Keistimewaan Ukhuwah Islamiyah

Ukhuwah islamiyyah adalah ikatan terkuat yang menyatukan seluruh umat Islam walaupun mereka berasal dari berbagai suku dan bangsa. Persaudaraan Islam tidak tersekat oleh wilayah geografis, tempat dan asal negeri sekalipun berjauhan, serta tidak dibatasi oleh waktu, kapan dan di generasi manapun seorang muslim terlahir.

Ukhuwah Islamiyah adalah salah satu unsur kekuatan umat Islam dan menjadi syarat bagi kebangkitan dan kemenangan mereka. Kemaslahatan besar akan didapatkan setiap muslim ketika ukhuwah Islamiyah terwujudkan. Berbagai kebaikan akan diraih tidak hanya terbatas bagi mereka yang mewujudkannya bahkan akan dirasakan juga oleh masyarakat luas.

 

Ukhuwah Islamiyah memunculkan banyak keistimewaan dan keutamaan, pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Diantaranya keutamaan orang-orang yang terikat dalam Ukhuwah Islamiyah adalah sebagai berikut:

Di Hari Kiamat Kelak, Mereka Memiliki Kedudukan Yang Mulia.

Umar bin Khottob radhiallohu ‘anhu, berkata, Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللهِ تَعَالَى . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ ؟ قَالَ: هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا ، فَوَاللهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ).

Sesungguhnya dari hamba-hamba Kami ada sekelompok manusia, mereka itu bukan para Nabi dan bukan para syuhada’. Para Nabi dan syuhada’ merasa cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Alloh di hari kiamat. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka wahai Rosululloh? Beliau menjawab: Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Alloh padahal tidak ada hubungan persaudaraan (saudara sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta (waris), Maka demi Alloh sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya, dan sesungguhnya mereka di atas cahaya, mereka tidak takut ketika manusia merasa takut, dan tidak pula sedih ketika manusia sedih, kemudian beliau membaca ayat ini: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Alloh itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [QS Yunus, 10: 62].
(HR. Abu Dawud, no: 3060)

Di Hari Kiamat Kelak, Alloh subhanahu wata’ala Akan Memberikan Naungan

Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, dari Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ .

Tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Alloh di bawah naungan-Nya pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan Alloh, (mereka itu ialah): pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Alloh, seorang laki-laki yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Alloh, keduanya berkumpul dan berpisah atas dasar cinta Alloh, seorang laki-laki yang diajak (mesum) oleh seorang wanita cantik dan menawan lalu dia berkata: Sesungguhnya saya takut kepada Alloh, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya dan seorang laki-laki yang mengingat Alloh dalam sendirian maka kedua matanya meneteskan airnya.
(HR. Bukhari, no: 620)

Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي ؟.

Sesungguhnya Alloh berfirman pada hari kiamat: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku?.
(HR. Muslim, no: 4655)

Dari ‘Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu, ia berkata, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي فِي ظِلِّ عَرْشِي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي .

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Orang-orang yang saling mencintai karena Aku akan berada di bawah naungan ‘Arsy-Ku pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku.
(HR. Ahmad, no: 16532)

Orang Yang Saling Mencintai Karena Alloh, Akan Mendapat Kecintaan Alloh

Dari Muadz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bahwasanya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

الْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .

Orang-orang yang saling mencintai karena Alloh akan berada di bawah naungan ‘Arsy pada hari kiamat.
(HR. Ahmad, no: 21022)

Dari Muadz bin Jabal rodhiallaou ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Rabbnya ‘Azza wa Jalla:

حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ ، وَالْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ .

Cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling menasehati karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang bersilaturrahim karena Aku. Dan orang-orang yang saling mencintai karena Aku berada di atras mimbar-mimbar dari cahaya di bawah naungan ‘Arsy pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku.
(HR. Ahmad, no: 21052)

Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ . قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ قَالَ: لاَ غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ .

