Untuk mengawali tulisan ini izinkan saya bercerita singkat tentang sebuah kisah nyata yang saya alami sendiri di masa lalu. Kisah ini saya alami ketika masih di SMP. Kira-kira sekitar 14 tahun yang lalu. Waktu itu aku sedang lewat di depan rumah tetangga sore-sore sebelum maghrib.Tidak seperti biasanya aku mendengar suara gaduh dari dalam rumah. Aku coba mempercepat langkah karena aku tahu suara tersebut adalah suara suami istri yang sedang bertengkar. Sejak kecil aku diajarkan oleh orang tua untuk menghindar dan tidak nguping jika mendengar tetangga lain yang lagi ribut.a
Suara gaduh itu semakin lama semakin terdengar jelas ketika aku berada bertepatandidepan rumah tetangga tersebut. Belum sempat aku mempercepat langkah dari jalan tersebut tiba-tiba sang istri lari keluar rumah dengan menangis dan berteriak-teriak minta tolong.Saat itu juga sang suami mengejarnya. Akhirnya suaminya pun berhasil menangkapnya di halaman rumah yang memang cukup luas. Astaghfirullohal a’dzim….tanpa basa-basi sang suami dengan kasarnya memukuli istrinya. Sangat sadis sekali pukulannya. Ya, dipukul kepala dan ditendang punggung istrinya laksana orang menangkap maling. Sambil memukuli kata-kata kotorpun terucap oleh suami kepada istrinya. Sementara sang istri meraung kesakitan sambil menangis. Mendengar suara teriakan itu dengan cepat tetangga dekatpun berkumpul dan melerai.
Bagaikan Fenomena Gunung Terendam Es
Barangkali cerita tersebut hanya sekelumit kisah cinta yang dimakan benalu. Apa yang terjadi di masyarakat jauh lebih dahsyat. Bagaikan fenomena gunung yang terendam es di lautan. Seolah tampak kecil dari permukaan padahal di dalamnya begitu besar. Bahkan terkadang sang istri bukan menunggu kata-kata cinta. Tapi kata-kata “Cerai” yang keluar dari mulut suami. Ya Alloh.. Dimanakah cinta yang dulu kita bina dengan pasangan kita? Dimanakah janji yang dulu setia terucap untuk bersama selamanya? Dimanakah rindu yang senantiasa berkobar di dalam qolbu itu? Kenapa peluk mesra itu kini berupah menjadi sengketa? Kenapa gandeng tangan kini berubah jadi pukulan?
Benalu-benalu cinta antara pasutri tersebut tidak lain timbul karena konflik dalam rumah tangga. Tentunya sangat banyak penyebabnya. Diantara konflik rumah tangga yang memicu tumbuhnya benalu cinta dalam keluarga adalah sebagai berikut:
- Minimnya pasutri akan ilmu agama.
Minimnya pasutri dengan ilmu agama merupakan sebab utama keluarga terserang benalu cinta. Banyak sekali pasutri yang ingin menikah namun mengabaikan perbekalan ruhani yang berupa ilmu dan takwa. Ketika suami faham seluk beluk menikah walaupun secara global akan membuat ia bijak dalam bersikap. Ia tidak akan ceroboh dalam memberi nafkah, menggauli istri,mendidik anak bahkan jika harus menceraikan istri. Begitu juga sang istri jika ia faham dengan ilmu dien maka akan membuat dia pandai menjaga amanah suami, bersyukur kepada suami serta menjaga diri dari orang lain.
Ketika pasutri merupakan orang yang jahil dengan ilmu agama maka rumah tangga akan menjadi petaka. Bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat yang tak berhingga. Oleh karena itu mulailah masing-masing pasutri memperbaiki rumah tangga dengan mempelajari agama yang benar. Insya Alloh benalu cinta berangsur pudar.
- Menuruti hawa nafsu.
