Beriman Kepada Para Rasul

hazrat-zeynab-4_resize

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا .

مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

أَمَّا بَعْدُ: فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Arrusul” bentuk jamak dari kata “Rasul”, yang berarti orang yang diutus untuk menyampaikan sesuatu. Namun  yang dimaksud “Rasul” disini adalah orang yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umat.

Rasul yang pertama adalah Nabiyullah Nuh , dan yang terakhir adalah Nabiyullah Muhammad .

Allah  berfirman, yang artinya :

“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan Nabi-nabi yang berikutnya…” (QS. An Nisa’ [4]: 163)

Anas bin Malik  dalam hadits tentang syafaat menceritakan bahwa Nabi  mengatakan, nanti orang-orang akan datang kepada Nabi Adam untuk meminta syafaat, tetapi Nabi Adam meminta maaf kepada mereka seraya berkata : “Datangilah Nuh, Rasul pertama yang diutus Allah. (HR. Bukhari)

Allah  berfirman tentang Nabi Muhammad , yang artinya:

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-nabi dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al Ahzab [33]: 40).

Setiap umat tidak pernah sunyi dari nabi yang diutus Allah yang membawa syari’at khusus untuk kaumnya atau dengan membawa syari’at sebelumnya yang diperbaharui. Allah  berfirman :

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut…” (QS. An Nahl [16]: 36).

Para Rasul adalah manusia biasa, makhluk Allah yang tidak mempunyai sedikitpun keistimewan rububiyah dan uluhiyah. Allah berfirman tentang Nabi Muhammad   sebagai pimpinan para rasul dan yang paling tinggi pangkatnya di sisi Allah :

“Katakanlah: ‘Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al A’raf  [7]: 188)

Para rasul juga memiliki sifat-sifat kemanusiaan, seperti sakit, mati, membutuhkan makan dan minum, dan lain sebagainya. Allah berfirman tentang Nabi Ibrahim  yang menjelasakan sifat Robbnya, yang artinya:

“Dan Robbku, yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)…” (QS. Asy Syu’ara [26]: 79-81)

Allah  menerangkan bahwa para rasul mempunyai ubudiyah (penghambaan) yang tertinggi kepadaNya. Untuk memuji mereka, Allah berfirman tentang Nabi Nuh  yang artinya:

“…Dia adalah hamba (Allah)  yang banyak bersyukur.” (QS. Al Isra’ [17]: 3)

Allah juga berfirman tentang Nabi Muhammad  yang artinya :

“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (Al Qur’an) kepada hambaNya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (QS. Al Furqan [25]: 1).

Allah juga berfirman tentang Nabi Ibrahim, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub  yang artinya:

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu salalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pilihan yang paling baik.” (QS. Shaad [38]: 45-47).

Allah juga berfirman tentang Nabi Isa bin Maryam  yang artinya:

“Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan) untuk Bani Israil.” (QS. Az Zukhruf [43]: 59).

Iman kepada para rasul mengandung empat unsur:

  1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah. Barangsiapa mengingkari risalah mereka, walaupun hanya seorang, maka menurut pendapat seluruh ulama dia dikatakan kafir.

Allah  berfirman, yang artinya :

“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.” (QS. Asy Syu’ara [26]: 105).

Allah mejadikan mereka mendustakan semua rasul, padahal hanya seorang rasul saja yang ada ketika mereka mendustakannya. Oleh karena itu umat Nasrani yang mendustakan dan tidak mau mengikuti Nabi Muhammad , berarti mereka juga telah mendustakan dan tidak mengikuti Nabi Isa bin Maryam , karena Nabi Isa  sendiri pernah manyampaikan kabar gembira dengan akan datangnya Nabi Muhammad  ke alam semesta ini sebagai rahmat bagi semesta alam. Kata “memberi kabar gembira” ini mengandung makna bahwa Muhammad  adalah seorang Rasul mereka yang menyebabkan Allah menyelamatkan mereka dari kesesatan dan memberi petunjuk kepada mereka jalan yang lurus.

2. Mengimani para nabi yang sudah kita kenali nama-namanya, misalnya Muhammad , Ibrahim, Musa, Isa, Nuh . Kelima nabi dan Rasul itu adalah Rasul “ulul azmi”. Allah telah menyebut mereka dalam Al Qur’an :

 “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Nabi-Nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam…” (QS. Al Ahzab [33]: 7).

Terhadap para rasul yang tidak dikenal nama-namanya, juga wajib kita imani secara global. Allah  berfirman, yang artinya :

“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu…” (QS. Al Mu’min [40]: 78).

3. Membenarkan apa yang diberitakannya.

4. Mengamalkan syari’at dari mereka yang diutus kepada kita. Dia adalah Nabi terakhir Muhammad  yang diutus Allah kepada seluruh manusia. Allah berfirman, yang artinya :

“Maka demi Robbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikah kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa’ [4]: 65).

Adapun buah iman kepada para Rasul di antaranya adalah:

  1. Mengetahui rahmat serta perhatian Allah kepada hamba-hamba-Nya sehingga mengutus para rasul untuk menunjukkan mereka pada jalan Allah, serta menjelaskan bagaimana seharusnya mereka menyembah Allah, kerena memang akal menusia tidak bisa mengetahui hal itu dengan sendirinya.
  2. Mensyukuri nikmat Allah yang amat besar ini.
  3. Mencintai para Rasul, mengagungkan serta memuji mereka, karena mereka adalah para rasul Allah dan kerena mereka hanya menyembah Allah, menyampaikan risalahNya, dan menasehati hamba-hamba-Nya.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْﺁنِ الْعَظِيْمِ وَ نَفَعَنِي وَ إِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلاۤيَاتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ .أَقُوْلُ قَوْلِي هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَ لِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KHUTBAH II

إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ، نَحْمَدَهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئاَتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran mendustakan para rasul dengan menganggap bahwa para rasul Allah bukanlah manusia. Anggapan yang salah ini dijelaskan Allah  dalam sebuah firman-Nya :

“Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepada mereka, kecuali perkataan mereka : “Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi Rasul?” (QS. Al Isra [17]: 94)

Dalam ayat di atas Allah mematahkan anggapan mereka yang keliru. Rasul Allah harus dari golongan manusia, karena ia akan diutus kepada penduduk bumi yang juga manusia. Seandainya penduduk bumi itu malaikat, pasti Allah akan menurunkan Malaikat dari langit sebagai rasul.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍّ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الثَّبَاتَ فِي اْلأُمُوْرِ، وَنَسْأَلُكَ عَزِيْمَةَ الرُّشْدِ، وَنَسْأَلُكَ شُكْرَ نِعْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي اْلأُمُوْرِكُلَّهَا وَأَجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ اْلآخِرَةِ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لََعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Check Also

Sikap Seorang Muslim dalam Menghadapi Ujian – Khutbah Jumat

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

slot