Bagaimanakah “Padang Mahsyar” itu..???

Pertanyaan:
Assalamualaikum….
Mohon bantuan tolong dibahas ttg padang mahsyar….
Bagaimana gambarannya..
kita secara fisik ato hanya ruh saja… benarkan saat itu masih ada matahari….
dan dimana letak padang mahsyar tsb

Terimakasih…wass

HENI MARWATI
(WA/UI)

Jawaban :

Wa’alaikumsalam warohmatulloh wabarokaatuh.
Untuk menjawab pertanyaan Ibu/Saudari Heni Marwati, mungkin perlu kami sampaikan pembahasan yang agak panjang lebar, dengan harapan dari pembahasan berikut bisa menjawab keseluruhan perntanyaan yang anda sampaikan.

Keadaan Padang Mahsyar
Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan: “Allah Azza wa Jalla akan mengumpulkan seluruh manusia setelah mereka bangkit dari kuburnya. Mereka berjalan menuju mahsyar, sebuah tempat di mana Allah Azza wa Jalla akan kumpulkan makhluk yang pertama hingga yang terakhir. Mahsyar adalah sebuah tempat yang rata. Tidak ada tempat yang tinggi, tidak pula ada gunung maupun bukit. Tempat yang rata, semua makhluk akan berkumpul di sana.” (Syarh Lum’atul I’tiqad, hal. 201)

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menggambarkan tanah di Padang Mahsyar adalah tanah yang rata, belum ditempati seorangpun. Sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam:
“Pada hari Kiamat, manusia dikumpulkan di atas tanah yang rata seperti roti putih yang bundar dan pipih; tidak ada tanda untuk seorangpun.” (HR Muslim. Dan dalam riwayat al Bukhari: Sahl atau yang lainnya berkata : “Tidak ada tanda bekas bagi seorangpun”.)

Tentang Matahari
Ketika manusia menghadap Rabb sekalian alam semesta, matahari mendekat sejauh satu mil dari mereka, sehingga manusia berkeringat, hingga keringat tersebut menenggelamkan manusia sesuai dengan amalan masing-masing ketika di dunia. Berikut adalah beberapa hadits yang menjelaskan keadaan tersebut.

Hadits al Miqdad bin al Aswad yang diriwayatkan Imam Muslim :
Dari al Miqdad Radhiyallahu anhu , ia berkata : Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Pada hari Kiamat, matahari akan mendekat (kepada) makhluk (manusia) hingga jaraknya dari mereka seperti ukuran satu mil”. Sulaim bin ‘Amir berkata,”Demi Allah! Aku tidak mengerti yang dimaksud dengan satu mil tersebut, apakah ukuran dunia ataukah mil yang digunakan sebagai alat celak mata?” Beliau berkata: “Sehingga manusia berada sesuai dengan ukuran amalannya dalam keringatnya. Ada di antara mereka yang keringatnya sampai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang keringatnya menenggelamkannya. Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan tangannya ke mulut beliau.
(HR. Muslim)

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata: “Jarak satu mil ini, baik satu mil yang biasa atau mil alat celak, semuanya dekat. Apabila sedemikian rupa panasnya matahari di dunia, padahal jarak antara kita dengannya sangat jauh, bagaimana jika matahari tersebut berada satu mil di atas kepala kita?”

Hingga manusia bercucuran keringat dan keringatnya menenggelamkan mereka. Ada yang hanya mencapai kedua mata kakinya. Ada yang sampai kedua lututnya, dan ada yang sampai pinggangnya, serta ada yang keringatnya menenggelamkan mulutnya. Bahkan sampai ada yang keringatnya melampaui kepalanya, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Uqbah bin ‘Amir yang berbunyi:

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir Radhiyallohu ‘anhu, ia berkata: Aku telah mendengar Rasululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda : “Matahari mendekat dari bumi, lalu manusia berkeringat. Di antara manusia ada yang keringatnya mencapai tumitnya, ada yang mencapai setengah betisnya, ada yang mencapai kedua lututnya, ada yang mencapai pantatnya, ada yang mencapai lambungnya, ada juga yang mencapai kedua bahunya, ada yang mencapai lehernya, dan ada yang mencapai tengah mulutnya beliau shollallohu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dengan tangannya memenuhi mulutnya, (dan) aku melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan demikian serta ada di antara mereka yang keringatnya menenggelamkannya”. Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam memukul dengan tangannya sebagai isyarat dan meletakkan tangannya di atas kepalanya tanpa menyentuh kepala. Beliau memutar telapak tangannya ke kanan dan ke kiri. [HR Ahmad, ath Thabrani, dan Ibnu Hiban dalam Shahih-nya, serta al Hakim dan beliau berkata : “Shahih sanadnya”. Hadits ini dishahihkan al Albani, dan beliau berkata : “Adz Dzahabi menyepakatinya dalam kitab at Talkhish, dan ini lafazh al Hakim”.
(Lihat Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadits no 3588)

