoshosh, satu kali dalam surat Al-‘Ankabut, dan satu kali dalam surat al-Mu’min. Penyebutan ini bukanlah karena Qorun adalah seorang yang bertaqwa atau taat kepada Allo subhanahu wata’ala sehingga namanya di sebut-sebut, akan tetapi karena kerakusan dan pembangkangannya terhadap Alloh dan Rosul-Nya Nabiyulloh Musa ‘alaihissalam. Alloh subhanahu wata’ala memberikan karunia kepada Qorun berupa harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah memenuhi lemari simpanannya.
Karena begitu banyak perbendaharaan harta dan lemari-lemari simpanan harta yang dimilikinya sehingga berat di angkat walaupun oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar sekalipun. Tapi bukan rasa syukur kepada Alloh atau mendengar perintah Rosul-Nya tetapi ia malah mengkufuri nikmat Alloh yang melimpah tersebut, bahkan dengan kesombongannya ia mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Begitu pula dalam menggunakan hartanya, Qorun mempergunakan hartanya dalam kesesatan, kedzaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Qorun mabuk dan terlena oleh melimpahnya harta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin.
Ketika mereka meminta Qorun untuk bersyukur kepada Alloh subhanahu wata’ala atas segala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat, kebaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Alloh subhanahu wata’ala. Tapi ia menolaknya. Bahkan ia terkadang mempertontonkan harta kekayaan yang dimilikinya di depan kaumnya, yang mana hal ini merupakan sayatan hati orang fakir sehingga silaulah penglihatan mereka dan sebagian mereka yang tipis keimanannya mengatakan”Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang diberikan kepada Qorun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.
Maka berlakulah Sunnatulloh atasnya dan murka Alloh subhanahu wata’ala menimpanya. Hartanya menyebabkan Alloh murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Alloh. Alloh membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi. Kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana yang melandanya. Harta kekayaan dan perbendaharaannya sedikitpun tidak dapat menyelamatkannya bahkan menambah beban baginya dengan ditenggelamkan bersamanya.
Wal ‘iyadzu billah…
Dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran betapa dahsyatnya siksa Alloh subhanahu wata’ala bagi orang-orang yang diberikan kepada mereka karunia berupa harta kekayaan dan perbendaharaan lalu mereka tidak bersyukur atas karunia tersebut dan membelanjakannya di jalan Alloh subhanahu wata’ala. Islam tidak membatasi atau melarang umatnya memiliki harta yang melimpah, tetapi yang perlu diingat adalah mendapatkannya dengan cara yang sesuai dengan syari’at Alloh dan membelanjakannya sesuai dengan syari’at Alloh. Apabila tidak, maka sunnatulloh akan berlaku kepadanya di tenggelamkan seperti halnya Alloh subhanahu wata’ala menenggelamkan Qorun.
Dan satu hal lagi jangan sampai kita terlalaikan oleh kemegahan dunia sehingga lupa pada tujuan yang hakiki yakni akhirat. Alloh subhanahu wata’ala berfirman di dalam surat At-Takatsur :1 – 8 “Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainulyaqin, kemudian kalian pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kalian megah-megahkan di dunia itu).”