Suatu hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka Alloh mengutus seorang Malaikat untuk mencegat di suatu tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, Malaikat bertanya: Hendak kemana engkau? Ia menjawab: Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada di kampung ini. Malaikat kembali bertanya: Apakah kamu punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya? Ia menjawab: Tidak, kecuali karena aku mencintainya karena Alloh. Lantas Malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahwa Alloh telah mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu.
(HR. Muslim, no: 4656)

Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ ، قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ . ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ: إِنَّ اللهِ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ . قَالَ: ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الأَرْضِ . وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ: إِنِّي أُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضْهُ ، قَالَ: فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ . ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضُوهُ ، قَالَ: فَيُبْغِضُونَهُ ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الأَرْضِ .

Sesungguhnya apabila Alloh mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai Fulan maka cintailah dia. Jibril pun mencintainya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Alloh mencintai Fulan maka cintailah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian diletakkan untuknya kecintaan di muka bumi. Dan apabila Dia membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku membenci Fulan maka bencilah dia. Jibril pun membencinya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Alloh membenci Fulan maka bencilah dia. Maka penduduk langit pun membencinya. Kemudian diletakkan untuknya kebencian di muka bumi.
(HR. Muslim, no: 4772)

Dari Anas rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ: مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ ، وَمَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ .

Tiga perkara siapa yang memiliknya dia akan merasakan manisnya iman: Orang yang mencintai seseorang tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah, orang yang Allah dan Rasul-Nya paling ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih suka dicampakkan kedalam api neraka daripada ia kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya (kekafiran).
(HR. Muslim, no: 16)

Dari Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu, dia berkata, bahwasanya Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الإِيمَانِ فَلْيُحِبَّ الْعَبْدَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ .

Barang siapa yang ingin merasakan kelezatan iman, maka mestilah ia mencintai seseorang, tidak dicintainya melainkan karena Alloh ‘Azza wa Jalla.
(HR. Ahmad, no: 10321)


Merasakan Manisnya Iman

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الإِيمَانِ ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ .

“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Alloh dan Rosul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Alloh, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.”
(HR. Bukhari)

 

Berada Di Bawah Naungan Cinta Alloh, di bawah Arsy Al-Rahman.

أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لا ظِلَّ إِلا ظِلِّي .

“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku.”
(HR. Muslim)

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

أَنَّ رَجُلا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى ، فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ : ” أَيْنَ تُرِيدُ ؟ ” . قَالَ : أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ . قَالَ : ” هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ ” . قَالَ : لا ، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . قَالَ : ” فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ .

“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Alloh mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Alloh.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Alloh yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Alloh telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.”
(HR. Muslim)

 

Dijamin Sebagai Ahli Surga di Akhirat Kelak

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ ، وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا .

“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Alloh, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.”
(HR. At-Tirmizi)

Rosulullah shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن حول العرشِ مَنابِرَ من نورٍ، عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا شهداءَ، يَغبِطُهم النبيُّونَ والشهداءُ. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال: هم المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله .

“Sesungguhnya di sekitar arsy Alloh ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Alloh.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rosululloh. Maka Rosul sholallohu’alaihi wasallam bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Alloh, bersaudara karena Alloh, dan saling mengunjungi karena Alloh.”
(Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat)

 

Amal Mulia Yang Mendekatkan Hamba Kepada Alloh

Rosul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda,

أَنْ تُحِبَّ لِلهِ ، وَتُبْغِضَ لِلهِ ، وَتُعْمِلَ لِسَانَكَ فِي ذِكْرِ اللهِ ” . قَالَ : وَمَاذَا يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : ” أَنْ تُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ ، وَتَكْرَهَ مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ .

“…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Alloh…” Kemudian Rosul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rosululloh?” Rosul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.”
(HR. Al-Munziri)

Diampuni Dosa-Dosanya

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda,

إذا التقى المسلمان فتصافحا ، غابت ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة .

“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.”
(Hadis yang ditakhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if)

Wallahu’alam bish shawab…

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot