Perjuangan terlahir bukan hanya untuk pria. Banyak sekali kisah yang melukiskan berbagai bentuk perjuangan kaum Hawa. Memang, tidak bisa dipungkiri wanita adalah lemah dan menjadi orang nomor dua setelah pria. Dan memang sudah menjadi qadarullah, bahwa penciptaan Hawa pun dari tulang rusuk Nabi Adam ‘Alaihissalam yang sangat lembut. Akan tetapi dalam beberapa hal, wanita memiliki kekuatan yang dapat menjadi sebuah nilai juang yang berharga bagi keluarga dan agama. Tidak bisa di bayangkan, jika di bumi Allah ini kehidupan berjalan tanpa perjuangan dan pengorbanan Sang Wanita.
Hidup yang penuh dengan perjuangan dan tiada henti, haruslah laksana air yang mengalir. Dimana setiap daerah yang diairinya haruslah mendapat manfaat yang tentu tidak akan di dapat kecuali oleh air yang mengairinya. Berbeda dengan air yang tenang, tidak mengalir, maka tentu hanya dapat memberikan manfaat sejenak kemudian akan berubah bentuk, berganti warna, bau, bahkan berubah fungsinya.
Begitu juga sang wanita. Kemuliaan akan diraih ketika mereka terus bekerja keras, berjuang dan mendidik para generasi pejuang masa depan. Sang Hawa ikut berpartisipasi di medan juang sesuai dengan kemampuan dan jenis perjuangan yang telah Allah qodratkan sehingga tidak ghuluw (berlebihan) dan melampaui batas perjuangan yang telah Allah Subhanahu Wata’ala tentukan.
Kemunculan Syubhat Emansipasi atau sejenisnya yang merasuk di jiwa Muslimah, adalah bagian dari melampaui batas perjuangan yang telah Allah Subhanahu Wata’ala tetapkan. Terlebih Syubhat Emansipasi berasal dari orang-orang Yahudi penyembah hawa nafsu yang sengaja mengaburkan Syari’at Islam dalam pandangan kaum Muslimin. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
“Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang Musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya. Dan jika Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggal-lah mereka dan apa-apa yang mereka ada-adakan.” (QS. Al-An’am : 137).
Saudariku, kearifanmu dalam tanggungjawabmu sangat di perlukan, dimana saat ini engkau telah menyaksikannya sendiri bahwa anak-anak , putri-putri generasi Islam sedang asyik mengkonsumsi racun yang berbalut madu. Apakah sikap arif dalam tanggungjawabmu telah mati bersamaan dengan gugurnya dedaunan kering di musim panas? Kemudian engkaupun menjadi bebek yang hanya bisa berenang sambil mengoceh tidak karuan dan meninggalkan kotoran-kotoran akibat ulah dan keteledoranmu.
Tidakkah engkau menyadari anakmu dan kaum-mu sedang menjerit meminta tolong. Akan tetapi hanya sedikit sekali engkau sisakan waktumu untuk men-tarbiyyah (membimbing) mereka dalam penyampaian nasihat ataupun sedikit sentuhan mesra dalam wujud kasih sayangmu.
Janganlah sampai terulang lagi kisah anak durhaka di Era modernis ini. Memang tidak lucu, tetapi bagaimana jiwa dan hati para orang tua ketika anak-anak gadisnya memakai pakaian semi telanjang. Rambutnya, keelokan tubuhnya dan dunia manja yang ia habiskan bersama laki-laki yang belum tentu menjadi jodohnya. Na’udzubillah.
Berjihadlah wahai Mu’minah, engkau sudah di panggil memperbaiki akhlak generasi zaman yang penuh kepalsuan ini. Saat ini, di sudut mana engkau dapat menemukan jilbab yang mengulur menutupi sebuah keindahan dan kemolekan yang seharusnya tersimpan apik dan terhindar dari mata-mata liar ?? Saat ini, di negeri mana engkau tidak mendengar kisah tentang terenggutnya kesucian seorang Muslimah…??
Seribu bait puisi dan syair telah tertoreh dan tersebar untuk memanggil jiwa-jiwa Muslimah yang telah mati. Menyeru hati kecil para Ibu yang telah lupa akan tanggungjawab dan tujuan sesungguhnya yang semestinya harus terlaksana. Allah Subhanahu Wata’ala telah menjelaskan tugas itu dalam ayat-Nya dengan ringkas dan sangat jelas sekali.
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya (adalah) Malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : 6).
Saudariku, kapan engkau akan memulai jihad yang menjadi puncak dari agama ini…??. Ayat di atas merupakan peringatan yang sangat jelas bagi kita untuk tetap istiqomah dan sabar menghadapi berbagai rintangan jihad sekaligus menjelaskan kepada kita betapa wajibnya menyelamatkan seluruh keluarga kita dari pedihnya azdab api Neraka.
Banyak jalan untukmu dalam menggapai kemuliaan jihad. Karena memang jihad tidak hanya engkau berada di medan perang membawa senjata. Akan tetapi betapa banyak ragam dan bentuk jihad, yang masing-masing dari bentuk jihad tersebut memiliki keutamaan dan tingkat kemuliaan yang berbeda.
Saudariku, jihad yang menjadi dambaan pecinta syurga adalah :
1. Jihad an-Nafs (memerangi dan menundukan hawa nafsu).
Jihad bentuk ini terbagi menjadi empat :
– Pertama : Jihad menundukkan hawa nafsu untuk mempelajari petunjuk agama yang benar.
– Kedua : Jihad untuk mengamalkannya, yaitu petunjuk agama atau ilmu, setelah berhasil mengetahuinya.
– Ketiga : Jihad berda’wah dalam ‘ilmu, dan dalam megajarkannya kepada orang lain yang belum mengetahui.
– Keempat : Jihad untuk bersabar dalam menghadapi berbagai rintangan dakwah kepada Allah dan gangguan dari para makhluk.
2. Jihad Asy-Syaithan, yaitu memerangi atau menundukan Syaithan, dengan menolak hawa nafsu syahwat yang di hembuskan olehnya dan syubhat yang di sodorkannya kepada kita.
3. Jihad Al-Kuffar, yaitu memerangi orang-orang kafir. Baik dengan cara memusuhi dan memerangi mereka, serta mengeluarkan apa yang dibutuhkan untuk keperluan tersebut baik berupa harta dan jiwa, pengalaman atau yang lainnya.
4. Jihad Al-Munafiqin, yaitu memerangi orang-orang munafik, dengan menggunakan lisan, menyampaikan hujjah, mencegah mereka dari perbuatan kufur terselubung yang menjangkiti diri mereka.
Saudariku,… tunggu apa lagi, karena engkau telah mengetahui betapa peluang jihad itu terbuka lebar dan sangat banyak. Dan ingat, yang memberikan imbalan hanyalah yang Maha Pengasih. Suatu imbalan yang tidak mungkin engkau dapatkan dari sesama makhluk dan juga honor yang tidak bisa engkau dapatkan dalam jumlah yang berlipat-lipat.
Wahai para Wanita perindu izzah, kini kebenaran telah jelas dan nyata. Pintu kesempatan untuk memperbaiki segala kekeliruan telah terbuka. Segeralah tunaikan amanat yang telah di embankan. Waktu masih tersisa, janganlah terbuang sia-sia.
Semoga Allah Subhanahu Wata’ala menetapkan kita berjalan sesuai dengan petunjuk- Nya.
Wallahu ‘Alam