Syarat-Syarat Laa ilahaIllalloh

Kalimat LailaahalIllalloh adalah kalimat agung dalam Islam. Bahkan kalimat ini menjadi kunci masuk surganya seorang muslim. Akan tetapi, untuk benar-benar dapat meraih surga, seorang muslim harus memenuhi syarat-syarat LailaahalIllalloh. Dalam kitab sohih al-Bukhori disebutkan bahwa seorang Tabi’in bernama Wahb bin Munabbih pernah ditanya:

أَلَيْسَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مِفْتَاحُ الْجَنَّةِ

Bukankah kalimat LailaahalIllallohitu kunci masuk surga?”

Wahb bin Munabbih menjawab:

بَلَى وَلَكِنْ لَيْسَ مِفْتَاحٌ إِلَّا لَهُ أَسْنَانٌ فَإِنْ جِئْتَ بِمِفْتَاحٍ لَهُ أَسْنَانٌ فُتِحَ لَكَ وَإِلَّا لَمْ يُفْتَحْ لَكَ

Betul bahwa kalimat LailaahalIllallohitu kunci masuk surga, akan tetapi setiap kunci pasti memiliki geriginya. Jika engkau membawa kunci yang tepat geriginya, maka pintu tersebut akan kebuka. Sebaliknya, jika kunci yang engkau bawa tersebut tidak cocok geriginya, maka pintu tersebut tidak akan bisa engkau buka.

Jadi pintu surga itu dapat kita buka, jika kita memiliki gerigi-gerigi di kunci surga yang telah kita ucapkan, maksudnya yaitu kita tidak bisa memasuki surga kecuali telah memenuhi syarat-syarat LailaahalIllalloh. Lalu Apa Syarat-syarat LailaahalIllalloh?

Para ulama telah menetapkan adanya tujuh syarat LailaahalIllalloh yang harus dipenuhi oleh setiap muslim. ketujuh syarat ini ditetapkan oleh para ulama, berdasarkan penelitian mereka terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad shollallohu’alaihi wasallam. Dalam kitab Syarah Arkanul Islam dijelaskan tentang penjelasan ketujuh syarat ini, diantaranya:

Pertama, al-‘Ilm yaitu mengetahui dan memahami hakikat LailahaIllalloh. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Alloh
(QS. Muhammad [47]: 19)

Selain itu, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam juga bersabda

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa meninggal dunia dan dia mengetahui tentang La Ilaha Illalloh, niscaya masuk surga.
(HR. Muslim)

Maksud dari syarat pertama ini adalah kita harus mengetahui secara hakiki kandungan dan tuntutan amal dua kalimat syahadat. Selain itu kita pun tidak boleh Jahil atau bodoh seperti bodohnya orang-orang musyrik dari ummat ini yang mengingkari makna Laa ilaaha Illalloh, walaupun mereka seringkali mengucapkannya. Sebab maksud dari syahadat adalah maknanya, bukan lafazh-nya saja. Itulah yang menyebabkan orang-orang musyrik dahulu yang mengerti Makna laa ilaaha illalloh mengingkari kandungannya seraya berkata,

أَجَعَلَ الْآلِهَةَ إِلَٰهًا وَاحِدًا 

Mengapa ia menjadikan ilah-ilah itu Ilah Yang Satu saja.”
(QS. Shod [38]: 5)

Kemudian syarat kedua dari Laa ilaaha illalloh adalah al-Yaqīn yaitu meyakini. Sedangkan Kebalikannya adalah syak atau ragu.

Maksudnya, siapa yang telah berikrar dengan dua kalimat syahadat, maka ia harus meyakini di dalam hatinya tentang kebenaran ucapannya, kebenaran hak-hak ketuhanan Alloh, kebenaran akan kenabian Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, kebatilan peribadahan selain Alloh, dan kebatilan orang yang mengaku Nabi setelah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam. Apabila kita ragu terhadap kebenaran maknanya atau ragu terhadap kebatilan ibadah kepada selain Alloh, maka dua kalimat syahadat yang kita ucapkan tidak akan memberikan manfaat apa-apa. Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

لاَ يَلْقَى اللَّهَ بِهِمَا عَبْدٌ غَيْرَ شَاكٍّ فِيهِمَا إِلاَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Tidaklah seorang hamba bertemu Alloh dengan membawa dua kalimat syahadat dan tidak ragu-ragu terhadapnya, kecuali dia akan masuk surga.
(HR. Muslim)

Sehingga, tidak diragukan lagi bahwa orang yang meyakini makna dua kalimat syahadat, maka seluruh anggota badannya akan tergerak untuk beribadah hanya kepada Alloh semata dan akan taat kepada Rosul-Nya.

Syarat Ketiga dari syahadat adalah, al-Qabūl (atau menerima), dengan meniadakan penolakan.

Ada orang yang mengetahui makna dua kalimat syahadat dan meyakini kandungannya, namun ternyata dia menolaknya. Baik karena sombong ataupun karena dengki. Hal ini sebagaimana yang dialami oleh para ulama Yahudi dan Nashrani yang telah bersaksi akan ketuhanan Alloh dan mengetahui Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wasallam, sebagaimana mereka mengetahui anak-anaknya sendiri, namun tetap saja mereka menolaknya. Demikian pula yang terjadi pada orang-orang musyrik yang mengetahui makna La Ilaha Illalloh dan kebenaran Nabi Muhammad, tetapi tidak mau menerimanya karena sombong.  Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُون

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “La Ilaha Illalloh (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Alloh), mereka menyombongkan diri
(QS. ash-Shoffat [37]: 35)

Kemudian syarat Laailaahaillalloh yang Keempat, adalah al-Inqiyād (yakni tunduk dan pasarah).

