Antusias Para Sahabat Dalam Da’wah

Siapa pun yang menelusuri jejak rekam perjalanan hidup para sahabat Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam akan mendapati sosok-sosok manusia dengan prestasi da’wah luar biasa. Manusia yang bangkit jiwa juangnya di jalan Alloh dan kesabarannya mempertahankan keislaman saat ujiandan fitnah mendera telah mencapai derajat paripurna. Kepribadian mereka yang agung dapat menghidupkan hati setiap orang yang menelaahkisah mereka. Tidak ada satu pun di antara me-reka, kecuali telah melukiskan sejarah keharumanperan da’wah yang mesti dijadikan teladan.

Hal menonjol pada diri para sahabat agungitu adalah keikhlasan dan ketulusan mereka dalam menjalankan segala perintah, menjauhi se-gala larangan Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan menyeru manusia untuk mentaati-Nya. Cinta mereka kepada Allohdan Rasul-Nya lebih dari cintanya pada diri sendiri dan keluarganya. Mereka rela mengorbankanjiwa, raga, dan hartanya demi perjuangan da’wah Islam yang mulia. Setiap kali turun ayat al-Quran,merekalah orang-orang pertama yang berlomba-lomba untuk melaksanakannya dan menyebarkan-nya. Darah da’wah menyala sempurna mengalirisetiap relung-relung jiwa. Dunia beserta isinya di depan da’wah, bagi mereka, tidak setara walau sehelai sayap serangga.

Gelora da’wah mereka meletup-letup tak sudi berhenti meski sejenak saja. Meski mereka hidup di masa “Dark Age” zaman dulu kala. Abu Bakar Radhiallahu Anhu, di awal-awal Islam tumbuh sangat giat mengajak manusia memeluknya. Tercatat 8 saha-bat mulia berhasil beliau Islamkan yang kemudianmenjadi garda pejuang Islam terdepan. Umar bin al-Khattab Radhiallahu Anhu, iman dalam hatinya tak kuasa diam tidak berda’wah, tak sudi untuk tak berbagi. “Wahai Rosululloh! Bukankah kita berada di atas kebenaran? Mati ataupun hidup?” “Tentu saja! Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya kalian berada di atas kebenaran, mati ataupun hidup.” Jawab Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam . “Lantas untuk apa kita bersembunyi? Demi Dzat Yangtelah mengutusmu dengan kebenaran, sungguh kita harus keluar (da’wah terang-terangan).”

Abu Dzar al-Ghifari saat diminta menyem-bunyikan keislamannya malah dengan lantang berkata: “Demi Dzat Yang telah mengutusmu dengan kebenaran! Sungguh aku akan secara lantang meneriakkannya di hadapan mereka.” Bukan karena dalam rangka melanggar perintah, tapi jiwanya tak kuasa menyembunyikan keindahan iman.

Thufail bin Amr ad-Dawsy, sekali bertemu Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam, seketika itu masuk Islam. Seketika itu pula yang keluar dari lisannya adalah kalimat-kalimat garang ingin berda’wah. Jiwanya gerah, takkan menyimpan “keasyikan iman” sendirian. “Sesungguhnya aku orang yang dipatuhi di tengah kaumku dan aku akan pulang menemui mereka serta mengajak mereka memeluk Islam.”(ArRahiqul Makhtum, Syaikh Shaffiyurrahman Al-Mubarakfuri)

Enam pemuda Madinah, dida’wahi Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam , bergegas menyambutnya,. Tatkala mereka pulang ke Madinah, tidak ada satu rumah pun kecuali membahas perihal da’wah Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam . Kemudian gelombang da’wah disusul oleh Mushab bin Umair. Hasilnya, tidak satu kabilah pun dari kabilah-kabilah Anshar kecuali di da-lamnya terdapat laki-laki atau perempuan yang telah masuk Islam.

Imam Ahmad Rahimahulloh meriwayatkan dari Jabir secara rinci. Jabir berkata: "Kami berkata kepada Rosululloh: “Wahai Rosululloh! Untuk hal apa kami membai'atmu?". Beliau bersabda: Untuk mendengarkan dan taat (loyal) dalam kondisi semangat maupun malas.Untuk berinfaq di dalammasa sulit dan mudah. Untuk berbuat amar ma'ruf dan nahi munkar. Untuk senantiasa tegak di jalan Alloh, tidak peduli dengan celaan si pencela se-lama dilakukan di jalan Alloh. Untuk menolongku manakala aku datang kepada kalian. Kalian melindungiku dari hal yang biasa kalian lakukan un-tuk melindungi diri kalian sendiri, isteri-isteri dan anak-anak kalian. Jika hal ini kalian lakukan, maka surgalah bagi kalian

Apa jawab para sahabat?

