Kedudukan Thaharah Dalam Islam
Kita ketahui bersama bahwa Islam adalah agama yang sangat memerhatikan kesucian dan kebersihan. Baik kebersihan dan kesucian batin maupun kebersihan lahir. Segala yang mengotori iman dan hati seseorang diharamkan di dalam Islam. Seperti kesyirikan, kekufuran, kemunafikan, hasad, tamak, kikir, bakhil, dan beragam dosa lainnya.
Manusia secara umum, dan khususnya orang yang beriman diperintahkan Alloh subhanahu wata’ala untuk menyucikan dan membersihkan diri dari kotoran dan najis batin yang menodai iman atau disebut juga thoharoh maknawi. Karenanya, Islam senantiasa memerintahkan untuk bertaubat.
Sebab taubat adalah cara bersuci dan membersihkan diri dari kotoran dan najis maknawi. Alloh subhanahu wata’ala berfirman dalam surat at-Tahrim ayat 8:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang sebenar-benarnya. Mudah-mudahan Robb kalian mengampuni kesalahan-kesalahan kalian dan memasukkan kalian ke dalam Surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.”
(QS. at-Tahrim: 8)
Agama Islam juga sangat memperhatikan kebersihan dan kesucian secara lahir. Bahkan, thaharah secara lahir yaitu membersihkan diri dari najis dan hadats serta memiliki kedudukan penting dalam beribadah. Di antara kedudukan agung toharoh secara maknawi tersebut adalah:
Pertama: Suci dari najis dan hadats adalah syarat sahnya sholat seorang hamba.
Sholat merupakan bentuk ibadah pendekatan diri seorang hamba kepada Alloh subhanahu wata’ala. Dalam ibadah sholat, seorang hamba sedang bermunajat kepada Alloh subhanahu wata’ala. Oleh karena itu, hamba yang hendak sholat diwajibkan dalam keadaan suci dari najis dan hadats. Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori dan Muslim:
« لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ »
“Tidak diterima sholat seseorang di antara kalian jika dalam keadaan hadats hingga ia berwudhu.”
(HR. Bukhori Dan Muslim)
Mengerjakan sholat dengan bersuci adalah bentuk pengagungan kepada Alloh subhanahu wata’ala. Seorang hamba wajib suci dari najis dan hadats. Najis harus dibersihkan karena ia adalah kotoran. Sementara hadats harus diangkat dengan bersuci yang sudah ditentukan. Seperti mandi bagi yang junub dan berwudhu. Suci dari hadats ketika hendak beribadah adalah bentuk pengagungan kepada Alloh subhanahu wata’ala.
Kedua; Orang yang bersuci dicintai dan dipuji Alloh subhanahu wata’ala.
Senantiasa bersuci secara lahir dan batin merupakan sebab meraih kecintaan Alloh subhanahu wata’ala dan Rosul-Nya. Hal ini berdasarkan firman Alloh subhanahu wata’ala dalam surat al Baqoroh ayat 222:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Alloh mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang menyucikan diri.”
(QS. al Baqoroh: 222)
Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna orang-orang bertaubat dalam ayat ini adalah taubat dari dosa dan orang yang menyucikan diri adalah orang-orang yang membersihkan diri dari kotoran-kotoran.
Syekh Abdurrahman bin nashir as-Sa’di rohimahulloh menjelaskan bahwa bersuci dalam ayat ini mencakup secara maknawi dan pula mencakup makna indrawai, yaitu bersuci dari najis dan hadats.
Ketiga; Kelalaian membersihkan diri dari najis merupakan salah satu sebab siksa kubur.
Tidak bisa menjaga diri dari nasjis seperti buang air kecil dan besar di sembarang tempat dan tidak bersuci dengan baik merupakan sebab siksa kubur. Berkaitan dengan hal ini terdapat riwayat shohih dalam kitab Shohib al-Bukhori dan shohih Muslim:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ مَرَّ بِقَبْرَيْنِ يُعَذَّبَانِ فَقَالَ: إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍأَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لاَ يَسْتَتِرُ مِنَ الْبَوْلِ وَأَمَّا الآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ. ثُمَّ أَخَذَ جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا بِنِصْفَيْنِ ثُمَّ غَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ وَاحِدَةً. فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ فَقَالَ: لَعَلَّهُ أَنْ يُخَفَّفَ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا.
Ibnu Abbas meriwayatkan hadits bahwa Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam melewati dua kuburan. Lalu beliau bersabda, “Sungguh kedua penghuni kubur itu sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar. Salah satu dari dua orang ini, semasa hidupnya tidak menjaga diri dari kencing. Sedangkan yang satunya lagi, dia gemar menebar namimah atau mengadu domba.”Kemudian beliau mengambil pelepah kurma basah. Beliau membelahnya menjadi dua. Lalu beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rosululloh, mengapa Anda melakukan ini?” Beliau menjawab, “Semoga keduanya diringankan siksaannya, selama kedua pelepah ini belum kering.”
(HR. Bukhori Dan Muslim)
Diantara hikmah mengapa terdapat syariat bersuci dalam Islam. Di antaranya adalah:
Pertama; Bersuci merupakan naluri manusia. Secara naluriah, manusia cenderung ingin bersih dan jijik melihat yang kotor dan dekil. Sebagai agama yang fitrah, sudah selayaknya Islam meminta umatnya untuk bersuci dan menjaga kebersihan.
Kedua; Dengan bersuci, kehormatan dan wibawa sebagai seorang Muslim akan lebih terjaga. Fitrah manusia memang menyukai kebersihan, senang berkumpul dan duduk di tempat yang bersih. Sebaliknya, mereka merasa jijik dan menghindar dari segala hal yang kotor-kotor. Mereka tidak suka menghampiri orang yang tidak bersih untuk duduk di dekatnya. Sebagai agama yang sangat memerhatikan sod kehormatan dan wibawa umatnya,
Ketiga; Islam meminta agar mereka selalu bersih. Dengan begitu, mereka akan dihormati dan dimuliakan.
Keempat; Agar kesehatan terjaga. Kebersihan merupakan salah satu faktor terpenting dalam menjaga kesehatan. Banyak sekali penyakit yang berjangkit di mana faktor penyebabnya adalah lingkungan yang kotor dan kumuh.
Kelima; Membersihkan badan, mencuci muka, tangan, dan kaki dapat menjaga tubuh dari penyakit. Semua anggota tubuh yang dibasuh ini paling banyak bersentuhan dengan benda-benda kotor.
Keenam; Agar dapat menghadap Alloh dalam keadaan suci bersih seperti halnya sholat, Karena dalam bermunajat kepada Alloh sudah sepatutnyalah kita suci, baik lahir maupun batin, suci hati dan badan, ketika menghadap Alloh karena Alloh menyukai orang-orang yang bertoba tlagi menyucikan diri.
Semoga bermanfaat. Allohuma amin