JAKARTA-HASMI.org| Di Harian Nasional Republika edisi (kamis 8 November 2012), KH. Ma’ruf Amin telah menyampaikan dukungan tentang pengesahan MUI Pusat terhadap fatwa MUI Jatim yang menyatakan kesesatan Syi’ah, membaca apa yang disampaikan KH. Ma’ruf Amin tersebut membuat ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlu Bait Indonesia (IJABI); Jalaluddin Rakhmat berang. Dia meragukan keilmiyahan para perumus fatwa MUI tersebut. Jalaluddin Rakhmat berujar, “Cukupkah bagi Bapak-bapak mengumpulkan anggota-anggota MUI se-Jatim plus beberapa orang ulama dari MUI Pusat, lalu mengeluarkan fatwa bahwa Syiah itu sesat? Apakah para ulama di MUI Sampang dan para ulama MUI Jatim yang berkumpul di Surabaya itu memang lebih berilmu ketimbang ulama internasional yang berkumpul di Amman, Makkah dan Bogor?”
Ketua IJABI itu menyikapi Fatwa MUI Sampang dengan mengatakan, “Fatwa salah yang disampaikan oleh lembaga yang mengklaim berhak memberikan fatwa sama seperti obat yang salah yang diberikan kepada pasien. Alih-alih menyembuhkan, ia bisa membunuh. Di antara fatwa yang telah ikut serta atau menyertai terbunuhnya seorang Muslim (Baca: Orang Syiah) di Sampang adalah fatwa MUI Sampang.”
Padahal menurutnya, para ulama Salaf yang memiliki keilmuan yang tinggi, tidak gampang mengeluarkan fatwa, karena hal itu memiliki dampak yang besar. Mereka merasa takut untuk memberikan fatwa, lebih takut daripada menghadapi singa. Jalaluddin Rakhmat mempertanyakan strata kelimuan mereka, “Apakah anda lebih berilmu dari mereka?”
Ia melanjutkan, “Sebelum mengeluarkan fatwa tentang kesesatan Syiah, apakah menurut Bapak-bapak tidak perlu mengkaji fatwa para ulama internasional itu, apalagi menyetujuinya, karena mereka tidak lebih alim dari Bapak-bapak?”
Para ulama besar salaf telah banyak memfatwakan tentang Syi’ah, karena Syi’ah memang sudah tumbuh sejak zaman sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu. Diantara ulama besar yang memfatwakan Syi’ah adalah Imam Malik yang menyebut Syiah Rafidah sebagai kelompok yang sudah keluar dari Islam. Al-Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al-Marwadzi, katanya: “Saya mendengar Abu Abdillah berkata, bahwa Imam Malik berkata: “Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam” (As-Sunnah, juz 2: 557).
Sedang Imam Syafi’i menilai Syiah sebagai kelompok yang terjelek. Dari Yunus bin Abdil A’la, beliau berkata: “Saya telah mendengar Imam Syafi’i, apabila disebut nama Syi’ah Rafidhah, maka ia mencelanya dengan sangat keras, dan berkata: “Syiah itu kelompok terjelek.” (Manaqib Imam as-Syafii oleh Imam Baihaqi, juz 2:486)
Sementara itu Imam Ahmad bin Hanbal dengan tegas mengatakan, “Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari sahabat Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassalam dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya, kecuali hanya empat orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu Ali, Ammar, Migdad dan Salman. Golongan Rafidhah (Syiah) ini sama sekali bukan Islam.” (As-Sunnah Imam Ahmad: 82)
Hal yang sama juga dilakukan oleh Ahlul Bait sendiri. Diriwayatkan dari Ali al-Arbali di dalam kitabnya “Kasyful Ghummah” dari Imam Ali bin Husein. “Datang menghadap kepada Imam beberapa orang dari Iraq, mereka mencaci maki Abubakar, Umar, dan Utsman (radhliyallahu ‘anhum). Ketika mereka sudah selesai berbicara, Imam berkata kepada mereka: “Apakah kalian mau menjawab pertanyaanku? Apakah kalian adalah kaum Muhajirin? (sebagaimana firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan RasulNya. Mereka itulah orang-orang yang benar.”? (al-Hasyr:8). Mereka menjawab: “Bukan.” Beliau kembali bertanya: “Apakah kalian termasuk orang-orang yang dinyatakan dalam firman Allah Ta’ala: “Orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman sebelum kedatangan Muhajirin, mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada kaum Muhajirin; dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka sendiri membutuhkan (apa-apa yang mereka berikan itu).”? (al-Hasyr 9). Mereka menjawab: “Bukan.” Beliau berkata lagi: “Kalian telah mengakui, bahwa kalian bukan termasuk salah satu dari dua golongan tersebut. Maka saya bersaksi, bahwa kalian juga bukan dari golongan orang-orang sebagaimana difirmankan Allah: “Mereka berdoa: “Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami. Janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (al-Hasyr 10). Menyingkirlah kalian dariku, semoga Allah menghukum kalian!”(Kasyful Ghummah Fi Ma’rifatil Aimmah, juz II, hal 291).
Lalu ulama salaf mana yang dimaksud Jalaluddin Rakhmat? (Red/HASMI).