BALI – Pulau Dewata Bali merupakan salah satu asset berharga bangsa Indonesia sekaligus merupakan salah satu tujuan utama para turis luar Negeri. Dimana pada tahun ini diperkirakan sekitar 2,5 juta turis asing datang berlibur ke sana.
Menurut seorang warga Australia Barat, turis yang pernah mengunjungi Bali, terkait penularan HIV-AIDS yang dialaminya saat membuat tato di Pulau Dewata adalah kasus pertama yang diterima Dinas Kesehatan setempat.
Nyoman Sutedja. Sebagai Kepala Dinas Kesehatan Bali menyatakan bahwa, klaim ini akan diselidiki kebenarannya setelah menerima pemberitahuan resmi terkait dimana dan kapan tato dibuat oleh penderita.
“Mungkin jumlah kasus sebenarnya ada banyak. Tetapi baru kali ini kita dengar ada yang lapor secara terbuka,” kata Nyoman. Pada Senin (26/12/2011).
Kasus HIV-Aids cukup banyak terjadi di Bali yang merupakan tujuan wisata utama Indonesia di mana tahun ini diprkirakan sekitar 2,5 juta turis asing datang berlibur.
Tingginya animo untuk mendapat layanan tato melalui jarum suntik atau sekedar tindik anggota badan, menurut Nyoman membuat layanan semacam ini sangat mudah ditemukan di tiap sudut Bali.
“Ada yang jenisnya rumahan, ada di ruko di jalan-jalan, banyak lah,”kata Nyoman, menekankan sulitnya mengecek seluruh penyedia jasa layanan tato dan tindik ini di Bali.
Yang berkali-kali dikampanyekan sejak lama, menurut Nyoman, adalah pentingnya perilaku sehat penyedia layanan terutama agar menggunakan jarum baru tiap kali hendak melakukan tato atau tindik anggota badan.
“Nanti begitu kita dapat surat resmi pemberitahuannya kita akan turun ke lapangan untuk mencatat dan menyuluh lokasi-lokasi ini,” Janji Nyoman.
Sementara itu otoritas kesehatan di negara bagian Australia Barat menyerukan agar warganya yang pernah mendapat tato atau tindik di Bali segera memeriksakan diri untuk memastikan warga tidak terinfeksi.
Warga setempat yang diidentifikasi sebagai korban penularan HIV-AIDS tidak dirinci jenis kelamin, umur maupun latar belakangnya, namun seruan untuk menghindari tato di Bali sangat ditekankan.
“Kalau di Australia Barat penyedia jasa tato harus mengikuti aturan dan kode praktek ketat, rumah tato di luar negeri mungkin tidak punya standar yang sama,” kata kepala Kantor Kesehatan Australia Barat, Dr Paul Armstrong Said.
Karena itu turis asal Australia disarankan menunda membuat tato ‘sampai pulang kembali’ ke Australia.
“Kasus ini menunjukkan risiko kesehatan nyata akibat prosedur yang dilakukan di luar negeri,” tambah Amstrong.
Selama ini turis Australia adalah pengunjung asing terbanyak ke Bali. (Admin-HASMI/hd).