Perbedaan antara al-inqiyād atau tunduk dengan al-qabūl atau menerima adalah bahwa al-inqiyād artinya mengikuti dengan perbuatan. Sedangkan al-qabūl adalah menampakkan kebenaran yang dikandung makna syahadat dengan ucapan, meskipun dalam keduanya sama-sama terkandung makna ittibā’ (mengikuti). Jadi, al-Inqiyād artinya menyerahkan diri dan tunduk secara total terhadap hukum-hukum Alloh. Alloh subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

“Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.
(QS. Luqmān [31]: 22)

Salah satu Bentuk ketundukkan kepada Alloh subhanahu wata’ala adalah dengan beribadah hanya kepada-Nya, sedangkan bentuk inqiyād kepada Nabi Muhammad adalah dengan menerima sunnah-nya dan mengikuti syari’atnya serta ridha terhadap hukumnya, sebab jika seorang hamba telah menerima dan melaksanakan hukum-hukum Alloh dan Rosul-Nya, berarti ia telah benar imannya.

Syarat Laailaaha illalloh yang berikutnya atau yang Kelima, adalah al-Shidqyaitu benar atau jujur. Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda yang artinya:

 “Barangsiapa yang mengucapkan Lā Ilāha Illalloh dan benar-benar keluar dari lubuk hatinya, niscaya ia masuk surga.”
(HR. Ahmad)

Adapun orang yang mengucapkan syahadat dengan lisannya saja, namun dia mengingkari kandungannya, maka dia tidak disebut sebagai orang yang jujur dalam syahadatnya dan ia tidak akan masuk surga sebagaimana orang-orang munafik yang Alloh kisahkan ceritanya dalam firman-Nya:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ

“Di antara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Alloh dan hari kemudian, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
(QS. al-Baqoroh (2): 8)

Selanjutnya syarat Laailaaha illalloh yang Keenam, adalah al-Ikhlāsh yaitu memurnikan kalimat LailahaIllalloh. Sedangkan Kebalikannya adalah syirik atau tidak ikhlāsh.

Nah Maksud ikhlāsh di sini adalah beribadah hanya kepada Allohsemata, tanpa menyelewengkan salah satu bentuk ibadah tersebut kepada selain-Nya, baik itu kepada malaikat yang dekat dengan-Nya ataupun kepada nabi yang diutus. Adapun Ikhlāsh dalam mengikuti Nabi Muhammad adalah dengan cara mencukupkan diri hanya mengikuti sunnahnya, mengikuti hukumnya, menjauhi bid’ah dan hal-hal yang menyelisihi sunnahnya, serta dengan meninggalkan hukum, undang-undang ataupun adat-istiadat buatan manusia yang bertentangan dengan syari’at beliau shollallohu ‘alaihi wasallam. Maka dari itu, siapa saja yang ridha dengan hukum (buatan) tersebut atau memutuskan hukum dengan hokum Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, berarti dia adalah orang yang tidak ikhlāsh. Allohberfirman:

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (2) أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Maka beribadahlah kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik).
(QS. al-Zumar [39]: 2-3)

Selain itu, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam juga bersabda:

أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ

Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku adalah yang mengucapkan Lā Ilāha Illalloh dengan ikhlash dari dalam hatinya.
(HR. Bukhori)

Kemudian, syarat yang terakhir atau Ketujuh, al-Mahabbah (mencintai).

Maksudnya Seorang hamba wajib mencintai Alloh dan Rosul-Nya serta mencintai semua perkataan dan perbuatan baik. Selain itu, termasuk bagian mencintau Alloh dan Rosul-Nya adalah mencintai wali-wali-Nya dari kalangan para Nabi, Shiddiqin, syuhada dan kaum muslimin yang taat dan tidak bermaksiat kepada Alloh. Cinta yang benar mempunyai pengaruh yang kuat bagi anggota badan seorang hamba. Maka kita akan melihat seorang hamba yang benar-benar taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, beribadah kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, merasa nikmat dalam ketaatan kepada-Nya serta bersegera mengerjakan semua perkataan dan perbuatan yang menimbulkan kecintaan-Nya. Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda:

ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Tiga hal apabila ketiganya terdapat dalam diri seseorang, maka dia akan mendapatkan manisnya iman, (yaitu) menjadikan Alloh dan Rosul-Nya lebih dicintai melebihi selain keduanya, seseorang mencintai orang lain dan dia tidak mencintainya kecuali karena Alloh dan dia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaimana dia membenci untuk dilemparkan kedalam neraka.
(Mutafaq ‘Alaihi)

Selain itu, Kita juga akan melihat bahwa orang yang mencintai Alloh dan Rosul-Nya adalah orang yang sangat berhati-hati dan takut dari berbuat maksiat dengan menjauhinya, dan membenci para pelakunya. Kalau seperti ini, maka itulah cinta yang benar lagi tulus.

Demikianlah beberapa syarat syahadat yang harus kita tunaikan dan laksanakan pada kehidupan sehari-hari. Semoga kita dapat mengamalkan dan mendakwahkannya. Amin.

Wallohu a’lam

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot