TULUNGAGUNG – Sepuluh tahun pasca tragedi WTC 11 September 2001, ternyata masih menyisakan kepedihan dan luka yang mendalam bagi umat Islam. Munculnya Islam phobia, stigma negatif yang mengidentikkan Islam dengan terorisme, merupakan permasalahan bersama yang harus dipecahkan oleh umat Islam.
Terlebih bagi umat Islam yang menjadi minoritas, serangan baik secara fisik maupun melalui aturan-aturan yang membatasi kebebasan beragama seperti pelarangan penggunaan jilbab di sejumlah negara Eropa menjadikan kondisi umat Islam diberbagai belahan dunia mengalami tekanan dan dalam kondisi yang memprihatinkan.
Menyikapi permasalahan tersebut, berbagai elemen masyarakat dan organisasi keagamaan di Tulungagung diantaranya Persaudaraan Muslimah (SALIMAH), Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (JPRMI), KAMMI, Iqro’ Club, REISTA, FOSMA, IMASTA melaksanakan Aksi Peringatan Hari Solidaritas Jilbab Internasional hari ahad 11 Septembert 2011 di seputar alun-alun kota Tulungagung yang waktu pelaksanaannya dibuat bersamaan dengan peringatan sepuluh tahun tragedi WTC.
Hari Solidaritas jilbab Internasional sendirisetiap pekan pertama bulan September dan dipelopori oleh Assembly for the Protection of Hijab sejak tahun 2004, sebagai bentuk protes atas larangan berjilbab yang diberlakukan negara Prancis serta peristiwa Marwa Al-Sharbini, yang meninggal dunia karena ditusuk oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia pada awal Juli di ruang sidang gedung pengadilan kota Dresden, Jerman. Saat itu, Marwa akan memberikan kesaksian dalam kasus penghinaan yang dialaminya hanya karena ia mengenakan jilbab. Belum sempat memberikan kesaksiannya, pemuda Jerman itu menyerang Marwa dan menusuk ibu satu orang anak itu sebanyak 18 kali. Suami Marwa berusaha melindungi isterinya yang sedang hamil tiga bulan itu, tapi ia juga mengalami luka-luka dan harus dirawat di rumah sakit.
Peserta aksi yang terdiri atas pelajar, mahasiswa, kalangan profesional, dan juga dari kalangan ibu rumah tangga ini memulai aksi mereka dengan melaksanakan long march mengelilingi pusat kota Tulungagung, dilanjutkan dengan orasi dan membagikan jilbab dan leaflet kepada pengguna jalan dan warga masyarakat yang memadati area alun-alun Tulungagung.
Dalam aksi tersebut, mereka menyerukan pesan-pesan perdamaian dan juga penolakan terhadap diskriminasi dan kebencian terhadap ummat Islam, terlebih khusus lagi terhadap pelarangan penggunaan jilbab. Warga masyarakat yang melihat jalannya aksi sangat antusias dan memberikan apresiasi positif terhadap kegiatan ini. Mereka mengaku senang dengan kegiatan Aksi Solidaritas Jilbab Internasional, seperti diungkapkan seorang ibu yang mengantarkan anaknya menikmati hari libur di seputar alun-alun Tulungagung. “Lumayan dapat jilbab gratis sekaligus dapat wawasan dan pengetahuan baru”. Tidak sedikit diantara warga masyarakat yang kemudian turut berganung dalam aksi ini.
Di akhir acara, peserta aksi menyampaikan pernyataan sikap serta melaksanan aksi membubuhkan tanda tangan diatas kain putih sebagai wujud dukungan terhadap suntuk perdamaian dunia serta seruan moral untuk menggunakan jilbab bagi muslimah yang belum melaksanakannya. Aksi berlangsung dengan lancar dan tertib, tidak nampak ada penjagaan khusus dari aparat kepolisian. (Redaksi-HASMI/Ar).