Pertanyaan:
Apakah boleh kita tawasul ?
Apakah di sini untuk semua kalangan mahzab ?
Jelaskan masalah keturunan ROSULULLOH sholallohu’alaihi wasallam (para habaib)?
Aris (AI-032)
Jawaban:
Wa alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh..
Alhamdulillah…
Semoga sholawat dan salam tercurahkan kepada Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Pertama. Tawasul ada yang diperbolehkan dan ada yang terlarang. Semuanya harus mengacu pada dalil karena tawasul adalah ibadah. Di antara tawasul yang diperbolehkan yaitu tawassul kepada Alloh subhanahu wata’ala dengan nama dan sifat-Nya sebagaimana QS. al-A’raf ayat 180, tawassul kepada Alloh subhanahu wata’ala dengan iman dan amal sholih yang pernah dilakuakn sendiri sebagaimana QS. Ali Imran ayat 193, dan tawassul kepada Alloh subhanahu wata’ala dengan doa orang-orang shalih yang masih hidup sebagaimana hadits tentang meminta doa kepada paman nabi, yaitu Abbas rodhiyallohu’anhu dan Uwais al-Qarni.
Adapun tawasul yang terlarang yaitu tawasul dengan meminta doa kepada orang mati, tawasul dengan kedudukan Nabi sholallohu’alaihi wasallam atau kedudukan selainnya, tawassul dengan dzat makhluk-makhluk, dan tawasul dengan hak makhluk.
Kedua. HASMI mengusung manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah. Empat mazhab fikih yang dikenal, seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hambali, semuanya Ahlussunnah wal Jama’ah. Jadi siapapun dan dari mana pun bisa belajar dan berjuang bersama HASMI mendakwahkan Islam.
Ketiga. Mencintai Ahlul Bait adalah kewajiban setiap Muslim. Para imam Ahlussunnah sangat menjunjung tinggi kehormatan mereka dan mencintai dengan sepenuh hati.
Imam Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir bahwa tidak perlu diragukan wasiat untuk berbuat baik kepada Ahlul Bait dan pengagungan kepada mereka, karena mereka dari keturunan yang suci, terlahir dari rumah yang paling mulia di muka bumi ini secara kebanggaan dan nasab. Lebih-lebih apabila mereka mengikuti sunnah nabawiyyah yang shahih, yang jelas, sebagaimana yang tercermin pada pendahulu mereka seperti Al-Abbas dan keturunannya, Ali dan keluarga serta keturunannya, semoga Alloh meridhoi mereka semua.
Ketakwaan tetap menjadi standar sebagai ukuran kemuliaan di sisi Alloh subhanahu wata’ala. Siapapun dan dari keturunan siapapun, jika paling bertakwa maka ia paling mulia di sisi Alloh subhanahu wata’ala. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Hujurot ayat 13:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”