Bahaya Tidak Menjaga Lisan
Ketika seorang muslim tidak bisa menjaga lisannya, maka banyak sekali bahaya yang akan menimpanya, baik di dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, Islam melarang siapa saja yang tidak menjaga lisannya supaya ia terhindar dari bahaya yang akan menyengsarakan kehidupannya. Berikut ini beberapa bahaya tidak menjaga lisan.
1. Menunjukkan Keimanan Seseorang yang Tidak sempurna
Hal ini sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaknya berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhori, no. 6475 dari jalur Abu Hurairoh)
Penjelasannya adalah sebagaimana kesempurnaan iman seseorang ditunjukkan dengan berkata baik atau diam. Maka pemahaman sebaliknya dari Hadits di atas adalah seseorang yang tidak menjaga lisannya berarti menunjukkan imannya tidak sempurna. Dan ini sesuai dengan kaidah iman dalam Islam, yaitu iman dapat bertambah dengan ketaatan dan dapat berkurang dengan kemaksiatan.
2. Menyebabkan Pertumpahan Darah
Lisan yang tidak dijaga bisa menyebabkan pertumpahan darah antara kedua belah pihak. Betapa banyak kasus pembunuhan, tawuran antar desa dan peperangan diakibatkan karena tidak menjaga lisan. Dalam hal ini, contoh tidak menjaga lisan yang menjurus kepada pertumpahan darah adalah namimah yaitu adu domba.
Oleh karena itu untuk menghindarkan terjadinya pertumpahan darah, Islam melarang namimah yang tercatat sebagai salah satu faktor penyebabnya.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman dalam konteks orang-orang yang tidak pantas untuk ditaati:
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian ke mari menghambur fitnah.”
(QS. Al-Qalam: 10-11)
3. Masuk Neraka
Bahaya yang mengancam orang yang tidak menjaga lisannya tidak hanya dirasakan di dunia tetapi juga akan dirasakan olehnya di akhirat nanti, dan bahaya di akhirat tentu jauh lebih dahsyat dan mengerikan yaitu masuk neraka. Tentu dari segi berat ringan siksaan tersebut sesuai kategori perbuatan lisannya.
Banyak sekali Hadits-hadits yang menjelaskan tentang masalah ini, di antaranya adalah sebagai berikut.
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَرْفَعُهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَاتٍ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللَّهِ لَا يُلْقِي لَهَا بَالًا يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ
“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Alloh, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Alloh meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Alloh, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.”
(HR. Bukhari, no. 6478)
Atau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal rodhiyallohu’anhu ketika beliau bertanya kepada Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam tentang amalan yang dapat memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, kemudian Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam menyebutkan tentang rukun iman dan beberapa pintu-pintu kebaikan, kemudian berkata kepadanya:
أَلا أُخْبِرُكَ بِمِلاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قَالَ: بَلَى يَارَسُولَ اللهِ، فَأَخذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا ، قَالَ: يَارَسُولَ اللهِ،وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ ؟ قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَامُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّار عَلَى وُجُوهِهِم، أَو قَالَ: “عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلسِنَتِهِمْ
“Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” Mu’adz berkata: tentu wahai Rosululloh. Maka beliau memegang lisannya dan berkata: “Jagalah ini”. Maka Mu’adz berkata: “Wahai Nabi Alloh, apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?” Nabi shollallohu’alaihi wasallam menjawab: “Semoga ibumu kehilanganmu! (sebuah ungkapan agar perkataan selanjutnya diperhatikan). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.”
(HR. At-Tirmidzi)
Imam Ibnu Rajab Al Hambali rohimahulloh berkata mengenai makna hadits di atas, “Secara dzahir hadits Mu’adz tersebut menunjukkan bahwa perkara yang paling banyak menyebabkan seseorang masuk neraka adalah karena sebab perkataan yang keluar dari lisan mereka. Termasuk maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan yang mengandung kesyirikan, dan syirik itu sendiri merupakan dosa yang paling besar di sisi Alloh subhanahu wata’ala. Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata tentang Alloh subhanahu wata’ala tanpa dasar ilmu, ini merupakan perkara yang mendekati dosa syirik. Termasuk di dalamnya pula persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita baik-baik) dan hal-hal lain yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa kecil seperti perkataan dusta, ghibah dan namimah. Dan segala bentuk perbuatan maksiat pada umumnya tidaklah lepas dari perkataan-perkataan yang mengantarkan pada terwujudnya (perbuatan maksiat tersebut). (Ibn Rajab al-Hambali, Jami’ul Ulum wal Hikam)
Jadi, sangat mengerikan sekali bahaya yang akan mengancam orang yang tidak menjaga lisannya. Karena bahaya tersebut akan menimpanya di dunia dan akhirat. Semoga Alloh Ta’ala menghindarkan kita dari siksa-Nya. Amin.
Wallohu A’lam