Pengadilan Distrik Tel Aviv hari Kamis (30/12) menetapkan bahwa mantan presiden Israel Moshe Katsav bersalah atas tuduhan dua perkosaan serta tindakan pelecehan dan serangan seksual terhadap tiga staf wanitanya, selagi menjabat menteri dan presiden.
Para hakim lebih mempercayai kesaksian dan bukti saksi yang memberatkan daripada kesaksian Katsav yang dinilai mengandung kebohongan.
Katsav dinyatakan bersalah atas perkosaan dan pelecehan seksual terhadap "A", mantan stafnya ketika menjabat sebagai menteri pariwisata. Dia juga dinyatakan bersalah karena melakukan pelecehan seksual terhadap "H" dan "L" yang menjadi pegawainya di kediaman presiden.
Tidak terima dengan keputusan tersebut, pengacara Katsav menyatakan banding. "Keputusan itu mencitrakan Moshe Katsav sebagai seorang petaruh, berbelit-belit dan seorang tukang tipu," kata Avigdor Feldman, pengacara Katsav.
Saat awal kasus tersebut dibawa ke pengadilan empat tahun lalu, Katsav telah ditawari untuk menyatakan dirinya bersalah. Namun pria yang kini berusia 65 tahun itu menolak. Katanya dia ingin membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah.
Dalam perjalanan sidang yang semuanya dilakukan tertutup, rupanya hakim mendapati bukti-bukti baru yang memperkuat dakwaan atas Katsav. Misalnya dalam kasus dengan korban "A". Pengacara menuding laporan A adalah upaya untuk menjelek-jelekkan Katsav karena dia dipecat dari pekerjaannya. Namun para hakim justru mendapatkan bukti bahwa perkosaan yang dialami A adalah karena wanita itu berulang kali menolak godaan seks yang dilakukan Katsav terhadapnya. (Redaksi HASMI/hidayatullah)