Abu Ayyub Al Anshori adalah salah seorang shohabat Nabi [saw] yang lebih dikenal dengan sebutan kuniyahnya dari pada nama aslinya. Mungkin sebagian kita ada yang belum mengetahui nama aslinya.
Nama beliau adalah Kholid bin Zaid bin Kulaib, cucu dari Malik bin Najar. Beliau diberi julukan Anshori karena termasuk dari golongan sahabat Anshor yang menolong para muhajirin yang membutuhkan bantuan dan lebih mengutamakan mereka dari pada kebutuhannya.
Alloh [swt] mengharumkan namanya di Timur dan di Barat dan mengangkat derajatnya di atas makhluk-makhluk-Nya yang lain ketika Dia memilih rumah Abu Ayyub sebagai tempat menginap sementara bagi Nabi mulia yang baru berhijrah ke Madinah.
Di saat para pemimpin kota Madinah berusaha agar Rosululloh [saw] mau berhenti di rumah mereka. Masing-masing ingin mendapat kehormatan dijadikan tempat menginap oleh Nabi [saw]. Mereka menghalang-halangi jalannya onta tunggangan beliau dan memohon-mohon, “Tinggallah di rumah saya beserta seluruh perlengkapan Anda, wahai Rosululloh. Kami akan menjamin keselamatan Anda.”
Rosululloh [saw] berkata, “Biarkanlah onta ini berjalan sekehendaknya karena dia diperintah oleh Alloh.”
Onta itu terus berjalan diikuti tatapan mata para penyambut. Bila dia melewati satu rumah, maka pemiliknya merasa pupus harapan untuk bisa menjadi tuan rumah bagi Rosululloh [saw]. Sebaliknya pemilik rumah-rumah berikutnya menanti dengan harap-harap cemas akankah rumah mereka dipilih oleh Nabi [saw].
Namun onta terus saja berjalan, Orang-orang pun mengikutinya dengan penasaran. Akhirnya sampailah dia di suatu tanah kosong di depan pintu rumah Abu Ayyub Al-Anshori [rahu]. Di situlah dia berhenti dan duduk.
Ya.. Abu Ayyub [ranhu] orang pertama yang dapat menjamu Rosululloh [saw] setibanya di Madinah untuk beberapa kali. Ini menunjukkan kecintaan Abu Ayyub kepada Nabi [saw] dan memuliakannya.
Dalam sisi keilmuan, Abu Ayyub adalah seorang yang suka kepada ilmu dien, walaupun jaraknya jauh serta membutuhkan perjalanan yang lama lagi bekal yang banyak, ia akan berkorban untuk mendapatkannya.
Abu Ayyub [ranhu] rela bepergian jauh, meluangkan waktu yang panjang dan berkorban dengan hartanya hanya untuk mendengar-kan satu hadits, karena ia mengetahui bahwa satu hadits adalah satu ilmu yang sangat berharga. Ia pergi ke Mesir untuk menemui Uqbah bin ‘Amir dan menayakan hadits yang telah didengarnya dari Rosululloh [saw], tatkala sampai di Mesir, ia mendatangi rumah Maslamah bin Mukhollad Al Anshori [ranhu], saat itu menjabat sebagai wali di Mesir.
Diberitakanlah kabar kedatangannya, Maslamah segera keluar menemuinya dan memeluknya, serta berkata: Apa yang menyebab-kanmu datang, Wahai Abu Ayyub? Abu Ayyub berkata: sebuah hadits telah aku dengar dari Rosululloh [saw], tidak tersisa satu pun orang yang mendengarnya kecuali aku dan Uqbah bin ‘Amir. Utuslah seorang yang menunjukkanku rumahnya!.
Maka diutuslah seorang yang mengantarkan ke rumah Uqbah bin ‘Amir. Dan dikabarkan kepada Uqbah tentang kedatangan Abu Ayyub. Uqbah pun segera keluar menemuinya dan memeluknya seraya berkata: Apa yang menyebabkanmu datang, Wahai Abu Ayyub? Abu Ayyub berkata: sebuah hadits telah aku dengar dari Rosululloh , tidak tersisa satupun orang yang mendengarnya kecuali aku dan Uqbah bin ‘Amir.
Uqbah pun berkata: ya, aku mendengar Rosululloh [saw] bersabda:
مَنْ سَتَرَ مُؤْمِنًا فِي الدُّنْيَا عَلَى عَوْرَةٍ سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa menutupi aib seorang Mu’min di dunia, Alloh akan menutupi aibnya pada hari Kiamat.” (HR. Ahmad, Shohih lighoirihi)
Maka Abu Ayyub [rahu] berkata kepadanya: Engkau benar. Kemudian Abu Ayyub [ranhu] berlalu menuju binatang tung-gangannya lalu menaikinya dan kembali ke Madinah.
Imam al-Hakim [rahimahu] berkata: “Maka inilah Abu Ayyub [ranhu] sekalipun persahabatannya dengan Nabi [saw] lebih awal (lebih dahulu), dan hafalan haditsnya dari Nabi [saw] banyak, tetapi dia pergi menuju salah seorang Shohabat yang masih sebaya dengannya untuk mendapatkan satu hadits. Seandainya dia mencukupkan diri dengan mendengarkan hadits Nabi [saw] dari sebagian Shohabat saja maka itu bisa saja dia lakukan.”
Ilmu… alangkah indahnya ilmu agama ini, karenanya kita dapat mengetahui jalan menuju surga dengan jelas.
Semoga Alloh [swt] memberi rahmat kepada Abu Ayyub Al-Anshari [ranhu]. Dia wafat dalam keadaan berperang melawan konstantinopel di usia delapan puluh tahun dan dia berpesan untuk dimakamkan di samping dinding batu Konstantinopel.
(Red-HASMI)