“Kami akan mengambilnya sekalipun dengan resiko harta kami musnah dan para pemimpin kami terbunuh karenanya.” (as-Sirah an-Nabawiyah Ibnu Hisyam )

Lihat pula bagaimana sikap mereka memenuhi seruan infak dalam perjuangan fisabilillah. Abu Bakar membawa semua harta yang dia punya sejumlah 4000 dirham, jika diukur dengan kurs sekarang sekitar 148 juta rupiah. Ketika ditanya oleh Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, “ Ya Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?” Abu Bakar men-jawab, “Aku ting-galkan untuk mereka Alloh danRosul-Nya”. Beliau Shalallahu Alaihi wa Sallam  pun bersabda,” Tidak adaharta yang paling bermanfaat bagiku sebagaimana bermanfaatnya harta Abu Bakar”. (HR Abu Da-wud dan Tirmidzi)

Umar datang dengan menyerahkan setengah dari keseluruhan hartanya. Berkata Ibnu Syihab Az-Zuhri sehubungan dengan infak Utsman bin Affan, “Utsman telah menyerahkan kepada Jaisul Usrah dalam Perang Tabuk sejumlah 940 ekor unta ditambah dengan 60 ekor kuda untuk mem-bulatkan jumlah menjadi seribu ekor.”Beliau juga membawa 1000 dinar emas, setara 1,6 milyar rupiah dalam pakaiannya, bahkan kafilah dagang-nya yang hendak berangkat ke Syam sejumlah dua ratus ekor unta lengkap dengan barang-barang-nya dia keluarkan sedekahnya, ditambah lagi de-ngan seratus ekor unta, lalu ditambahnya lagi 1000 dinar uang kontan. Maka Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam  pun ber-sabda, “Ya Alloh, (aku mohon pada-Mu) ridhoilahUtsman, sesungguhnya aku telah ridho padanya.”

Abdurahman bin Auf sang dermawan, mem-bawa 200 uqiyah perak, kurang lebih senilai 296juta rupiah. Datang pula ‘Abbas bin Abdul Mutholib paman Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam, Tholhah bin ‘Ubaidillah, Sa’adbin Ubadah, Muhammad bin Maslamah, mereka semua berinfaq. Bagi yang memiliki sedikit harta pun tak rela untuk tidak berinfak fi sabilillah, mereka berinfaq semampunya. ‘Ashim bin Adiy mem-bawa 70 wasaq kurma, ada yang membawa dua mud bahkan satu mud kurma, tidak satu pun para sahabat Nabi yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin. Ya… Orang yang tidak berinfak untuk da’wah fi sabilillah ada ciri orang munafik..

“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orangyang mencela orang-orang mukmin yang mem-beri sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekah-kan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Alloh akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih. ” (QS. At-Taubah: 79)

Subhanalloh… Allohu Akbar… Ya Hasmi… Dari generasi mana mereka ini? Makhluk macam apa mereka? Dari planet mana mereka datang? Duhai, manusia apa mereka ini? Apa yang meng-gerakkan hatinya? Siapa yang membuat mereka sedemikian rupa? Mereka hidup dan bergerak dengan iman yang murni nan gemilang. Dan tentu saja yang menggerakan adalah Dzat yang memiliki nama ar Rahman. Merekalah para sahabat Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam.

Pembeda antara kita dan mereka adalah telahhadir kehidupan akhirat dalam kehidupan dunia mereka. Sedangkan kita kabut tebal terlalu cinta kepada dunia menyelemuti hati kita. Memang kaki mereka masih menyentuh tanah, badan mereka pun masih menjamah alam nyata dunia, akantetapi ruh mereka sudah bersiap-siap menapaki surga, alam pikiran mereka telah terasa sujud di bawah ‘Arsy Alloh Ta’ala..Allohu Akbar..!! Allohu Akbar.. Ya Hasmi…Tirulah mereka wahai generasi muda Hasmi. Semaksimal yang kita bisa. Merekalah sebaik-baik generasi yang patut diteladani.Ooh..rindu sekali ingin bisa bertatap dan menyapa mereka. Sangat-sangat rindu.

Harapannya… Semoga Alloh mempertemu-kan kita dengan mereka, di tempat yang sangat mulia dan dalam kondisi yang sangat bercahaya. Bernostalgia, mengingat-ngingat perjuangan kita menegakkan Islam saat di dunia. Sebab, kalau perjuangan kita mirip, selaras, serasi dengan per-juangan sahabat Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam, pertemuan di surga dengan mereka adalah niscaya.

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot