Agama Syirik Syi’ah Nushairiyah.

Saudaraku kaum muslimin…

Tidak diragukan lagi bagi seorang muslim Ahlussunnah wal Jama’ah bahwa tauhid adalah prinsip Islam yang paling utama, pondasi bagi semua ajaran Islam, fardhu yang paling wajib dan hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling agung.

Seluruh Nabi dan Rosul diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menyeru dan mendakwahkan manusia kepada tauhid. Semua kitab suci diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengajak kepada tauhid. Surga dan neraka diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk membedakan tempat kembali para penganut tauhid dan para penentangnya. Pedang-pedang dihunus, darah-darah ditumpahkan dan jihad fi sabilillah disyariatkan hanya untuk menegakkan tauhid. Bahkan, manusia dan jin diciptakan tidak lain untuk mewujudkan tauhid. Ini semua menunjukkan betapa urgennya tauhid dalam syariat Islam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku saja.(QS. adz-Dzariyat [51]: 56).

Ini berarti seseorang atau kelompok yang tidak menjadikan tauhid sebagai landasan utamanya, terlebih jika meniadakan tauhid, sejatinya mereka bukanlah penganut agama Islam, namun agama kesyirikan dan termasuk musuh-musuh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Syiah Nushairiyah adalah salah satu penganut agama syirik tersebut, agama yang disandarkan pada akidah yang rusak dan ritual-ritual ibadah palsu hasil racikan dari agama-agama syirik, seperti Yahudi, Nashrani, dan Budha.

Di antara banyaknya kesesatan Syi’ah Nushairiyah, minimalnya ada dua keyakinan syirik lagi busuk yang paling berbahaya, dua keyakinan tersebut adalah:

1.   Ghuluw (Berlebih-Lebihan)

Di antara bentuk ghuluw dalam agama Syi’ah Nushairiyah adalah pengkultusan terhadap Ali bin Abi Tholib Radiyallahu ‘anhu, mereka meyakini bahwa beliau adalah Tuhan Pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk, bahkan beliau adalah pencipta Nabi Muhammad . Menurut mereka Ali bin Abi Thalib Radiyallahu ‘anhu adalah Ilah secara bathin dan para imam mereka adalah Ilah secara dzohir, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, tidak bisa mati dan tidak bisa dibunuh, tidak makan dan tidak minum. Keyakinan syirik ini lebih dahsyat dibandingkan dengan kaum musyrikin zaman dahulu, karena mereka masih meyakini bahwa yang mencipta, memberi rizki, dan mengatur segalanya adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mereka juga beranggapan bahwa tempat tinggal ‘Ali Bin Abi Tholib adalah di awan. Jika ada awan yang melintasi mereka, maka mereka mengatakan, ‘Assalamu’alaika ya Abal Hasan.

Keyakinan  di atas jelas melampaui batas dan hal ini membuktikan bahwa mereka bukanlah penganut agama Islam. Bagaimana mungkin mereka termasuk penganut agama Islam sedangkan Ilah yang disembah mereka berbeda dengan Ilah yang diyakini dalam agama Islam. Jika mereka adalah orang-orang Islam, sejatinya mereka harus meyakini bahwa Pencipta langit, bumi, dan seluruh makhluk serta yang mengaturnya hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Dia. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

“Yang memiliki sifat-sifat yang demikian itu ialah Allah Robb kalian; tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu.” (QS. al-An’am [6]: 102).

Dalam Islam sikap ghuluw adalah sesuatu yang dilarang dan harus dijauhi karena ia adalah penyebab kebinasaan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah bersabda:

إِيَّاكُمْ وَاْلغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ، فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ

Hati-hatilah kalian dari sikap ghuluw di dalam agama, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena ghuluw di dalam agama. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasa’i, Ibnu Abu ‘Ashim dan selain mereka. Disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani).

Bahkan beliau melarang keras umatnya besikap ghuluw kepadanya. Beliau bersabda:

Janganlah kalian berlebih-lebihan memujiku, sebagaimana orang-orang Nashroni telah berlebih-lebihan memuji Isa putera Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah hamba Allah dan utusan-Nya.”  (al-Bukhori dan Muslim)

2.   Meyakini adanya Reinkarnasi

Menurut keyakinan agama mereka, jika seorang manusia meninggal dunia maka ruhnya berpisah dengan jasadnya dan memasuki jasad makhluk lain, baik masuk ke dalam jasad manusia maupun jasad hewan, sesuai jenis amal perbuatannya ketika ia masih hidup. Jika amal perbuatannya baik, maka ruhnya akan menempati jasad manusia atau hewan yang mulia. Adapun jika amal perbuatannya buruk, maka ruhnya akan menempati jasad hewan yang hina, seperti anjing dan lain sebagainya.

Mereka meyakini bahwa dunia ini tidak akan pernah berakhir dan tentunya tidak ada dalam kamus keyakinan mereka akan adanya kebangkitan setelah mati, tidak ada surga, tidak pula neraka.

Keyakinan ini menambah kesesatan dan kekafiran mereka. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.”  (QS. al-Ankabut [29]:  57).

Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, Kelak manusia, keringatnya akan tergantung pada amal-amal mereka. Dari mereka ada yang berkeringat hingga kedua mata kakinya, dari mereka ada yang berkeringat hingga kedua lututnya, dari mereka ada yang berkeringat hingga pinggangnya, dari mereka ada yang ditenggelamkan oleh keringatnya sendiri.” (perawi) mengatakan,”Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengisyaratkan dengan tangannya kearah bibirnya.” (HR. Muslim).

Ini merupaka di antara dalil yang menolak adanya reinkarnasi.

Seorang ulama Ahlussunnah Abul Hasan al-Barbahariy berkata dalam kitabnya Syarhussunnah, Barangsiapa yang berkeyakinan reinkarnasi, dan berkata, “Ali bin Abi Tholib masih hidup, dan akan kembali sebelum hari kiamat, dan juga Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad, dan Musa bin Ja’far; mereka akan berbicara tentang imamah (kepemimpinan), dan bahwa mereka mengetahui perkara ghaib, maka waspadailah orang-orang yang berkeyakinan seperti ini, karena mereka adalah orang-orang kafir kepada Allah Yang Maha Agung.”

Saudaraku kaum Muslimin…

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah menjaga agama-Nya dari makar-makar mereka. Sekuat apapun mereka dalam menyembunyikan kekafirannya, bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah sesuatu yang mudah untuk menyingkapnya. Jadi kesimpulannya adalah bahwa Syiah Nushairiyah adalah agama syirik bukan agama Islam seperti yang banyak disangka oleh banyak kaum Muslimin. (Admin-HASMI)

.:: Wallahu Ta’ala ‘Alam ::.

Check Also

IMRAN BIN HUSHAIN/Seperti Malaikat

IMRAN BIN HUSHAIN Seperti Malaikat   Pada tahun Perang Khaibar, ia datang kepada Rasulullah ﷺ …

slot