Berdakwah Bukti Melimpahnya Iman
Tidak sedikit cara seorang hamba untuk membuktikan keimanannya. Tinta emas sejarah mencatat betapa keimanan seseorang yang kuat dapat mengantarkannya ke jalan yang mulia. Di dalam Al-Quran kisah para Nabi diabadikan dengan rentetan bukti-bukti keimanan di tengah-tengah beratnya ujian dan ancaman.
Begitu pula dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa orang-orang soleh memiliki semangat dan tekad yang luar biasa di saat badai cobaan menerpa keimanan mereka maka mereka tidak goyah sedikit pun.
Dari sini, kita mendapati mereka membuktikan keimanan mereka dalam jihad fisabilillah, mereka membuktikan keimanan mereka dengan infaq yang besar, dan mereka membuktikan keimanan mereka di jalan dakwah dan pembuktian keimanan lainnya yang telah Alloh subhanahu wata’ala perintahkan.
Pembuktian iman dalam usaha dakwah merupakan suatu hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang tanpa membatasi rentannya usia atau hilangnya masa muda. Dakwah dapat dilakukan oleh mereka baik yang berharta ataupun yang papa. Dakwah dapat terealisasi baik di waktu sehat atau pun sakit. Pantaslah Alloh subhanahu wata’ala memuji mereka yang bergerak di jalan dakwah. Alloh subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِّمَّن دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang berdakwah kepada Alloh, mengerjakan amal yang sholeh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim.”
(QS. Fushshilat [41]: 33)
Ibnu Jarir Ath-Thobari mengatakan dalam tafsirnya, “Alloh subhanahu wata’ala menyeru manusia: “Wahai manusia, siapakah yang lebih baik perkataannya selain orang yang mengatakan Robb kami adalah Alloh, kemudian istiqamah dengan keimanan itu, berhenti pada perintah dan larangan-Nya, dan mengajak hamba-hamba Allohsubhanahu wata’ala untuk mengatakan apa yang ia katakan dan mengerjakan apa yang ia lakukan.”
Pembaca yang dirahmati Alloh…
Kisah berikut merupakan sebuah renungan bagi kita betapa berdakwah merupakan langkah pasti untuk membuktikan keimanan kita. Nabi Nuh , berdakwah siang malam, dihina dan difitnah, namun tetap teguh seperti yang Alloh subhanahu wata’ala perintahkan.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman,
“Nuh berkata, “Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah mendakwahi kaumku siang dan malam.”
(QS. Nuh [71]: 5)
Nabi Ibrohim ‘alaihissalam juga demikian, Alloh mengisahkan dakwah yang beliau lakukan kepada ayah dan umatnya yang menyembah sesuatu yang mereka ciptakan dengan tangan sendiri, yang tidak bisa bicara dan tidak bisa mendengar apalagi melihat ataupun memberikan pertolongan dan menolak bahaya. Namun karena kebodohan dan alasan warisan nenek moyang, hal tersebut tetap dilakukan dengan fanatisme berlebihan.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman,
“Bacakanlah kepada mereka kisah Ibrohim. Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya: “Apakah yang kalian sembah?”. Mereka menjawab: “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya”. Berkata Ibrohim: “Apakah berhala-berhala itu mendengar kalian sewaktu kalian berdoa kepadanya? Atau dapatkah mereka memberi manfaat kepada kalian atau memberi mudharat?” Mereka menjawab: “Bukan karena itu sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian”. Ibrahim berkata: “Maka apakah kalian telah memperhatikan apa yang selalu kalian sembah. Kalian dan nenek moyang kalian yang dahulu? Karena sesungguhnya apa yang kalian sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam. (Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku. Dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku kembali. Dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat”.
(QS. Asy-Syuara [26]: 69-82)
Nabi Musa ‘alaihissalam, saat membuktikan keimanannya dan membuktikan bahwa Alloh subhanahu wata’ala satu-satunya Robb Yang Maha Kaya lagi Maha Kuasa di hadapan thoghut yang diktator dengan dakwah.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan sesunguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka Musa berkata: “Sesungguhnya aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam”. Maka tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat- mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya.”
(QS. Az-Zukhruf [43]: 46-47)
Nabi Isa ‘alaihissalam diutus kepada kaumnya, memberikan pengorbanan demi membuktikan keimanannya dengan berdakwah.
Alloh subhanahu wata’ala berfirman,
“Dan tatkala Isa datang membawa keterangan dia berkata: “Sesungguhnya aku datang kepada kalian dengan membawa hikmah dan untuk menjelaskan kepada kalian sebagian dari apa yang kalian berselisih tentangnya, maka bertakwalah kepada Alloh dan taatlah (kepada) ku”. Sesungguhnya Alloh Dialah Tuhanku dan Tuhan kalian maka sembahlah Dia, ini adalah jalan yang lurus.”
(QS. Az-Zukhruf [43]: 63-64)
Bukan hanya mereka, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam pun dihina, dicekik, dan diperangi, oleh musuh-musuhnya, namun tetap tegar dalam bahtera dakwah. Jadi, membuktikan keimanan dalam keseriusan dakwah adalah kewajiban. Suatu perkara besar yang harus terpatri dalam diri sebagai bukti keyakinan akan janji ilahi. Membuktikan keimanan dalam dakwah adalah bukti cinta pada ilahi yang hakiki. Membuktikan keimanan dalam dakwah adalah meneladani para nabi dalam mendekatkan diri kepada illahi.
Saudaraku, jika pembuktian keimanan telah engkau lakukan dengan berdakwah maka akan engkau rasakan betapa indahnya kehidupan dunia ini walaupun terasa sakit dan pahit. Akan ada ketenteraman dan kebahagiaan tersendiri walau merasa terasing. Sabari, nikmati dan syukuri pahit manis, suka duka jalan dakwah ini, niscaya iman dan ketaqwaan akan semakin meninggi. Semoga Alloh teguhkan kita semua membuktikan keimanan dijalan dakwah ilalloh. Amin…
Wallohu ta’ala a’lam..