BOGOR – Ratusan mahasiwa yang tergabung dalam Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus (BKLDK) Kota Bogor menggelar aksi damai menolak hari valentine di depan Tugu Kujang, Selasa (14/2). Mereka menolak keras perayaan Valentine”s Day yang dinilai hanya akan merusak generasi muda.
Aksi dimulai sekitar pukul 13:00. Ratusan mahasiswa yang didominasi oleh kaum perempuan tersebut bergerak dari Jalan Kapten Muslihat kemudian berakhir di Tugu Kujang. Sesampainya di Tugu Kujang, mahasiswa lelaki berorasi di tengah bising kendaraan.
Sedangkan, mahasiswi memasang spanduk penolakan keras akan adanya perayaan hari valentine. Kedatangan ratusan peserta aksi sempat menyebabkan kemacetan di sekitar Jalan Oto Iskandar Dinata. Namun, kemacetan dapat tertangani setelah sejumlah polisi terjun ke lokasi.
Selain berorasi menolak hari valentine, mahasiswa juga membagi-bagikan pamflet penolakan hari valentine kepada sejumlah pengguna jalan yang melintas. Peserta aksi juga terus meneriakkan “Valentine kufur” selama aksi dan terus mengucapkan takbir.
Koordinator aksi, Sandi Noviandi mengatakan, momen valentine biasanya digunakan oleh generasi muda untuk mengekspresikan cintanya. Hanya, ekspresi yang dimaksud tidak lebih dari pelampiasan nafsu yang hanya akan menghancurkan generasi mudanya.
“Banyak fakta di lapangan yang menunjukkan betapa anjloknya moral generasi muda kita karena pelampiasan nafsu dengan kedok merayakan valentine. Kita bisa lihat, sejumlah penelitian menunjukkan lebih dari 50 persen remaja di Indonesia tidak perawan lagi karena pergaulan bebas,” ungkap Sandi.
Sandi juga mengkliam bahwa survei yang dilakukan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada 2010 menyebutkan lebih dari 50 persen gadis di Indonesia tidak perawan lagi. Survei yang hampir sama, lanjut Sandi juga dilansir oleh Komisi Penanggulangan AIDS yang menyatakan 65 persen remaja putri SMP dan SMA tidak perawan lagi.
“Hal yang lebih mengejutkan adalah berdasar survei Komnas Perempuan dan Anak, sekitar 21 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi,” lanjut Sandi.
Budaya merayakan hari valentine, kata Sandi pun tidak akan jauh dari maksiat, merusak akhlak, dan mendekati zina. “Jelas sekali jika valentine tidak lebih budaya yang bertentangan dengan syariat Islam sehingga haram hukumnya untuk dirayakan,” tegasnya. (Admin-HASMI/Nsntara)