Di Padang Mahsyar juga ada orang-orang yang mendapat naungan dari, di antaranya, sebagaimana yang disampaikan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dalam sabda beliau:

“Tujuh orang yang Allah naungi dalam naunganNya pada hari tidak ada naungan kecuali naunganNya, (yaitu) : Imam yang adil, pemuda yang berkembang dalam ibadah kepada Allah, seorang yang hatinya bergantung kepada masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah di atasnya, dan seorang yang diajak seorang wanita pemilik kedudukan dan kecantikan (untuk berzina), lalu (ia) menyatakan “Aku takut kepada Allah”. Juga seorang yang bershadaqah lalu menyembunyikannya, hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan bersendiri, lalu kedua matanya meneteskan air mata.”
(HR al Bukhari dan Muslim)

Lamanya Dikumpulkan
Seluruh manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun, sebagaimana dijelaskan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

“Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir pada waktu hari tertentu dalam keadaan berdiri empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke langit), menanti pengadilan Allah.”
(HR Ibnu Abi ad Dunya dan ath Thabrani, dan dishahihkan al Albani. Lihat Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadits no.3591).

Meskipun rentang waktu tersebut lama, namun terasa sebentar bagi kaum Mukminin, sebagaimana dijelaskan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dalam sabdanya:

Tentang firman Allah “(Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam” –al Muthaffifin/83 ayat 6- seukuran setengah hari dari lima puluh ribu tahun. Yang demikian itu (sangatlah) mudah (ringan) bagi orang mukmin, seperti matahari menjelang terbit sampai terbit.
(HR Abu Ya’la dengan sanad shahih, dan Ibnu Hibaan dalam Shahih-nya. Dan dishahihkan al Albani. Lihat Shohih Shahih at Targhib wat-Tarhib, hadits no.3589). 

Pengertian Al-Ba’ats
Diantara kejadian yang akan terjadi di hari kiamat adalah Ba’ats. Dan Ba’ats adalah dihidupkannya kembali semua manusia yang telah mati pada hari kiamat (Syarah Lum’atul I’tiqad:Hal 115)

Dalil akan adanya Ba’ats (kebangkinan) adalah Al Qur’an, Sunnah dan ijma’.

Allah berfirman:
Artinya: “Dan dengarkanlah (seruan) pada hari penyeru (malaikat) menyeru dari tempat yang dekat (yaitu) pada hari mereka mendengar teriakan dengan sebenar-benarnya Itulah hari ke luar (dari kubur).” (QS Qaaf:41-42)

Allah berfirman:
Artinya: “Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa Sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, Pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?.” (QS Al Muthafifin:4-6)

Dari Jabir Rodhiyallohu, Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, Artinya: “Setiap hamba akan dibangkitkan sesuai dengan keadaannya ketika meninggal.” (HR Muslim)

Dari Ibnu Umar Rodhiyallohu, Rasulullah sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, Artinya: “Jika Allah menginginkan siksa pada satu kaum, niscaya adzabnya mengenai orang yang bersama mereka, kemudian mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat mereka.” (HR Bukhari)

Diantara Ayat-ayat dan hadits diatas adalah sebagian dari dalil-dalil tentang adanya Ba’ats (hari manusia dihidupkan kembali) dan kaum muslimin sepakat akan adanya Ba’ats.

Artinya: “Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara, janganlah kalian memberinya wewangian karena dia akan dibangkitkan dalam keadaan bertalbiyah.” (HR Muslim)

Manusia dibangkitkan ketika tiupan sangkakala yang kedua
Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya: “Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah semua makhluk yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka merekapun berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (Qs. Az Zumar: 68)

Berkata Syaikh Al Hakami: “Dalam ayat ini disebutkan dua tiupan sangkakala, yang pertama untuk kematian dan yang kedua dibangkitkannya makhluk setelah kematian”. (A’lamul Manshurah : 97)

Alloh subhanahu wata’ala berfirman, artinya: “Dan ditiuplah sangkalala, Maka tiba-tiba mereka keluar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Rob mereka”. (Qs. Yasin: 51)

Tiupan ini adalah tiupan sangkalala yang kedua, sebagaimana dalam hadits Abdullah bin Amr, artinya: ” . . . Kemudian ditiuplah sangkakala untuk kali berikutnya Maka manusiapun berdiri menunggu (keputusan)”. (HR Muslim 2940).

