Dunia hampir-hampir rata dengan ritual kesyirikan. Di ujung gunung, di tepian lautan, di kota-kota, di kampung-kampung, di atap-atap rumah, di pojok-pojok kamar, di istana-istana megah, di rumah-rumah reot. Kedurhakaan paling brutal dijadikan senjata andalan menarik wisatawan. Di setiap desa, selalu saja ada dukun dan tukang sihirnya, agen setan paling durjana. Dunia hampir-hampir dipenuhi kemaksiatan. Perzinahan dimana-mana, diekspos, disaksikan jutaan mata, dijadikan inspirasi beragam kalangan, narkoba menimpa segala usia, aurat wanita dibuka selebar-lebarnya. Oh… Kemana Umat Islam?! Kemana?! Dimana mereka?! Tidur?!
Bukankah Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah memperingatkanagar khawatir dengan perilaku orang-orang zholim itu. Bahwa kezholiman mereka adalah ancaman besar buat kita.
“Dan peliharalah diri kalian dari siksaanyang tidak khusus menimpa orang-orang yang zholim saja di antara kalian. Dan ketahuilah bahwa Alloh amat keras siksaan-Nya.”(QS. al-Anfal: 25)
Juga yang digambarkan dalam hadits riwayat Imam Bukhori dan Muslim tentang safinah(perahu), yakni jika ada seseorang yang ingin mengambil air dengan cara melubangi perahu, lalu penumpang yang lain tidak mencegahnya, maka seluruh penumpang perahu akan teng-gelam semua, bukan hanya orang yang melo-bangi saja.
Juga wejangan dari Rosululloh Shalallahu Alaihi wa Sallam, “Apabiladi suatu kaum merebak perbuatan keji (zina, mabuk, judi, merampok, korupsi dan lain-lain) hingga mereka melakukannya secara terang-terangan, mereka akan diserang penyakit-pe-nyakit yang belum pernah dialami oleh nenek moyang mereka.” (HR. Ibnu Majah)
Penyakit tak terdeteksi. Obat tak pernah diberi. Malah penyakit ditambah, ditimpuk, ditumpuk, semakin meninggi. Penyakit sudah menggunung, status awas, sebentar lagi meletus, menebar petaka ke segala sisi. Kita, keluarga kita, anak cucu kita, karib kerabat kita, seluruhnya sedang terancam. Ancaman serius bertubi-tubi, bertalu-talu, hadir selalu di setiap waktu. Akan terus mengancam sampai mun-cul generasi perubah.
Apalagi bangsa ini sedang dibelit segudang masalah. Sinyal-sinyal kehancuran itu sudah di pelupuk mata. Kerusakan dan keburukan akan terus bercokol, dan berpotensi mengun-dang kebinasaan total. Maka, kesadaran maksimal bahwa da’wah adalah amal penjaga dari kehancuran umat harus mengakar kuat dalam sanubari para da’i. Ketiadaan atau kelemahan kesadaran ini akan berefek sang da’i hanya menjadi badut-badut da’wah, sampah perjuangan saja.
Umat terdahulu binasa ketika tidak ada lagi da’wah yang mengawalnya. Atau ketika da’wah tak lagi mempan bahkan dihiraukan oleh manusia. Umat pun tidak lagi memiliki penjaga yang benar-benar melindunginya. Saat itulah adzab turun menghancurkan negeri se-hancur-hancurnya.
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya menaati Alloh) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka su-dah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS. al-Isra': 16)
Kaum Nabi Nuh tenggelam dalam banjir bandang akbar, setelah abai dengan da’wah. Penduduk Madyan,ditimpa gempa yang dahsyat, dan jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat-tempat tinggal mereka. Kaum 'Aad dan Tsamud punah, hanya menyisakan puing-puing sebagai bahan pengingat se-jarah. Bangsa Shoddum, bumi diangkat dibalik, kemudian ditimpakan kepada mereka. Suatu kampung Bani Israel, semuanya diubah menjadi babi dan kera, kecuali yang berda’wah saja.
Demikianlah telah menjadi ketetapan yangpasti. Setiap yang menyimpang dari manhaj Alloh Subhanahu wa Ta'ala mesti berakhir dengan kebinasaan. Merekapun punah, mati dan hilang dari per-mukaan bumi. Meninggalkan pesan besar, ma-syarakat tanpa da’wah akan hancur berkeping-keping, ludes. Da’wah lah benteng kokoh dari kehancuran umat. Terabaikannya da’wah ada-lah tanda-tanda kiamat sudah amat dekat.
Mari kita perhatikan ayat berikut:
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. al-‘Ashr: 1-3)
Benteng-benteng dari kerugian atau kehancuran itu adalah iman, amal saleh dan da’wah. Hilangnya da’wah, iman dan amal saleh akan sangat cepat meleleh, cepat lumer. Iman dan amal saleh tanpa da’wah, sangat mudah ditikam dari arah kanan kiri depan belakang. Pribadi atau masyarakat yang aktif berda’wah ada-lah anugerah. Untung besar, tanpa rugi sama sekali.
Da’wah adalah nyawa. Satu-satunya yang menyebabkan hidup. Nyawa kita, nyawa umat manusia. Ketiadaan da’wah artinya kita semua remuk, mumur, hancur lebur, binasa. Hanya berjalan menggelinding ke arah keruntuhan dan kehilangan fondasi kemanusiaan.
Amal da’wah adalah amalan “besi”. Amal paling berguna. Manfaatnya berlimpah. Mendatangkan keuntungan, mencegah kerugian.
Hidup untuk da’wah adalah hidup penuh power. Semangatnya meluap-luap penuh gejolak. Deru langkahnya pasti. Menjaga umat, memelihara, menumbuhkan dan mengukuhkan. Tidak ada kehidupan yang lebih “meng-abadi” ketimbang kehidupan da’wah. Hanya pembawa panji da’wah yang terus lestari, menebar manfaat di bumi. Menyelamatkan sekaligus membentengi.
“Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada pula buihnya. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu akan hilang se-bagai sesuatu yang tak ada harganya, adapun yang memberi manfaat kepada manusia maka ia tetap di bumi.” (QS. ar-Ra’d: 17)
Meski kehidupan kita hari ini dipenuhi dengan gegap gempita aroma kebatilan dengan segala bentuknya, dan kebenaran yang kesepian. Akan tetapi yakinlah selalu, buih akan segera lenyap, tanpa bekas. Hanya pembawa maslahat yang senantiasa eksis. Segala kebatilan, sebanyak apapun, tidak akan membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia dan segera tersingkir dan punah dari kehidupan.Se-dangkan kebaikan, sekecil apapun, akan selalumenghasilkan karya dan kemanfaatan bagi manusia.
Sejarah senantiasa berulang. Yang berbeda, hanya pelaku-pelaku sejarah dan aksesorisnya. Adapun esensinya, tetap sama dan tak berubah. Penyimpangannya itu-itu juga, kejahatannya serupa. Upaya penyelamatan pun sama. Tidak ada jalan lain kecuali da’wah. Inilah resep robbani yang telah teruji dan terbukti. Teruslah berjuang. Jangan berhenti, jangan menepi !!