Azimat atau juga bisa disebut jimat adalah suatu benda atau sejenisnya yang disakralkan oleh pembuatnya atau pemakainya. Azimat ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, batu, air yang mengkristal, kulit hewan dan bahan lainnya yang sengaja dibuat oleh manusia atau tercipta oleh proses alam.
Dan sudah masyhur dikalangan masyarakat tentang orang yang biasa membuat azimat, mereka menyebutnya dengan “ahli hikmah” atau penganut ilmu hikmah (pembahasan ahli hikmah bisa dilihat di edisi sebelumnya dengan judul “misteri ahli hikmah”).
Dan biasanya seorang penganut ilmu hikmah alias dukun dalam mempraktekan dan menyebarkan “kesesatannya” memakai 3 metode:
Yang pertama yaitu dengan membaca ayat-ayat suci sebagai wiridan (diulang-ulang dengan jumlah tertentu pada waktu tertentu), atau membaca mantera yang dia buat sendiri atau ia dapatkan ketika mimpi atau wahyu dari jin (syetan), contoh mantera versi bahasa jawa, mantera pembuka aura:
Bissmillahirrohmanirrohim,
Niat ingsun adus penganom-anom jembangan
dangdange cibuke canting cemani,
welas kang adusi muhammad kang rasani,
cahya nur cahya cahyae
…. …. ….
ingsun dewek kang dadi lanang,
gede cilik, lanang wadon, tua enom
pada welas pada asih maring ingsun,
bli nyilak-nyilak banyu,
tapi nyilak atine wong sejagat buana,
bli dedeg-dedeg bumi tapi ndedeg atine wong sejagat buana,
teka welas teka, asih maring ingsun.
Amin.. Amin ya robbal alamin
(dibaca ketika mandi, bisa dilafalkan atau dibaca dalam hati. Dengan niat dan keyakinan penuh serta penuh harap agar dibukakan auranya oleh Alloh ).
Dan berikut kurang lebih terjemahan dalam bahasa Indonesia:
Bissmillahirrohmanirrohim,
niat saya mandi dengan sebaik-baik wadah,
dandang, gayung, canting yang hitam,
zat yang Maha Asih (Allah ) yang memandikan sambil mengingat Muhammad ,
cahaya diatas cahaya,
…. …. ….
saya sendiri yang jadi lelaki,
besar kecil, laki-laki perempuan dan tua muda,
semuanya sayang kepada saya,
tidak seperti menyibak air, tetapi membuka hati semua manusia,
bukan hanya menginjak injak tanah,
tetapi menggentarkan kaki semua manusia,
kasih dan sayang datang kepada saya,
Amin.. Amin ya robbal alamin.
Contoh mantera versi bahasa indonesia, mantera penakluk instan:
AKU ALIF, ENGKAU BA (dibaca dalam hati dengan penuh keyakinan pada saat bersalaman dan bertatap muka dengan orang lain).
Metode yang kedua si dukun memanggil dan menyuruh khodam atau jin untuk melaksanakan titahnya dan tentunya jin tersebut (khodam) akan patuh setelah syarat yang dia minta dipenuhi terlebih dahulu.
Metode yang ketiga melalui ayat-ayat qur’an yang dibolak-balik atau simbol-simbol yang aneh bahkan tidak bisa dipahami yang kemudian ditulis pada media tertentu dan biasa diistilahkan dengan ilmu rajah.
Ironisnya di negeri kita ini disaat perkembangan teknologi dan pembangunan melaju pesat, kebodohan dan keterpurukan pun ikut melesat dan merebak di berbagai pelosok daerah.
Kesyirikan diyakini sebagai suatu bentuk ketauhidan bahkan menghargai dan memberi gelar kepada sang pelopor kesyirikan dengan “ahli hikmah”.
Realitanya memang begitu, dengan banyaknya pesanan yang datang serta laku kerasnya azimat hal tersebut menjadikan para “ahli hikmah” tambah berkreasi dan unjuk gigi dalam mempromosikan azimat-azimat versi barunya, ada azimat yg disimpan di mobil atau motor biar selamat dari kecelakaan. Ada juga azimat untuk berpoligami dan bahkan azimat untuk mancing ikan pun tersedia. Wal-‘Iyadzubillah..!!!
Kesyirikan sudah menjadi sarana yang diminati oleh kebanyakan kaum muslimin dalam setiap aktivitas keseharian mereka, dan parahnya hal tersebut sudah dianggap sebagai suatu yang lumrah dan bahkan tuntutan kehidupan.
Sungguh benar apa yang diisyaratkan oleh Rosululloh bahwa sesungguhnya kesyirikan yang terjadi di umatku ini lebih samar dari seekor semut yang merayap ditengah gelapnya malam diantara batu yang hitam.
Adapun landasan yang menjadi dasar dari sikap mereka yang menganggap bahwa azimat bukanlah kesyirikan adalah sebuah asumsi yang salah.
Asumsi mereka adalah : “bahwa azimat itu adalah sebagai suatu sebab dan sarana serta ikhtiar manusia dalam meraih maksud atau cita-cita”.
Dalam hal ini masalah “menjadikan sebab atau sarana” ketika berikhtiar para ulama telah membagi manusia menjadi 3 kelompok, 2 kelompok sesat dan 1 selamat:
- Orang-orang yang mengingkari sebab, sebagaimana yang dilakukan oleh aliran Jabariyah. Mereka telah mengingkari bahwa al Quran sebagai syifa’ (penyembuh).
- Orang-orang yang berlebihan dalam menetapkan sebab, mereka menetapkan suatu perkara sebagai sebab yang padahal tidak ada kaitannya sebagai sebab. Kelompok aliran ini biasanya dari kalangan dukun dan sufi. Mereka meyakini bahwa kemujuran dan kesuksesan bisa terjadi karena cincin atau azimat yang dipelihara.
- Orang-orang yang meyakini kepada sebab-sebab serta pengaruhnya sebatas apa yang Alloh dan Rosul-Nya tetapkan, baik sebab yang bersifat syar’i (terdapat dalam quran dan sunnah) atau sebab yang bersifat kauni (eksperiment para ahli). Inilah kelompok pertengahan ahlus sunnah wal jama’ah.
Adapun memakai azimat termasuk syirik, karena menetapkan suatu perkara sebagai sebab yang padahal tidak ada kaitannya sebagai sebab, baik sebab bersifat syar’i maupun kauni. Dalam keadaan seperti ini berarti dia telah membuat tandingan kepada Allah dalam sebab.
Cukup satu hadis sebagai dalil larangan keras dari Rosulullah tentang haramnya azimat,
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلْيهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْك (رواه أحمد وأبو داود)
Dari Abu Mas’ud: “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya ruqyah, tamimah dan tiwalah adalah syirik’.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Para ulama telah sepakat tentang syiriknya orang yang memakai azimat, dengan rincian:
- Jika meyakini pengaruh berasal dari zat azimat tersebut dan bukan dari Alloh maka ia telah berbuat syirik besar (keluar dari islam).
- Jika meyakini bahwa azimat hanya sebatas sebab dan perantara, maka ia tetap terjatuh dalam kesyirikan yaitu syirik asghor (termasuk dosa besar). (Red-HASMI).
Wallohu ta’ala a’lam
∞