Tri Mulyati, seorang tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja sebagai guru bahasa Inggris untuk anak-anak kehilangan pekerjaan akibat foto Presiden Mesir Hosni Mubarak dilecehkan oleh pendemo di Indonesia. "Saya diberhentikan dan disuruh pulang oleh majikan karena foto Presiden Mubarak diinjak-injak oleh pelaku demonstrasi di Indonesia," kata Tri di Kairo lewat sambungan telepon, Selasa (8/2/2011).
Ketika dihubungi, Tri sedang mengurus pendaftaran keberangkatannya ke Indonesia di posko evakuasi warga negara Indonesia (WNI) di Konsulat RI di Madinat Nasr, Kairo.
Guru bahasa Inggris asal Lampung itu mengaku melihat sendiri pelecehan foto Mubarak dalam unjuk rasa di Indonesia yang ditayangkan oleh jaringan televisi Al-Jazeera. "Saya dipanggil majikan untuk melihat sendiri tayangan di televisi menyangkut pelecehan terhadap Presiden Mubarak," katanya.
Majikannya dengan wajah kesal mengatakan, "Waduh, lihat itu, Tri, orang Indonesia menginjak presiden kami, tega benar. Saya benci melihat orang Indonesia."
Menurut Tri, majikannya tersebut bersuami seorang mantan gubernur di salah satu provinsi di Mesir dan kini menjadi pengusaha. "Majikan saya sangat menghormati Presiden Mubarak," tuturnya.
Tri mengungkapkan bahwa selain dia, beberapa TKW juga mengalami nasib kehilangan pekerjaan serupa akibat majikan mereka kesal dengan sikap tidak simpatik segelintir orang Indonesia terhadap pemimpin Mesir tersebut.
Ia menuturkan, majikannya mempercayai dia karena anak-anaknya berprestasi di sekolah berkat didikan Tri. Bahkan, Tri diberi kepercayaan untuk mewakili majikannya untuk mengurus anak-anaknya di sekolah seperti mengambil paspor atau ada acara ekstrakurikuler.
Tri juga diberi kamar khusus untuk menginap selain honor 650 dollar AS atau sekitar Rp 5,6 juta per bulan. Bila anak-anak libur sekolah, Tri pun libur dan diizinkan pulang ke rumah suaminya, seorang WNI yang juga bermukim di Mesir. "Saya sudah dua tahun bekerja di keluarga tersebut. Majikan saya baik," katanya.
Selain Tri sebagai guru bahasa Inggris untuk dua anak kembar majikan, ada pula beberapa orang asing dari Nigeria dan Ethiopia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di keluarga tersebut, ujar Tri yang berpenampilan perempuan terpelajar itu. (Redaksi Hasmi/Kompas).