Tersenyumlah Sebagaimana Rosululloh Tersenyum – Tabassum Keluarga, adalah satu rubrik yang sebenarnya sengaja kami buka untuk menyajikan kisah-kisah pilihan bernuansa humoris, penuh hikmah, namun tentu saja, tetap terjaga oleh norma-norma syari’at. Sehingga nantinya, kami mengundang pembaca untuk ikut berpartisipasi di rubrik ini dengan mengirimkan kisah atau cerita atau pengalaman hidupnya yang dianggap dapat membuat para pembaca lainnya menyunggingkan senyumannya, tercairkan kegundahannya, serta terisi hatinya dengan warna yang menyejukkan. Seperti layaknya baru saja melihat pelangi di atas langit yang berseri. Indah, penuh warna dan menyejukkan hati.
Mungkin ada yang mengatakan, “cuma sekedar membuat orang tersenyum, memang apa manfaatnya? Bukannya banyak hal yang lebih besar yang dapat kita raih?” Ya, komentar tersebut mungkin tidak salah. Tetapi sangat disayangkan bahwa dia tidak memahami faidah besar yang terdapat di balik 1 senyuman yang terpancar. Terlebih bagi sebuah keluarga, terkadang 1 senyuman bisa menjadi pencetus lahirnya gencatan senjata atau pencair kekakuan atau pemantik obor kehangatan yang biasanya membeku akibat “perang dingin” yang terjadi di dalam kehidupan berumah tangga.
Pernah ada ungkapan dari daratan Cina yang cukup menggelikan, “Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum seharusnya tidak membuka toko.”
Jadi, kalau boleh kita samakan, maka “Orang yang tidak tahu bagaimana tersenyum seharusnya jangan coba-coba berani membuka gerbang mahligai rumah tangga”. Karena apa? Karena berarti, ia tidak punya salah satu senjata pamungkas yang dapat menyelamatkannya dari gelombang ujian yang kelak ia akan hadapi di dalam menjalani kehidupan rumah tangga.
Lebih jauh lagi tentang manfaat yang dapat diperoleh dari sebuah senyuman pernah dikatakan oleh Ibnu Jauzi,
“Para ulama yang mulia selalu senang dengan humor dan tertawa mendengarnya. Karena ia menyegarkan jiwa, dan menghibur hati setelah lelah berfikir.”
Dan lebih-lebih-lebih jauh lagi, adalah Rosululloh sholallohu’alaihi wasallam yang menjadi sandaran amalan kita adalah termasuk orang yang menyukai perkara lucu dan menyenangkan, dapat menghiburkan hati dan mengurangi kepenatan berfikir dan bekerja. Beliau bersabda:
“Janganlah terlalu membebankan jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan perkara yang ringan dan lucu karena apabila hati selalu dipaksa dengan memikul bebanan yang berat, maka ia akan menjadi buta.” (HR. Abu Dawud).
Lebih indah lagi, beliau pernah mengatakan, “Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah!”. Subhanalloh. Beliau menjadikan senyum sebagai ibadah. Karena dengan senyum ruh menjadi semangat, hati menjadi lapang dan wajah menjadi ceria. Jarir bin Abdulloh berkata, “setiap kali saya menjumpai Nabi . Pasti beliau tersenyum.”
Namun tentu saja, dalam tawa dan canda beliau bersikap seimbang antara orang yang kering, muram dan cemberut penampilanya, dengan orang yang banyak tertawa, berlebihan dalam humor dan hobi berkelakar. Beliau , pernah tertawa dalam beberapa kesempatan hingga geraham beliau terlihat, namun beliau tidak tengelam dalam tawa hingga tubuh beliau bergerak-gerak, atau condong hingga bagian atas mulut belaiau terlihat.
Dalam sebuah hadist beliau bersabda:
“Hendaklah kalian tidak banyak tertawa karena banyak tawa akan mematikan hati.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Huroiroh)
Di riwayatkan seorang wanita tua pernah mendatangi Nabi sholallohu’alaihi wasallam, untuk meminta kepada beliau agar mendoakannya masuk surga. Beliau bersabda, “orang tua tidak masuk surga.” Mendengar perkataan beliau, wanita tua itupun berpaling dan menangis. Selanjutanya Nabi memangil dan bersabda, “Bukankah engkau pernah mendengar firman Alloh dalam surat al-Waqi’ah ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami menjadikan gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (HR. ath-Tobroni)
Subhanalloh…. Pembaca sekalian, marilah kita ceriakan kehidupan ini dengan senyuman. Teladanilah akhlak Rosululloh dalam melahirkan senyuman kepada siapa saja. Jika kita bermurah hati memberi senyuman kepada orang lain, pasti kita akan merasa senang kerana membuat orang lain bahagia dan ceria dengan senyuman kita.
Baca juga artikel “Bersedekahlah Walau Hanya Separuh Kurma”
Ingatlah, bahwa senyuman bukanlah sekedar syarat membuka toko seperti layaknya orang-orang Cina itu, tetapi bagi kita seorang Muslim, senyum itu adalah sebagian dari IMAN, PENUMBUH CINTA dan PENAWAR SAKIT DI HATI..!!