Menuruti hawa nafsu adalah sumber petaka dalam rumah tangga. Menuruti hawa nafsu bukan hanya dalam masalah makan dan nafsu belanja yang berlebihan sampai rela berhutang untuk kebutuhan yang kurang penting. Menuruti hawa nafsu juga berakibat fatal dalam masalah ucapan dan tindakan. Seperti melampiaskan kemarahan dengan berkata keras dan kotor kepada istri dan anak. Bahkan sampai tindakan memukul dan pembunuhan.
Kisah di atas seharusnya kita jadikan pelajaran berharga bagi kita. Tak seharusnya kita melakukan tindakan sebodoh dan sekonyol itu. Bolehlah kita marah atau memukul namun memukul yang sesuai sunnah. Lantas pikirkanlah apakah dengan memukul,mencaci atau membunuh akan selesai perkaranya? Cobalah bersikap bijak.
- Masalah finansial keluarga.
Salah satu titik panas yang menyebabkan konflik dalam rumah tangga adalah kondisi finansial keluarga. Bentuknya sangat beragam seperti gaji suami yang pas-pasan dan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bisa juga Gaji istri yang lebih besar daripada gaji suami sehingga memicu perilaku nusyuz(merasa tinggi) pada suami. Atau bahkan terbelit hutang dan kepayahan dalam mengembalikannya serta tuntutan-tuntutan ekonomi lainnya.
Pasutri yang tipis imannya pasti saling menyalahkan satu sama lain. Kedua bela pihak saling menuduh dan membuat alasan pembenaran setiap tindakan yang dilakukannya.
Oleh karena itu masing-masing pasutri harus bersikap dingin mencari solusi yang bijak sembari berdoa dan berusaha. Kedua belah pihak harus mau mencancel kebutuhan-kebutuhan tambahan di luar kebutuhan yang telah disepakati keduanya. Kemudian Mulai menata diri untuk tidak bergaya hidup royal jika memang masalah finansial menjadi pemicu tumbuhnya benalu dalam rumah tangga kita. Sesuaikan saja dengan kemampuan kita.
- Masalah seksualitas dan keturunan.
Masalah ini seringkali menjadi prahara besar dalam kehidupan rumah tangga.Konflik ini tidak hanya menyerang kalangan orang kaya saja. Bahkan orang miskinpun seringkali cekcok masalah ini.Banyak orang menyepelekan masalah seksualitas antara pasutri dalam kehidupan rumah tangganya.
Terlalu banyak konflik yang muncul akibat masalah ini. Seperti suami yang impoten, suami atau istri yang ditakdirkan bertahun-tahun belum punya anak, masalah ejakulasi dini yang dialami sebagian suami sehingga tidak memuaskan istrinya, atau sebaliknya istrinya yang hyper sex dan selalu merasa kurang puas dengan suami,hubungan ranjang yang selalu terjadi diskomunikasi dan masih banyak masalah sexualitas lainnya yang bisa menjadi penyebab konflik dalam rumah tangga.
Oleh karena itu perlunya menjalin hubungan baik antara pasutri. Berterus terang pada pasangan dan mencoba memahami selera yang mungkin berbeda. Perlu sekali Mengkonsultasikan pada dokter yang berkompeten jika problemnya adalah masalah seksualitas dan keturunun. Bagi yang belum dikaruniai Alloh [swt] keturunan sebenarnya adalah masalah waktu saja insya Alloh. Karena tidak ada yang menjamin bahwa seseorang tidak punya anak. Jika Alloh menghendaki sangatlah mudah. Dan kisah Maryam dan Nabi Zakariya [alayhis] dalam al-Qur’an menjadi pembukti akan kekuasaan Alloh [swt] akan hal itu.
Berusahalah dan Jangan Pernah Putus Asa
Memang ketika benalu cinta muncul dalam rumah tangga kita seolah kesabaran hilang entah kemana. Namun berusahah terus menghadirkan kesabaran kita. Bahkan kita adu kesabaran kita melawan benalu cinta itu.Kunci suksesnya adalah berusaha dan selalu berusaha. Begitu juga berdoa dikala suka maupun duka. Setelah itu jangan pernah putus asa karena benalu cinta akan segera sirna. Percayalah…
(Red-HASMI)