Manusia dibangkitkan kembali dari tulang ekornya
Berkata Imam Ibnul Abil ‘Izzi: Pendapat salaf dan jumhur orang-orang yang berakal: Bahwasanya jasad manusia berubah dari satu keadaan ke yang lainnya. Menjadi tanah kemudian Allah bangkitkan kembali, sebagaimana adanya perubahan pada penciptaan jasad tersebut dikehidupannya yang pertama, dari setetes mani kemudian menjadi segumpal darah kemudian menjadi segumpal daging, kemudian menjadi daging dan tulang sampai akhirnya menjadi satu jasad yang sempurna. Demikian pula Allah kembalikan dia dikehidupan yang kedua setelah seluruh jasadnya punah kecuali Pangkal tulang ekornya.

Telah ada dalam “kitab Shahih” Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya, “Semua jasad bani adam akan punah kecuali ‘ajabu dzanbi (pangkal tulang ekor), darinya ibnu adam diciptakan dan darinya jasadnya akan kembali disusun . . .” (Lihat Syarah Aqidah Thahawiyah: Hal. 410)
Wallahu’alam.

Tentang letak atau dimana padang mahsyar berada.
Para ulama berbeda pendapat tentang apakah bumi ini akan menjadi Padang Mahsyar atau Padang Mahsyar itu merupakan “bumi” yang lain.

Sebagian ulama berpendapat bahwa bumi yang sekarang ditempati manusia inilah yang akan menjadi Padang Mahsyar. Berdasarkan firman Allah:

إِذَا السَّمَاءُ انْشَقَّتْ . وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ . وَإِذَا الْأَرْضُ مُدَّتْ . وَأَلْقَتْ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتْ . وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ

“Apabila langit terbelah, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh, dan apabila bumi diratakan, dan dilemparkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong, dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya bumi itu patuh, (pada waktu itu manusia akan mengetahui akibat perbuatannya)”. (Qs. Al Insyiqaq: 1-5)

Menurut sebagian ulama tersebut, ayat ini menjelaskan tentang kiamat hingga yaumul hisab, dan tempat yaumul hisab itu adalah bumi yang sama dengan bumi yang ditempati manusia saat ini.

Bagaimana muat? Menurut mereka seperti dipaparkan Syaikh Mahir Ahmad Ash Shufi dalam Al Ba’tsu wa An Nusyur, buminya sama tetapi bumi ini akan diubah sifatnya. Yakni diratakan sehingga tidak ada gunung, bukit dan lautan, semuanya rata. Itulah makna ayat ketiga dalam surat Al Insyiqaq menurut ulama yang mengikuti pendapat bahwa bumi ini kelak menjadi Padang Mahsyar.

Pendapat ini juga didasarkan dengan hadits:

إذا كان يوم القيامة مدت الأرض مد الأديم وحشر الله الخلائق

“Pada hari kiamat kelak, bumi akan diratakan bagaikan kulit yang disamak dan seluruh makhluk akan dikumpulkan”. (HR. Hakim; shahih)

Pendapat kedua menyatakan bahwa Padang Mahsyar bukanlah terjadi di bumi yang ditempati manusia sekarang ini melainkan “bumi” yang lain.

Pendapat ini berdasarkan firman Alloh subhanahu wata’ala:

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْأَرْضُ غَيْرَ الْأَرْضِ وَالسَّمَوَاتُ

“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit.” (Qs. Ibrahim: 48)

Bumi akan hilang dan lenyap,” kata Az Zuhri seperti dikutip Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Bari, “sementara bumi di mauqif (padang mahsyar) akan muncul dalam bentuk baru.”

Ibnu Abbas sebagaimana dikutip Imam Ath Thabari dalam tafsirnya juga menyimpulkan bahwa Padang Mahsyar bukanlah di bumi yang ditempati manusia sekarang. Dan inilah pendapat yang lebih kuat dan dipakai jumhur ulama.

Wallahu a’lam bish shawab.

Check Also

Hukum Orang Yang Memakai Susuk Meninggal Dunia

Hukum Orang Yang Memakai Susuk Meninggal Dunia Nama : FR-190 FERLIYANSYAH Pertanyaan: Assalamu’alaikum mau nanya …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot