Kehidupan yang kita jalani saat ini adalah kehidupan yang telah jauh dari masa kenabian, kemurnian dan kepalsuan semakin sulit untuk dibedakan kecuali bagi mereka yang dirahmati Alloh , sekalipun keduanya saling bertolak belakang. Karena itu seseorang yang hidup ditengah-tengah realita tersebut harus memiliki kemampuan dalam memahami realitas dan mampu pula menganalisa yang terjadi pada realita tersebut.
Saudaraku kaum muslimin…
Siapa saja yang memperhatikan realita antara kemurnian Islam dan kepalsuan saat ini, maka akan kita dapati bahwa:
1. Kemurnian Akan Terus Berseteru dengan Kepalsuan
Perseteruan ini terus terjadi dan akan terus terjadi seiring dengan ber-temunya antara pengusung kemurnian, kebenaran, keimanan, dan ketauhidan dengan pengusung kepalsuan, kebatilan, kekufuran, dengan kesyirikan.
Alloh berfirman:
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thoghut.” (QS. an-Nisa’ [4]: 76).
Kepalsuan dan para pengusung-nya yaitu iblis dan bala tentaranya tidak akan pernah berhenti dan surut untuk menghadang kemurnian dan para pengusungnya. Saat seseorang menyuarakan kemurnian, saat itu pula para pengusung kepalsuan akan muncul untuk menghadangnya. Se-besar gelombang kemurnian yang bergerak, sebesar itu pula kepalsuan akan menghadangnya. perseteruan ini tidak akan berakhir sampai hari kiamat, ini sudah menjadi tekad Iblis sejak dikutuk oleh Alloh .
Alloh berfirman:
“Iblis berkata: ‘karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus (Sirotul-mustaqim)’.” (QS. al-A’rof [7]: 16).
2. Kepalsuan Pasti Menipu
Jika anda melihat lebih seksama lagi tentang realita ini, maka akan anda dapati bahwa semua bentuk kepalsuan pasti hakikatnya penipuan, tidak ter-kecuali dalam urusan agama. Sehing-ga kita dapati kepalsuan dianggap kemurnian, kemurnian dianggap kepal-suan. Kebenaran dianggap kebatilan sebaliknya kebatilan dianggap kebenaran.
Benarlah apa yang telah disabdakan Rosululloh : “Kelak akan datang tahun-tahun yang penuh kedustaan. Para pendusta dibenarkan sedangkan orang-orang yang jujur dianggap pendusta. Para pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang terpercaya malah dituduh pengkhianat, dan Ruway-bidhoh pun berani berkata-kata. Ada yang bertanya: ‘Siapakah Ruwaybidhoh itu? Rosululloh menjawab: ‘Yaitu orang-orang rendah yang lancang berbicara tentang perkara umat”. [HR. Ibnu Majah, Hakim, Ahmad. di shohihkan oleh al-Albani].
Begitulah realita kemurnian dan kepalsuan. Oleh karena itu seseorang tidak boleh mengikuti setiap realita kehidupan tanpa analisa yang kuat.
Kaum musyrikin dahulu tertipu dengan realita yang terjadi pada masyarakatnya saat itu, hingga menyebabkan mereka terjerumus kedalam kesyirikan.
Sebagaimana Alloh berfirman:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah di-turunkan Alloh,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami…”. (QS. al-Baqoroh [2]: 170).
Saat ini banyak kaum Muslimin yang tertipu oleh akal bulus agama Syi’ah Rofhidhoh, bahkan tidak sedikit dari mereka yang mengagumi agama tersebut, hanya dikarenakan penipuan kelas tinggi mereka yang berani melawan agresor Yahudi. Dengan berbekal ketidaktahuan tentang Syiah, mereka lantas mengikuti dan me-ngagumi semua yang dibawa oleh agama laknat tersebut, dengan melupakan perlakuan nista mereka kepada para sahabat Nabi dan kekejaman mereka terhadap kaum Muslimin yang berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Sunnah Rosululloh.
3. Kemurnianlah Yang Pasti Abadi
Jika kebenaran dan kebatilan bertemu maka kebatilan itu tidak memiliki kekuatan dan keabadian.
Alloh berfirman:
“Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.” (QS. al-Anbiya [21]: 18).
Seperti halnya buih pada air dan emas, sekalipun pada awalnya me-ngembang namun semakin lama tambah mengecil dan akhirnya sirna. Ini adalah perumpamaan yang dibuat oleh Alloh dalam firman-Nya:
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukuran-nya, maka arus itu membawa buih yang mengambang dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demi-kianlah Alloh membuat perumpa-maan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. ar-Ro’d [13]: 17).
4. Pengusung Kemurnian Tidak Akan Pernah Tertipu Realita
Mereka adalah orang beriman dan bertakwa yang mampu menganalisa setiap realita yang terjadi, karena mereka memiliki timbangan untuk menyikapi semua bentuk realita yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah as-Shohihah dengan pemahaman salafussholih.
Alloh berfirman:
“Hai orang-orang beriman, jika kalian bertakwa kepada Alloh, niscaya Dia akan memberikan kepada kalian furqon..” (QS. al-Anfal [8]: 29).
Imam as-Sa’di berkata:
“Furqon adalah ilmu dan hidayah yang dengan keduanya pemiliknya dapat membedakan antara hidayah dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, yang halal dan haram, serta antara peniti jalan kebahagiaan dengan jalan kesengsaraan.”
Rosululloh bersabda:
تَرَكْتُ فِيْكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara yang tidak akan sesat kalian selama kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu: Kitabulloh (al-Qur’an) dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad).
Umar bin Khottob pernah berkata:
لَسْتُ بِالْخَبِّ وَلاَ يَخْدَعُنِي اَلْخَبُّ
“Aku bukanlah seorang penipu, namun aku tidak bisa ditipu oleh sang penipu”. (Admin-HASMI)